“Lo yakin bakal ngelakuin ini?” Tanya Emran yang masih ragu akan rencana Abrisam.
Ketiga cowok pembuat onar itu sedang mengendap-endap di dekat kamar mandi sekolah.
“Yakin seratus persen. Gara-gara itu guru gue terus diatur-atur sama Adira. Gue harus kasih kejutan ke dia,” jawab Sam sedikit menyunggingkan bibir.
Mereka baru saja melihat Pak Yuhdi masuk ke kamar mandi itu. Sam akan membalaskan dendamnya. Ia jengkel dengan guru BK-nya yang menyuruh Adira menjadi pengawas dirinya.
“Kalau gitu gue sama Emran jaga di depan ya,” saut Manha yang ada di barisan paling belakang.
“Oke. Kalian awasin sekitar aja!” Sam mengacungkan jempol, lalu jalan menjinjit-jinjit masuk ke kamar mandi.
Emran dan Manha bener-bener menjalankan tugasnya untuk membantu Sam. Setelah sampai di kamar mandi cowok itu berhenti sebentar. Ia memperhatikan kabin-kabin kamar mandi hanya satu yang ditutup. Sudah dipastikan Pak Yuhdi ada di dalamnya.
Sam mengeluarkan korek serta petasan dari saku celana.
“Kita main-main sedikit ya, Pak.”
Sam menarik bibir membentuk smick. Ia membakar petasannya dengan api. Kemudian berlari ke salah satu kabin dan melempar petasan ke dalam setelah itu Sam segera kabur keluar.
Abrisam berlari keluar sambil tertawa terbahak-bahak. Mereka lekas menutup telinga. Tidak lama suara petasan dan teriakan Pak Yuhdi terdengar bersamaan.
“Ayo, pergi!” Sam mengepakkan tangannya. Mengajak kedua temannya untuk lekas pergi dari sana.
Tidak butuh waktu lama buat Pak Yuhdi menemukan siapa pelaku dari perbuatan itu. Sekolah hampir tiga tahun tidak menjamin seseorang akan mengingat apa yang ada di sekolahnya. Sam dan kedua temannya melupakan cctv yang ada di pintu masuk kamar mandi.
Akhirnya ketiga cowok itu masuk ruangan lembab dan sempit ini. Yaitu, ruang kerja Pak Yuhdi. Jangan lupakan satu orang lagi, Adira juga jadi terseret-seret.
“Ini semua gara-gara lo. Ngapain sih lo ngerjain guru? Cari masalah terus hidupnya,” omel Adira dengan suara agak dikecilkan.
Sam yang duduk di sebelahnya menjawab, “jangan salahin gue. Gue begini gara-gara Pak Yuhdi dan lo juga.”
“Kenapa gue?”
“Lo banyak ngatur.”
“Eh, gue juga ogah ngatur-ngatur lo, tapi ini tugas dari Pak Yuhdi. Kalau nggak gue ikutin bisa dihukum.”
Emran dan Manha yang duduk di belakang mereka hanya mendengarkan.
“Cuma seminggu ini hukumannya. Mending lo jalanin aja hukuman dari pada harus ngerubah gue. Karena itu percuma aja.”
“Kepala lo pitak! Lo enak ngomong doang. Lo nggak tahu perpustakaan kita segede apa?” Sam mengedikkan bahu. Dia memang tidak tahu karena tidak pernah masuk ke sana, “seminggu bersihin itu perpus sendiri bisa mokat gue.”
“Lebay!” gumam Abrisam yang tidak menatap Dira.
“Apa lo bilang tadi?”
“Sudah-sudah jangan berdebat terus!” seru Pak Yuhdi yang baru masuk ke ruangannya, sebelumnya ia meminta izin keluar sebentar.
“Bukannya tadi saya suruh merenungi kesalahan kalian? Ini malah adu mulut.”
“Saya kenapa jadi ikutan masuk BK, Pak? Saya ‘kan nggak punya salah apa-apa,” tanya Adira.
Pasalnya baru ini Adira masuk BK karena terlibat masalah. Selama ini bersekolah Adira sangat anti masuk ke ruangan itu. Dia sangat menghindarinya. Namun, kali ini akibat ulah Sam, ia yang bertanggung jawab atas perilaku Abrisam terpaksa ikut masuk ke ruangan yang terkenal mengerikan ini.
“Siapa bilang? Kamu punya kesalahan. Kamu ceroboh. Kenapa tidak mengawasi Sam lebih ketat sehingga dia mengerjai saya?” ujar Pak Yuhdi yang sekarang duduk di kursi kebesarannya.
Adira melirik sinis Sam yang ada di sebelahnya. Kemudian menatap guru paru bayah itu.
“Maafkan saya, Pak. Saya akan lebih keras lagi dengan Sam.”
Mendengar ucapan gadis itu Sam refleks menoleh dengan mata terbuka lebar.
“Memang harusnya seperti itu.” Pak Yuhdi beralih menatap ketiga siswanya, “kalian bertiga maunya apa? Saya itu sudah bosan melihat muka kalian terus ada di ruangan ini.”
“Makanya Pak jangan seret-seret kita lagi ke ruangan ini kalau bosan,” celetuk Manha.
“Heh!” pukulan tangan di meja yang dilakukan Pak Yuhdi mengejutkan keempat muridnya itu, “saya lagi tidak bercanda.”
Emran menyikut Manha. Membuat Manha mengunci mulutnya sekarang.
“Sebagai hukuman buat kalian bertiga. Bersihkan kamar mandi yang tadi saya pakai.” Pak Yuhdi menatap Adira, “buat kamu awasi mereka sampai pekerjaannya selesai.”
Adira menghela napas. Ia kira sudah bisa bebas sehabis ini. Malah masih terperangkap dengan ketiga orang itu. Kalau tidak karena Abrisam CS mungkin saja Dira masih menikmati baksonya sekarang.
“Pak masa bersihin WC sih?” tanya Emran.
“Ini bukan pasar ya yang bisa tawar-menawar kerjakan atau saya tambah lagi hukumannya.”
Sam dengan cepat mengangkat kedua tangan dan menggerakan di depan dada, “jangan, Pak! Ini aja sudah cukup.”
Sam, Emran, dan Manha buru-buru keluar dari ruang BK. Disusul dengan Adira yang ikut keluar juga.
“Ah lo juga ngapain sih tadi? Untung nggak ditambah hukuman kita,” ucap Sam pada Emran.
“Kali aja Sam bisa dinego,” balas Emran.
"Ini karena kalian ceroboh kenapa gak inget kalau ada cctv?" tanya Sam menyalahi temannya.
"Gue juga lupa," ucap Emran.
"Setahu gue emang ada beberapa kamar mandi yang sudah dipasang cctv. Sudahlah, jangan dibahas lagi. Kita juga sudah dikasih hukuman." Manha menegahkan.
Adira memperhatikan ketiga cowok yang masih berdiri di depan pintu itu.
“Tunggu apa lagi kalian? Sana kerjain hukumannya! Gue bakal ngawasin.”
Ketiga cowok itu serentak menghela napas, lalu berjalan menuju kamar mandi. Adira mengekori dari belakang.
Di sini mereka sekarang. Di sebuah kamar mandi yang terdiri dari lima kabin. Sam, Emran, Manha terlebih dulu melepas seragam mereka dan menyisakan kaos putih yang dipakai sebagai dalaman.
“Dasi yang kemarin gue beliin ke mana?” tanya Adira yang berdiri di depan pintu.
“Di rumah, lupa gue pakai.” Sam mengambil alat pel, “lagi pula gue nggak biasa pakai dasi.”
“Susah bener lo diatur!” Adira melipat tangannya di dada.
“Ya sudah pergi aja sana lo! Nggak usah ngatur gue lagi,” ujar Sam.
“Maunya gue juga begitu, tapi nggak bisa,” gumam Adira menatap keluar. Ia mengeluarkan ponsel dari saku seragam dan mengirim pesan pada salah satu sahabatnya.
“Sam lo aja yang bersih-in kloset!” teriak Manha.
Sam menoleh dan tidak memedulikan Adira lagi, “males. Itu tugas lo, gue mau ngepel aja.”
Manha cemberut dan terpaksa menyikat kloset yang lumayan kotor itu. Sedangkan Emran tertawa melihat ekspresi temannya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Haura
🤣🤣🤣🤣
2021-05-29
0
Sayyidah Husri
🤣🤣🤣🤣🤣
2020-06-23
1
Alleya_fa
sam sam sampreet lu🤭🤭
2020-06-09
1