Angkasa Dirgantara
Gue sebagai second caracter disini...
Singkat ajalah ya?!
Gue anak tunggal, bokap nyokap gue udah cerai, dan gue tinggal bareng bokap.
Gak ada yang special sih dari gue.
Gue Ketos di sekolah, tugas gue ya... Nangkepin orang-orang kayak Raya.
Eum...
Apalagi ya?
Kayaknya itu ajadeh, sisanya nanti biar kenalan sambil jalan deh ya.
*
*
*
Tak!
Tak!
Tak!
Suara itu nyaring memenuhi ruangan.
Seorang wanita paruh baya yang mendengar suara tersebut itu langsung tahu siapa pembuat suara tersebut.
"Eh den Asa, sini sarapan dulu"
Wanita tersebut menyambutnya ramah.
Angkasa tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke kanan dan kekiri.
"Ayah mana bi?, berangkat kerja duluan lagi?" Tanya Angkasa.
Terkadang rasa iba selalu menyeruak, memaksa untuk keluar dari dalam tubuh wanita tersebut.
Sosok Angkasa baginya sudah bagaikan anak sendiri, mulutnya selalu terasa linu ketika pertanyaan tersebut keluar dari mulut Angkasa ketika pagi hari datang.
"Iya, den Asa mau bibi buatin bekel lagi atau mau makan dirumah?"
Angkasa termenung, bahkan pagi hari dirinya sudah mulai terasa tak senang, dia melebarkan senyumnya.
"Buatin bekel aja deh bi, kayak biasa aja ya, nanti kirim pake ojol"
"Siap den!"
"Yaudah kalau gitu Asa berangkat ya bi" Pamit Angkasa.
"Hati-hati den".
Angkasa tak menjawab, hanya diam berlalu pergi.
ㄱㄱㄱ
Di depan gerbang sekolah.
Sesuai rapat kemarin, hari ini dan seterusnya ketua OSIS dan wakilnya akan berjaga di depan gerbang.
Travis yang merupakan wakil darinya sudah mulai menjalankan misinya untuk merazia semua barang yang tidak diizinkan di bawa kesekolah.
Lalu Angkasa?
Angkasa bertugas untuk mengecek kerapihan dari pakaian, ada beberapa siswa dan siswi yang di jemur karna ulahnya.
Dia menengok arloji yang bertengger di lengannya, menerawang ke depan sesaat.
"Cck!, kebiasaan" gumamnya.
Waktu telah menunjukkan pukul 07.30, namun sosok yang ia awasi tak kunjung terlihat.
Angkasa menggeleng-gelengkan kepala.
"Pak tutup pintunya" titah Angkasa pada pak satpam.
"HEIII!!!"
Suara tersebut terdengar sangat kencang.
Angkasa mengedarkan pandangan, terlihat sosok wanita yang ia cari berlari terbirit-birit menuju kemari, dia tersenyum miring.
"Gimana nih?, kita tunggu neng Aya gak den?" Tanya pak satpam yang ragu untuk menutup pagar.
"Tutup aja pak, tapi pelan-pelan"
Angkasa mengacungkan tangannya tinggi-tinggi.
Tanpa bersuara ia mulai menghitung mundur dengan jarinya.
"3"
Terlihat jelas sekali bahwa Raya mengumpat sambil berlari.
"Tunggu!!!!"
Teriak Raya yang tak di hiraukan oleh Angkasa, bahkan jarinya terus dilipat tanpa peduli padanya yang sudah berantakan.
"2"
"Tunggu dulu kak Asa!!"
"Ti..."
Wuuush!!
Sosok Raya melesat cepat bahkan hampir melewatinya, beruntunglah dia mencekal tas gadis itu.
"Mana yang katanya terlambat cuma sekali"
Raya membungkuk, tak ada niatan untuk menjawab karna nafasnya masih sangat tersenggal.
UHUK-UHUK!!
"Nih minum neng"
Pak satpam yang tak tega dengan sosokk Raya langsung menyodorkan air kemasan.
Jelas Raya tak menolak sodoran tersebut, bahkan kini dia meminumnya dengan rakus.
Angkasa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adik kelasnya tersebut.
"Makasih pak bestie"
"Yo" Jawab pak satpam.
Angkasa menatap wajah Raya serius, ia tak habis fikir ada seseorang yang masih bisa bercanda ketika sedang berada di hadapannya.
