Chap 14

"Kak...".

"Semangat ya kak, lo hebat".

*

*

*

Raya meregangkan tubuhnya, menghela nafas panjang, senyuman tercipta jelas di wajah, pagi ini ia bangun tepat waktu, memandang seluruh kelas tak berpenghuni.

"Haah..., lega banget"

Ia menumpu wajahnya dengan sebelah tangan, moodnya sedang bagus hari ini.

Jika membayangkan kejadian semalam ia. Cukup tergelitik.

"Hahh... Geli banget ih!"

Tertawa dan meruntuki dirinya yang menggelikan, cukup gila.

"Semangat, hahhh... anjirlah, hahhh..."

Terus menerus tertawa lalu meruntuki diri.

"Geli banget gue"

Tak lama seseorang masuk.

"Aya!"

"Yo"

Bulan duduk dengan wajah yang tertekuk.

"Kenapaciih?, pagi-pagi udah asem aja tu muka" ledek Raya.

"Huwa..."

"Eh-eh?"

Bukannya ikut sedih Raya justru malah tertawa kecil, bagaimana tidak, Bulan menangis tanpa mengeluarkan air mata, namun matanya berkaca-kaca.

"Kenapa cayang?, ululuuu..." Raya memeluk Bulan yang mulai menatapnya bak puppy kecil yang meminta makanan.

"Gara-gara kak Travis kak Awan jadi marah"

"Hah?, kok bisa?"

"Yaiyalah bisa, malah dia nyium pipi gue di depan kak Awan, gila banget kan tuh orang"

Raya tertawa.

"Ih kok ketawa sih!, kan gara-gara lo juga ini"

"Gue angkat tangan ya, haha... masalahnya gue gak ambil andil"

"Trus gimana?".

Raya berpikir sejenak, mencoba mencari jalan keluar.

"Yaudah ntar gue coba bilang sama kak Travis ya, kali aja mulut gue ajaib"

"Kak Awannya?"

"Hahh... ya lo bujuk lah sendiri, gue mah ogah ketemu dia"

"Ok deh, tapi janji ya, lo pokoknya harus ngomong ama dia"

"Iya!".

ㄱㄱㄱ

Jam istirahat

Raya memandang lurus, matanya menelusur mencari sosok yang ia butuhkan.

"Aduh!, rame banget lagi, bisa mati gue"

Gumamnya setelah menemukan tempat biasa Angkasa dan teman-temannya berkumpul.

Tempat tersebut adalah tempat paling ujung dan tepat di pojokan.

Terlihat banyak wanita yang sengaja duduk di dekatnya untuk mencuri-curi pandang, selain itu juga dapat mempermudah mereka untuk tebar pesona.

Raya merotasikan matanya ketika melihat Travis melemparkan flaying kiss kepada salah satu wanita, itu membuat mereka bertiak gemas.

"Ouwh... ayolah"

Ketika ia sibuk memikirkan caranya, Angkasa melihatnya, netra mereka bertemu.

Dengan cepat Raya mengisyaratkan Angkasa bahwa ia ingin berbicara dengan Travis.

Angkasa yang tak yakin menunjuk Travis.

Raya mengangguk.

Angkasa menepuk-nepuk bahu temannya itu.

"Raya mau ngomong tuh"

"Hah?, Raya?"

Travis melihat ke arah Raya dan menunjuk dirinya.

"Gue?"

Raya memelototinya, mengangguk lalu memberi isyarat agar Travis mengikutinya.

Angkasa hanya terkekeh melihat tingkah Raya, ia yakin ada sesuatu yang membuat perempuan itu kesal sehingga memelototi Travis.

Raya memilih tempat yang menurutnya sudah cukup aman, di lapangan basket.

Lapangan basket di sekolahnya tertutup, tidak seperti lapangan basket pada umumnya yang terbuka, mungkin semacam aula.

Travis hanya membuntut.

"Lo ngapain ngajak gue kesin_"

Belum sempat Travis melanjutkan kalimatnya Raya berhenti dan berbalik, hampir saja ia menabrak tubuh Raya.

"Lo tuh ya, bisa gak sih kalo mau berenti tuh kasih aba-aba" Protesnya.

Wajah Raya sudah memerah bak kepiting rebus.

"Lo apain temen gue hah?!"

Travis menaikkan sebelah alisnya.

"Maksud lo?"

Raya berkacak pinggang.

"Bulan!, lo apain temen gue sampe nangis kayak gitu hah!"

Suara Raya yang melengking membuat Travis sedikit meringis.

"Lo tuh berisik tau gak"

Raya menghela nafas panjang, kemudian merubah ekspresinya.

Tanpa ada penjelasan apapun iapun berbalik berniat pergi.

Travis mencegahnya, ia sendiri masih tidak mengerti apa yang salah.

Raya langsung meninju wajah Travis, jelas saja Travis mengaduh.

"Aduh wajah tampan gue..."

"Cih!, wajah tampan apanya, denger ya, gue cuma menjalankan tugas aja sebagai sahabat, tadi ada Bulan yang ngawasin, sekarang dia udah pergi, jangan deketin dia lagi"

Jelas Raya yang mulai balik ke karakter semula, di pikir-pikir aktingnya bagus juga bukan?.

Memang Bulan tak ikut menghampiri Travis bersamanya ke kantin, namun ketika di tengah jalan menuju lapangan ia sadar bahwa Bulan mengikutinya.

Mungkin anak itu penasaran dengan hal apa yang akan di lakukan.

"Heh...apa urusannya sama lo?"

"Urusannya?, ya karna gue sahabatnya, gue ingetin ya, kalau sampe lo gangguin hubungan Bulan sama kak Awan lagi, lo berurusan sama gue"

"Dih!, serem lo kayak gitu?"

Raya menahan emosinya, sedang Travis terkekeh, lagi pula tak ada yang bisa menghentikan tekatnya.

"Emangnya harus cewe temen lo kak?, kan masih ada yang lain..."

Travis diam, ia sibuk dalam pikirannya.

"Tapi gue sukanya sama dia"

"Alah!, lo kan terkenal sebagai orang yang banyak cewenya, gimana gue bisa percaya?, lagian lo terlambat, dia udah punya orang"

"Selagi belum jadi suami"

Raya menghela nafas.

"Terserah lo deh kak, intinya kalo mau bersaing jangan buat temen gue nangis, disini urusannya tentang Bulan, bilangin temen lo tuh, pokoknya sekali lagi temen gue nangis lo berdua abis di tangan gue" kemudian berlalu pergi.

"Widiiih, gaya lo selangit brodi"

"Brisik!"

Travis hanya terkekeh, ia menggeleng, memangnya sebesar apa nyali Raya hingga berani memukulnya seperti tadi.

Travis mengeluarkana kaca dari sakunya, terlihat lebam.

"Duh, kuat juga tu cewe" Ia mengelus lebamnya.

"Kalau ada yang liat bisa kena masalah nih si Aya, waduh!, Angkasa lagi urusan gue"

Travis menggelengkan kepala dengan senyuman miris, mungkin ia tak tahu Angkasa akan bertindak atau tidak, tapi dari gerak-gerik Angkasa beberapa hari ini...

Ia yakin Angkasa menyukai Raya.

ㄱㄱㄱ

Krieet...

Angkasa membuka pintu rooftop, terlihat Raya yang berdiri memandang langit.

"Hai"

Raya hanya menolehkan sedikit kepalanya, tanpa melihatpun ia sudah tahu bahwa itu Angkasa.

Angkasa merebahkan dirinya di sofa, ia terlalu lelah hari ini.

"Tadi lo ngapain Travis?"

"Hah?, loh, emangnya gue ngapa-ngapain dia?"

Angkasa menyilangkan kakinya yang berada di bantalan ujung lainnya.

"Lo lupa ya?"

Raya berpikir sejenak, ia baru ingat kalau Angkasa memiliki cctv di ponselnya, dan di lapangan terdapat cctv.

"Dah tau ngapain nanya!"

Angkasa terkekeh.

"Emang ada masalah apasih?"

Raya berdecak, ia mulai membalikkan tubuh dan bersandar ke dinding yang menjadi pembatas.

"Tau tuh"

"Tau tuh itu apa?, hah?"

"Ck!, itu... Si Bulan"

Raya berjalan perlahan ke tempat Angkasa.

"Kenapa Bulan?"

"Misi, gue mau duduk"

Angkasa mendudukkan dirinya, memberi space untuk Raya.

"Kak Travis nyium pipi Bulan di depan Kak Awan, kayaknya kak Awannya kesel sama kak Travis, tapi Bulan kena imbasnya, kak Awan jadi diemin Bulan" Jelas Raya.

Angkasa tertawa kecil.

"Jadi tadi lo mukul dia gara-gara itu..."

"Kalo soal kak Awan sama kak Travis gue mah bodo amat kak!, mau bersaing buat dapetin Bulan kayak gimana kek, sampe gugulingan bahkan jungkir balik juga itu terserah mereka, semuanya terserah!, tapi yang gue kesel itu Bulannya nangis..., gue yakin deh, pasti nih anak di rumah lagi nangis sambil berusaha nelponin kak Awan, terus bujukin dia, kalau nggak bisa juga bentar lagi dia nelpon gue"

"Emang iya?"

"Iya, liat aja!"

Jarinya menghitung mundur dari tiga, dua, satu.

Drrrt!

"See?" Sambil mengangkat handphonenya, menunjukan layarnya.

Benar saja, nama Bulanlah yang tertulis disana.

Raya mengangkat telpon tersebut.

"Halo..."

"Aya..."

"Apa...?"

"Kak Awan..., dia gak mau ngangkat telpon gue, bahkan tadi gue sengaja nungguin dia kelar latihan basket, tapi pas kelar dia gak mau ngomong sama gue"

Raya menghela nafas.

"Sabar ya... nanti coba gue ngomong deh sama kak Awan"

"Emangnya dia mau?"

"Harus mau!, liat aja kalau dia gak mau!"

"Ish!, jangan di pukul, awas aja kalo sampe kak Awan lecet"

"Lecet gak tuh!"

"Aya ih!"

"Ok-ok, pokoknya lo tinggal duduk manis deh, nanti biar gue yang tanganin"

Tanpa Raya sadari Angkasa memperhatikan setial lekukan di wajahnya

Cara Raya berbicara...

Cara Raya meyakinkan...

Caranya Raya tersenyum dan tertawa...

Tak tahu mengapa iris matanya terus memperhatikan semuanya.

'Kalau mengingat semalam..., lo sehebat itu Raya'

Seulas senyuman tercipta di wajah Angkasa.

'Dasar bego,dah tau lagi rapuh, masih aja nyemangatin orang'

"Iya-iya... yaudah gue tutup ya"

Angkasa buru-buru mengalihkan pandangan.

"Kak!, bilangin temen lo tuh!, kan gue juga yang repot!"

Raya menaruh ponselnya asal, tubuhnya merosot, membuat setengah punggunya berada di dudukan sofa, ia menyedekapkan tangan.

"Dih!, kocak lo, lagian tadi bukannya lo dah janji mau bantuan Bulan, kok jadi gue" Angkasa terkekeh kecil.

"Tau ah!, nyebelin banget lagian si Travis Travis itu"

Raya mulai merasakan kegondokan di hatinya semakin besar.

"Minta sini nomornya kak Awan!"

"Tapi itukan privasi"

"Kak Asa!"

Angkasa terkekeh, puas sekali rasanya jika sudah membuat Raya kesal.

"ok-ok, siap kanjeng ratu"

"Ck!, bacot banget jadi orang"

Merebut paksa ponsel Angkasa.

Jangan tanya Angkasa, dia hanya bisa pasrah sambil menggelengkan kepala dengan sikap Raya kali ini.

"Nih makasih!"

"Sama-sama..."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!