Malam yang menyenangkan bagi raya hari ini, tak ada siapapun, seluruh keluarga kecuali ayahnya yang bekerja si kota sebrang seedang berkunjung ke rumah sepupunya.
Sebetulnya tadi ia juga di ajak, namun ntah mengapa ia menolak.
Raya yang baru saja menyelesaikan ritualnya keluar dengan handuk melekat di atas kepalanya.
"Lega banget gila..., huh!"
Ia mulai berjalan ke tempat tidur, mengambil ponsel lalu mengkoneksikan speaker bluetooth ke ponselnya, ia berniat untuk mendengarkan music sambil melukis.
Sayangnya, belum juga terkonek, ada telpon yang masuk.
"Ck!, siapasih?!!
Mengetahui bahwa itu nomor tak di kenal, Raya langsung merejectnya.
Ia memutar lagu favoritnya, melepas handuk, menggantungnya di tempatnya kemudian berjalan menuju studionya.
Namun...
Drrrt!
Lagu kembali mati, ia berdecak kesal, ia melihat nomor yang sama kembali menelpon.
"Siapa ya?"
Karna penasaran juga ia akhirnya memutuskan untuk mengangkat telpon tersebut.
"Halo, siapa ya?"
"Angkasa"
Dia sedikit terkejut dengan pelaku, ia terdiam sejenak.
"Punya nomor gue dari mana?"
"Lo lupa ya, kalau gue pernah minta nomor lo"
"Hah?, iya apa?"
Raya berpikir sejenak, kemudian menyeringai.
"Oh iya..."
"Pikun"
"Mulai deh..."
Raya kembali di buat jengkel.
"Oh iya, ada apa?"
Tanya Raya yang membuat Angkasa tak mengeluarkan suara beberapa detik.
"Eum... lo sibuk gak?"
"Nggak sih, kenapa?, ngajak jalan?, jemput aja, gue juga gabut"
Jawaban tak disangka keluar dari mulutnya, ingin sekali memukul mulutnya detik itu juga, tapi mau bagaimana lagi, ia sudah tahu arah pembicaraannya.
Yang di sebrang tertawa.
"Pede banget jadi manusia"
"Lagian emang benerkan!, kalau lo pengen ngajak gue jalan, ngaku aja deh, gak usah muna"
"Iya, iya, yaudah lima belas menit lagi gue jemput ya"
"Jangan buru-buru jalannya, takutnya lo nyampe gue belum beres"
"Gakpapa nanti gue tungguin"
"Seterah lo dah"
"Ok, see you"
"Yo"
Telpon terputus.
Raya menghela nafas panjang, karna ia bersiap lumayan lama, jadi ia mulai bergerak sekarang.
Raya mengenakan kaos dan levis panjang, mengeringkan rambutnya dan berhias agar tak terlihat pucat.
Sekitar 30 menit kemudian...
Tiin!!
Dengan terburu-buru ia keluar untuk menghampiri Angkasa.
"Bentar!"
Berulang kali ia mengecek sakunya, memeriksa penampilannya, memastikan bahwa tak ada yang kurang.
Raya melihat Angkasa yang bersandar di mobilnya sambil bersedekap.
"Ck!, lama banget sih lo!"
Sembari memakai sepatunya ia menatap sinis Angkasa.
"Apa lo liat gue kaya gitu?, serem lo kaya gitu?!"
"Kok lo bacot sih?!, heran gue"
Setelah selesai ia berjalan mendekat.
”Emang mau kemana sih?"
"Masuk aja dulu, nanti juga lo tau"
Raya mengangguk, iapun berjalan ke pintu sebelahnya dan masuk kedalam mobil.
"Pasang seatbelt lo"
"Iya ini otw, sabar..."
Selama kurang lebih lima menit perjalanan tak ada topik dan suara.
Raya fokus dengan headphonenya dan Angkaasa yang sibuk dengan Jalan.
"Hoaam!"
Raya menguap,ia meregangkan tubuhnya.
Angkasa menoleh.
"Ngantuk?"
"Nggak, bosen, emangnya kita mau kemana sih kak?"
"Night drive aja, gue jenuh banget di rumah"
Setelah mengatakan hal tersebut Raya terdiam, ntah apa yang sedang dia pikirkan, namun sesaat kemudian Raya kembali berbicara.
"Eum... kalo ngomongin soal night drive..., gue pengen deh kak, night drivenya naik motor, terus rame-rame gitu, jadi gak sepi"
Angkasa tersenyum tipis, ia menoleh sejenak.
"Lo mau?"
Raya mengangguk dengan antusias.
"Emang lo punya temen?"
Seketika Raya merubah ekspresinya.
"Lo mau gue tabok gak?, tangan gue gatel"
"Garuk"
"Tai!"
"Lo mau garuk tai gue?"
"Kak..."
Angkasa terkekeh kecil.
"Tapi lo bayangin gak sih Ra, kalau misal ada orang ngidam garuk tai gimana?"
Mendengar itu Raya ikut tertawa, otaknya yang lincah mulai meembayangkan hal tersebut, tergambar jelas sampai ia merasa jiji.
"Apaan si kak!, prik banget"
"Lah kan kalo orang ngidam emang prik semua"
"Tau ah kak"
Angkasa mulai memutar balik mobilnya.
"Lo serius mau kayak gitu?"
"Apa?, ngidam garuk tai?, gak mau lah gue!" Ucap Raya dengan polosnya.
"Night drive Aya..., kayaknya betah banget lo sama topik itu"
Seketika rasa malu menyeruak dalam hati Raya.
"Bukan betah, lagian lo juga gak ngomong apanya kan!"
Aangkasa menyeringai.
"Yaudah ayok".