Apalagi kini dirinya sedang bertugas.
Raya yang mulai sadar akan tatapan Angkasa mulai menunduk.
"Udah bercandanya?" Tanya Angkasa.
"Udah kak"
"Bagus"
Angkasa mengecek pakaian Raya.
"Turunin" Titah Angkasa menunjuk rok Raya.
Raya menurut.
"Lagi"
Sebetulnya Raya ingin membantah sekarang, namun melihat tatapan elang milik Angkasa membuat nyalinya menciut seketika.
"Tuh...!"
Raya menurunkan lipatan roknya yang terakhir, ada perasaan jengkel yang melekat di hati.
Angkasa mengangguk, kemudian mengedarkan pandangannya.
"Travis" Panggil Angkasa ketika menemukan sosok yang ia cari.
Travis yang sebelumnya sibuk mengitung jumlah push up siswa laki-laki, mendengar panggilan angkasa, dia langsung menyuruh mereka untuk bertahan beberapa saat, membuat mereka dalam posisi plank sekarang.
"Kenapa Sa?"
"Barang apa aja yang harus disita?" Tanya Angkasa.
Travis melihat ke arah Raya sejenak.
"kalau buat cewe, make up Sa, catokan sama hair dryer juga gak boleh di bawa"
Angkasa mengangguk.
Jelas Travis yang sebenarnya tak tega juga melihat keadaan Raya yang sedikit amburadul karna berlari.
"Buka tas lo cepet!"
Titah Angkasa yang langsung di turuti oleh Raya, ia memindahkan posisi tasnya menjadi berada dalam pelukannya.
Membuka mulut tas tersebut lebar-lebar, membiarkan kaka kelasnya memeriksa tasnya.
"Gak ada..., gue gak pernah bawa hal kayak gitu"
Kesal Raya ketika Angkasa merebut tasnya asal.
Mungkin ada sekitar lima menit Angkasa menggeser setiap buku dan membuka bagian tas yang jarang sekali di gunakan.
"Lolos!, sana masuk kelas" Usir Angkasa.
"Udah?" Raya jelas tak percaya, apa lagi dirinya datang terlambat, ya... Walau hanya beberapa detik.
"Iya"
"Gue gak gabung sama mereka?"
Tanya Raya yang masih tak percaya dan terkejut karna Angkasa melepaskannya.
"Mereka yang kena razia, lo kan bersih, tapi... Kalau lo mau juga silahkan sih!"
Angkasa megarahkan tangannya pada barisan anak-anak yang kena razia, mempersilahkan Raya jika ingin bergabung.
"Enak aja!, nggak ah"
"Yaudah sana masuk"
Raya menatap Angkasa aneh, jelas-jelas ia tahu bahwa Angkasa sedang mengusirnya saat ini.
"Lo ngusir gue kak?"
Angkasa menghela nafas panjang, kali ini ia sedang malas beradu.
"Serah lo deh!, kalau gak mau pergi gue aja yang pergi"
Raya menyeringai.
"Eh!, iya-iya gue yang pergi, nyebelin banget sih!" kemudian pergi berlari masuk.
Angkasa menatap kepergian Raya.
"Oh iya, dahlah kasian mereka, suruh masuk aja padaan" Titah Angkasa.
Travis mengusak matanya berkali-kali, seakan tak percaya dengan apa yang di katakan oleh sahabatnya tersebut.
"Lo serius?, gue nggak lagi mimpikan?" Tanya Travis.
Angkasa yang tak ada niatan sama sekali untuk menjawab pertanyaan dari Travis, melenggang pergi meninggalakan tempat tersebut.
Sebenarnya hal tersebut wajar karna dirinya jarang sekali melakukan hal ini, melepaskan murid-murid yang melanggar.
Namun karna suasana hatinya yang tak teratur...
Jadi ia memutuskan untuk memberi mereka hadiah.
ㄱㄱㄱ
Pemilik nama Angkasa itu sedang melamun sambil menatap keluar jendela, tak ada yang tahu apa alasannya.
"Heh!, bengong aja bro"
Juna yang merupakan teman sebangku dari Angkasa tiba-tiba saja menepuknya, jelas hal itu tentu mengagetkan sosok Angkasa.
Sontak Angkasa menatap Juna tajam.
"Hehehe selow Sa selow" Juna menyeringai.
Angkasa memilih untuk tak menggubrisnya.
"Kenapa si ngelamun mulu?"
"Pengen aja" Jawab Angkasa singkat.
"Dih!, aneh banget lo biasanya juga kalo istirahat ke kantin, kantin yok!" Ajak Juna.
"Ah nggak dulu deh!"
"Ah! Gaak seru lo, ayok gc udah ditunggu yang lain nih" juna menarik tangan angkasa, memaksanya untuk tetap pergi bersama.
"Ntar aja besok, sekarang lagi gak mood gue"
"Sekarang aja, ada kak David sama kak Nathan juga tadi Sa, lo dicariin" Ujar Juna.
"Hah?!, serius lo?, ngapain mereka kesini?"
Angkasa sedikit terkejut ketika mendengar nama David dan Nathan, pasalnya dua orang tersebut telah lulus tahun lalu.
"Gak tau, ngurus ijazah kali, merekakan belum_"
Tanpa menunggu Juna selesai bicara Angkasa bangkit dan berlari menuju kantin.
"Yeuh..., katanya gak mau ke kantin, tapi guenya di tinggal"
Gerutu Juna.
ㄱㄱㄱ
"Izinin gue ya Lan, bilang aja lagi ke toilet"
Ucap Raya sambil mengemas barang-barangnya.
"Mau bolos lagi?, lo udah sering ke toilet loh pelajarannya pak bambang" Ujar Bulan memperingati Raya.
Raya memutar bola matanya malas, menghentikan aktivitasnya lalu mengarahkan dirinya ke arah Bulan sambil berkacak pinggang.
"Lan, pelajaran sejarah adalah pelajaran yang hanya membahas masa lalu, lo emang mau terperangkap di masa lalu hah?!" Kemudian kembali mengemas barangnya.
"Tapikan gak gitu juga kali Ay..."
"Cck!, udah ah gue mau ke rooftop bye"
"Aya..!"
Tanpa peduli ocehan dari Bulan Ayapun pergi meninggalkan ruangan, dia harus mengendap-endap karna bel pelajaran sudah berbunyi beberapa detik yang lalu.
"Hehe... mulus banget rencana gue"
Bangganya pada diri sendiri, dia terus mengendap sampai dirinya berhasil melewati setiap ruang kelas bahkan sampai akhirnya ia telah berakhir di depan tangga menuju rooftop.
"Gila gue jenius banget" Mengusap hidungnyaa menggunakan ibu jari.
Ketika baru saja melangkah,
"Ekhem!"
Seletika tubuhnya membeku di tempat mendengar dehaman tersebut.
"Udah jam pelajaran ngapain masih di luar?"
Raya memutar tubuhnya.
Terlihat sosok Angkasa yang sedang menyedekapkan tangan.
Raya menyeringai.
"E..., gini kak, g-gue... Oh ini buku gue ketinggalan di rooftop, iya ada buku gue yang ketinggalan, tadi gue ke_"
"Masuk" Titah Angkasa.
"Tapi kak_"
"Masuk, nanti biar gue ambilin"
Angkasa tau kalau Raya sedang berbohong.
Raya menggigit bibir bawahnya, mencoba mencari alasan yang bagus.
"Ck!, kenapasih?!, mending lo urusin urusan lo aja deh kak, lo kan juga seharusnya ada di kelas, lo aja masih keliaran"
"Gue lagi jam kos"
"Emangnya kata jam kos bisa buat lo bebas keliaran gitu?"
Raya menyedekapkan tangannya di depan dada.
"Gue lagi izin ke kamar mandi"
Raya terkekeh kecil.
"Waw, kamar mandinya jauh banget ya pak sampe ngelewatin tangga rooftop" Sindir Raya.
Ia tersenyum puas ketika Angkasa terdiam, diapun berbalik berniat untuk melanjutkan langkah.
"Maju lagi gue laporin BK" Ancam Angkasa.
Sontak Raya menghentikkan langkahnya, ia merotasikan matanya 180 derajat, membalikkan tubuh, menatap Angkasa tajam.
Perasaan kesal menguak.
"Apa?, berani?, gih lanjutin aja!, tapi jangan heran kalau lo di panggil ke ruang BK"
Raya menghembuskan nafas berat, berlalu menabrak bahu Angkasa.
"Nyebelin!"
Angkasa hanya menggeleng melihat Raya yang berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki, tak habis pikir dengan kelakuan adik kelasnya.
ㄱㄱㄱ
Tok-tok-tok!
"Misi pak"
"Masuk"
Raya berjalan masuk ke dalam kelas.
"Eh Raya..., tumben banget ke toilet sebentar"
Seisi kelas mulai menahan tawa.
Raya hanya melangkah tanpa bicara sepatah katapun.
Bulan jelas bertanya-tanya, ini cukup aneh, ia memperhatikan Raya dari semenjak ia masuk sampai dudduk di sebelahnya.
Raya yang sedang tak enak hatipun menarrik kursinya kasar.
"Sst"
Raya menoleh.
"Apa?"
"Kenapa gak jadi?" Tanya Bulan berbisik.
"Tau tuh!"
"Tau tuh?"
Bulan terkekeh kecil, mereka bahkan bicara sambil berbisik karna jam pelajaran masih berlangsung, sangat sulit bagi Bulan menahan tawa.
"Ketauan kak Asa gue" Kesalnya.
Jika saja Angkasa bukan ketua osis, mungkin Raya akan memukul Angkasa kala itu, belum lagi tadi adalah waktu pelajaran di mulai, bukan waktu istirahat.
"Tumben nurut"
Ucapan bulan jelas mencoret harga diri Raya, apalagi di kelas ia terkenal sebagai orang yang tak pernah menurut.
"Ish!, gak gitu, diancem gue, mau di laporin BK, tegil banget kan!, liat aja gue bakal balas dendam"
Bulan menahan tawa.
Plak!
Raya memukul bahu Bulan, suaranya yang cukup kuat menarik perhatian guru.
"Raya!, Bulan!"
Suara itu membuat mereka langsung berdiri.
"Berdiri diluar!"
"Siap pak..."
Merekapun berlalu keluar.
"Baru juga masuk kelas, bercanda... mulu" Omel pak bambang.
"Namanya juga anak-anak pak"
Celetuk Raya yang langsung membuat pak bambang hampir melayangkan penghapus yang sedang dia pegang.
"Jawab aja terus"
seisi kelas berusaha menahan tawanya, wajah pak bambang memang sedikit lawak jika sedang kesal.
Raya dan Bulan berdiri di luar tembok kelas.
"Emang diancem apa sama kak Asa?"
Raya yang terbawa kesal karna ingaat kejadian tadi, ia mendengus kesal.
"Gimana-gimana?, sini ceritain ke gue"
Raya menyedekapkan tangan dan mulai menceritakan kejadian yang tadi dia alami.
ㄱㄱㄱ
Tuk.
Tuk.
Tuk.
"Yah"
"Masuk"
Anak laki-laki itu dengan ragu menyentuh tuas pintu dan mulai menekannya kebawah.
"Kenapa Sa?"
"Eum..."
Rasa canggung mulai menyeruak.
"Langsung aja"
Angkasa terdiam, ia bingung ingin mengatakan hal apa, yang saat ini ia mau hanyalah berinteraksi dengan ayahnya.
"Asa mau ke luar ya yah"
"Kemana?"
"Mau main sama anak-anak"
"Iya"
Angkasa menghela nafas panjang, bahkan sang Ayah tak sama sekali menyempatkan diri untuk menaruh atensinya pada dirinya.
"Kenapa?, uangnya kurang?"
"Nggak kok yah"
"Ouwh"
Ketika rasa canggung mulai semakin menyeruak ia mengusap tengkuknya, ia memutuskan untuk mundur perlahan.
"Asa pergi"
"Ya".
Lagi-lagi Angkasa pergi dengan rasa kecewanya, ia selalu berpikir apa arti dirinya berada dalam keluarga ini, sepertinya kalau dirinya hilangpun sang ayah tak akan mencarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Thinkboy
ceritanya bagus, semangat kak
2023-12-28
0
Thinkboy
hal seperti ini selalu terjadi di keluarga yang terbilang memiliki ekonomi yang tinggi
2023-12-28
1
Bonsai Boy
Duh, kalau dikasih pilihan 1 antara jalan-jalan atau baca cerita ini, pasti saya milih ini 😍
2023-09-11
0