“Kenapa nggak lo jelasin?” tanya Manha yang memainkan kartu remi di tangannya.
“Iya, jelas-jelas dia salah paham sama lo,” timpal Emran sambil menyapa gadis-gadis yang melewati mereka.
“Untuk apa? Toh, di mata dia gue emang udah buruk. Ini juga bukan urusan dia. Dia nggak perlu tahu gue lagi berbuat apa dan di mana. Itu semua dia nggak perlu tahu,” jawab Sam yang nongkrong di atas bangku panjang di depan pintu masuk kantin.
Tangannya tidak berhenti memainkan rumput liar yang tadi ia petik sehabis ke warung belakang.
“Padahalkan buat bagusin image lo juga,” ucap Emran dan dianggukin Manha.
“Gue nggak perlu pendapat orang tentang gue. Gue akan melakukan apa yang gue suka. Biar mereka menilai sesukanya, tapi itu tetap nggak penting bagi gue.”
“Susah kalau ngobrol sama orang yang terlalu cuek.” Manha bangun dari duduknya, “gue mau cari minum dulu ke dalam.”
Emran mengangguki dan Sam terlihat acuh.
“Sam!” panggilan itu membuat rumput liar yang sedari tadi Sam pegang terjatuh.
Cowok itu mendongak. Ia mendapati Adira serta kedua temannya di belakang.
“Kapan kita mau ngerjain tugas? Bukannya dua hari lagi harus dikumpul?” tanya Adira sedikit canggung.
“Pulang sekolah tunggu gue di parkiran.”
Dira mengangguk kaku, lalu ia dan kedua temannya melangkah masuk ke dalam kantin. Manha yang berpapasan dengan Dira hanya tersenyum lebar.
“Lo ngeliat Dira nggak tadi?” ucap Manha antusias sambil membuka tutup botol minumannya.
“Iya, barusan ngobrol sama Sam,” jawab Emran.
Manha menutup botolnya lagi setelah mendeguk beberapa kali, “ngobrolin apa? Katanya Dira marah sama lo, Sam.”
“Cuma ngebahas tugas.” Sam berdiri dari duduknya, “gue cabut duluan ya.”
“Mau ke mana lo, Sam?” tanya Emran.
“Abis ini pelajaran matematika. Gue males masuk. Mau nongkrong di tempat anak-anak manjal.”
Setelah itu Sam berjalan cepat meninggalkan kedua temannya yang masih duduk dan sesekali menggoda siswi yang lewat.
Adira menoleh ke belakang saat membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Ia tidak melihat Sam di sana, hanya ada tasnya saja. Padahal kelas sudah selesai. Sepanjang pelajaran Sam tidak hadir.
“Ayo, kita ke depan bareng!” ajak Yara yang telah memakai tasnya.
“Ayo!” Violet menyahuti.
Dira mengikuti saja kedua temannya itu. Saat di parkiran ia berhenti.
“Kalian duluan aja. Gue ada janji sama Sam.”
“Sam itu nggak ada di kelas tadi, Dir. Dia bolos. Lo masih mau tungguin juga?” tanya Violet.
“Tasnya ‘kan masih ada di dalam. Dia pasti balik lagi. Kalian duluan aja!” balas Adira.
Violet mengedikkan kedua bahunya, “oke deh kalau itu mau lo.”
“Kita duluan ya,” pamit Yara.
Dira mengangguk sambil tersenyum. Meyakinkan kedua sahabatnya agar tidak khawatir.
Sepuluh menit Adira menunggu, sampai parkiran mulai sepi. Tersisa beberapa mobil dan motor milik guru-guru yang mengajar. Sam belum juga terlihat batang hidungnya.
“Apa gue pulang aja ya?” tanya Dira ke dirinya. Ia sesekali memperhatikan jarum jam yang ada di pergelangan.
Akhirnya orang yang Dira tunggu muncul juga. Abrisam datang dengan membawa keresek berisi makanan.
“Sorry ya lama. Abis beli makanan dulu.” Sam menunjukan kantong plastik yang ada di tangan kirinya.
Dira mengangguk saja.
“Ayo, kita kerjain tugasnya! Sebelumnya ke kelas dulu ambil tas gue.”
Adira mengikuti langkah cowok itu. Sebenarnya dia malas, tapi kalau tidak karena nilai dari Miss Jesica ia tidak akan melakukan ini.
Sam mengajak Dira ke rooftop sekolah. Disana angin kuat berembus menerpa kulit gadis itu.
Abrisam meletakan keresek makanannya di atas meja, lalu menjatuhkan bokong pada sofa reot yang tidak terpakai lagi. Dira ikut duduk di sebelahnya dengan memberi jarak.
“Jauh banget lo duduk. Sini deketan!” Sam melambaikan tangannya menyuruh Dira mendekat.
Dira menggeleng, “nggak! Gue di sini aja.” Lalu ia membuang muka.
“Terserah lo deh.” Sam mengeluarkan isi keresek yang ia bawa sedari tadi, “buat lo.” Ia memberikan satu minuman kaleng untuk Dira.
“Kita ini mau makan-makan atau belajar?” tanya Dira menatap Sam yang udah makan snack dari tadi.
“Dua-duanya, biar nggak tegang kali. Masa kita fokus banget belajar.”
Adira mengeluarkan buku-bukunya, “memang harus begitu. Kita harus fokus ke tugasnya dulu.”
Sam jadi nggak enak. Ia meletakan bungkus makanannya dan membersihkan tangan, lalu mengeluarkan buku miliknya.
Setengah jam mereka serius membahas tugas dari Miss Jesica. Hingga tawa dari Sam meledak.
“Hahaha yang ini aja lo nggak ngerti?” tanya Sam.
“Dan lo pikir lo udah hebat?”
“Gue nggak bilang begitu.” Sam menarik buku milik Adira, “sini gue tunjukin.”
Selama Sam menerangkan pada Dira. Gadis itu malah fokus pada wajah Sam. Ia berpikir sebenarnya Sam itu pintar, tapi kenapa ia selalu berbuat ulah di Sekolah? Kenapa ia suka bolos kelas? Dan kenapa ia memalak orang?
Abrisam yang merasa sedang ditatap mengangkat kepalanya.
“Kenapa?” tanya Sam, “gue ganteng ya?” Sam menunjukkan beberapa pose andalannya.
Adira yang tersadar segera memalingkan wajah, “PD banget lo!”
Sam terkekeh melihat Dira yang salah tingkah.
“Lo ngeliatin gue begitu. Seperti mau menerkam.”
“Udah cepat jangan bercanda terus! Makin sore nih.”
“Kalau hari ini belum selesai. Kita lanjut besok aja ya,” ucap Abrisam tanpa menatap Dira. Ia fokus mencatat lagi.
“Ketemu lo lagi dong?” Adira menopang dagunya dan melihat pemandangan di depan, “males banget.”
“Tiap hari juga kita ketemu.” Sam menutup bukunya, “harusnya bersyukur bisa berduaan sama gue begini. Banyak cewek di luar sana pengen ada diposisi lo.”
“Mungkin itu cewek udah stres mau ada diposisi gue sekarang. Kalau posisi ini bisa gue kasih orang udah dari lama gue kasih.”
Sam tertawa pelan mendengarnya. Ia yang sedang minum segera menjauhi minuman kalengnya sebelum tersedak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Embun
gombalan sam kurang merangsang😹
2020-02-26
10
Embun
kek ke istri aja minta salim:v
2020-02-26
1
Embun
ih sial sam kepedean gtu,ah geuleuh gue kebayang muka sam setiap detail ceritanya'-'
2020-02-26
1