ㄱㄱㄱ
Mata Raya menelusur memandang sebuah rumah minimalis yang ada di hadapannya.
"Ini rumah lo?"
Angkasa yang sedang mempersiapkan motornya, ia menoleh sesaat.
"Iya"
"Loh!, yang kemarin?"
"Itu rumah bokap"
Raya meng-oh riya sambil mengangguk, matanya tak luput dari sekitar.
"Hebat ya lo, bisa beli rumah sendiri"
Angkasa yang sudah mulai ingin mengeluarkan motornya, ia memakai helmnya, dan...
"Nih pake" Angkasa melempar helm pada Raya, jelas Raya panik.
Hap!
Raya menghela nafas lega karna tangannya berhasil menangkap helm tersebut, ia langsung berjalan mendekat dan melampiaskan rasa kesalnya dengan memukul Angkasa.
Plak!
Suaranya terdengar sangaat renyah.
"Lo pikir harga helm murah apa?!, kalau pecah gimana hah?!" Omel Raya.
"Punya gue ini, serah guelah"
Bug!
Raya kembali memukul Angkasa yang sudah berada di atas motornya dengan helm full facenya.
"Ngeyel banget dibilanginnya"
Angkasa hanya bisa mengusap bagian yang terasa gatal akibat pukulan Raya.
Raya memakai helm tersebut lalu naik.
"Tapi ini beneran rame-rame?, sama siapa aja emangnya?"
"Ada Bulan nanti kayaknya, tapi gue gak tau"
"Bulan?"
"Iya, liat aja nanti, kalau dah sampe juga lo tau"
"Yaudah, ayo jalan!"
Angkasa pun mulai melajukan motornya.
Tanpa Raya sadari sebuah senyuman terukir di wajahnya.
Puk-puk-puk!
"Gas lagi kak!, ngebut"
Angkasa tersenyum lebar tak menyangka kalau Raya yang akan begitu antusias.
"Nanti di tangkep polisi"
Terlihat dari spion kalau Raya menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Gak ada polisi kok"
"Nggak ah, hari apes gak ada yang tau loh"
"Ayolah..., sebentar ajadeh"
Angkasa berpikir sejenak, kalau tidak. Salah di daerah sini tak ada polisi, mungkin jika hanya menambah sedikit kecepatan tidak akan apa-apa.
"Okelah, pegangan ya..."
Wuuush!
"Huh!"
Raya bahkan mulai melebarkan tangannya.
"Aya tangannya!"
"Hahhh, rasanya geli yah!, adem banget"
"Aya!"
"Hahhh, iya-iya"
Perjalananpun mulai normal, sekitar sepuluh menit mereka berkendara ke tempat yang di janjikan.
Sampai di sanapun ada beberapa yang sudah di tempat lebih dahulu.
"Widih... Angkasa..."
Raya turun lalu membuka helmnya, ia merasa sangat pengap.
"Loh?!, Raya?!"
Pemilik nama menoleh, ia melihat sosok yang ia kenali sebagai Nathan.
"Eh kakak..."
Raya menghampiri dan berbincang-bincang dengan Nathan
Angkasa menatap dari jarak yang tak jauh, sedikit heran juga melihat mereka bicara seakan sudah akrab.
Angkasa melepas helmnya dan berjalan menghampiri mereka.
"Dah kenal?"
"Udah, waktu itu gue nolongin dia gara-gara seragamnya basah"
Angkasa mangut-mangut.
Tak lama Juna menghampiri mereka dengan sebuah jaket di tanngannya.
"Nih pake, kita bakal lama, nanti dingin" menyodorkannya.
Raya menatap jaket tersebut.
Angkasa mengambilnya.
"Tenang aja bersih, gue sengaja nyuruh dia bawa" melebarkan jaket tersebut dan berniat untuk memakaikannya pada Raya.
Karna hal tersebut membuatnya tak nyaman, jadi ia mengambilnya dari tangan Angkasa dan lekas memakainya semdiri.
Ukurannya sangat pas.
"Ini jaket lo?"
"Nggak, itu punya mantannya Juna"
Raya melirik ke arah Juna yang masih stay di tempatnya.
"Kok jadi_"
"Ehem!"
Raya mengarahkan atensinya ke sumber suara, terlihat lagi seseorang yang tak ia kenal.
"Eh?!, sorry-sorry itu_"
"Kalau gak mau ngasih tau juga gakpapa kak Juna, lagian gue juga gak penasaran kok, makasih ya buat jaketnya" tersenyum ke arah Juna.
Juna jelas terkejut, tak sangka kalau Raya bukanlah sosok perempuan yang jutek seperti kesan pertama dan apa yang orang bilang.
"Sama-sama, eh tu Awan sama Travis dateng noh!, langsung aja yuk"
Ajak Juna ketika melihat dua pengendara datang bersamaan.
Mendengar nama Awan ia langsung menoleh, benar saja apa yang di katakan oleh Angkasa.
Bulan melambai pada Raya, wajahnya memang tertutup helm, namun postur dan cara berpakaiannya sudah sangat jelas bahwa itu Bulan.
Raya membalas lambaian tersebut diiringi senyuman.
"Bocil!, ayok naik!"
Raya mendelik ke arah Angkasa, ternyata makhluk itu sudah berjalan ke motornya dan memakai helmnya.
"Kita cuma beda setahun ya!"
"Ya-ya serah lo, ayok naik, kalau nggak gue tinggal" Naik ke atas motornya.
'Kayaknya gak bikin kesel semenit mulutnya gatel kali'.
Dengan perasaan jengkel iapun berjalan menghampiri Angkasa.
*
*
*
Sisanya di lanjut besok ya manteman bay bay
\(^ㅇ^)/
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments