“Kalian berdiri dan memberi hormat pada bendera sampai jam istirahat!” perintah kepala sekolah dengan tegas.
“Bapak nggak nyangka kamu ikut-ikutan seperti Abrisam. Padahal setahu saya, kamu anak olimpiade matematika tahun lalu ‘kan?”
Perkataan kepala sekolah beberapa jam yang lalu masih terngiang-ngiang di pikiran Adira.
Ia menoleh ke samping. Abrisam masih fokus menatap bendera di depannya. Harusnya Adira pulang saja tadi bukan ikutan masuk dengan cara tidak terhormat seperti tadi. Kalau begini ia kena dua catatan buruk.
Pertama terlambat dan yang kedua masuk diam-diam. Adira kesal dengan Abrisam.
“Kenapa? Mau pingsan?” tanya Sam yang merasa diperhatikan.
“Nggak.” Dira segera mendongak menatap bendera dan memberi hormat lagi.
Sam bergeser beberapa langkah mendekat ke Dira. “Gue kira mau pingsan kayak di film romantis gitu. Entar gue yang bopong ke UKS.”
Mendengar bisikan Sam di telinganya. Gadis ini kembali menoleh pada cowok itu.
“Nggak sudi dibopong sama lo! Lagi pula gue nggak selemah itu," jawab Adira dengan suara berbisik pula. Setelahnya, ia kembali membuang muka.
“Berarti gue nggak salah pilih ya?”
tanya Sam membuat Adira menatapnya lagi.
“Pilih apa?”
“Pilih lo sebagai calon pacar gue. Lo ternyata cewek yang kuat. Selama ini gue jomblo emang lagi nyari yang kayak lo.”
“Najis! PD banget lo. Gue mau gitu sama lo? Nggak!” Dira bergeser sedikit, lalu fokus menjalani hukumannya kembali.
Sam yang mendapat respon seperti itu malah tertawa. Ia ikut mendongak dan memberi hormat lagi pada bendera merah putih yang berkibar di tiang tinggi.
"Lo tahu nggak kisah bendera ini bisa berkibar seperti sekarang?" tanya Sam yang masih menganggu ketenangan Adira.
Tanpa menoleh Adira menjawab, "tahu-lah, 'kan ada di pelajaran sejarah. Makanya jangan kebanyakan bolos saat pelajaran itu."
"Gue bolos karena nggak suka sama pelajarannya."
Adira akhirnya kalah, ia kembali menatap Sam yang berdiri sangat dekat dengannya.
"Berarti semua pelajaran lo nggak suka? Ampir tiap hari gue liat lo sering hilang dari kelas." Gadis itu menggerutu sendiri.
"Lo tahu alasan gue nggak suka?"
"Nggak penting juga gue harus tahu." Sam mencebikkan bibir saat Adira berkata seperti itu.
"Gue nggak suka mengulang masa lalu. Masa lalu lebih baik cukup disimpan jadi kenangan. Yang gue suka itu merangkai masa depan, apa lagi masa depan bersama lo."
Adira mendelik. Otaknya langsung berpikir apa Sam kesambet setan lapangan sekolahan ini.
"Basi gombalan lo!"
"Yang penting berhasil buat lo baper 'kan?"
Dira menatap pada lelaki itu tajam, "nggak tuh." ia menekan setiap ucapannya.
Abrisam malah tertawa dibuatnya. Benar-benar kesambet pikir gadis itu.
Matahari yang makin lama makin panas menerpa kedua pelajar itu. Suasana masih sepi karena yang lain fokus belajar. Istirahat tinggal beberapa menit lagi. Adira berusaha terus kuat. Walau kelihatan lelah di wajahnya.
Teetttt... teeeettt....
Mendengar bel berdering sepenjuru sekolah Adira lekas menurunkan tangan yang sedari tadi sudah pegal memberi hormat. Senyuman terukir di bibir ranumnya.
“Akhirnya kelar juga.” Ia menghembuskan nafas panjang.
Siswa dan siswi yang baru saja keluar dari kelas menatap penuh tanya pada Adira dan Abrisam. Mereka jadi pusat perhatian.
“Ini semua gara-gara lo!” Abrisam yang sedang menyeka keringatnya tersentak mendengar ucapan Dira, "kita jadi dilihatin anak-anak sekolahan ini."
“Kita lagi apes aja. Biasanya gue selalu lolos masuk sampai ke kelas.”
“Bodo! Gue nggak mau lagi ikut-ikut cara lo. Jangan dekat-dekat gue lagi!”
Adira segera berlari meninggalkan lapangan.
“Jadi, kalian dihukum berdua?” tanya Yara mempertegas tuturan Dira sebelumnya.
Adira mengangguk, “sial banget gue, sampe ke kelas juga nggak. Malah dijemur kayak ikan asin.” Ia menggebrak sedikit keras meja yang ada di kelasnya.
Yara mendengarkan cerita Dira sambil menghabiskan cilok yang tadi ia beli di Kantin.
“Duh kasihan Dira-ku bisa-bisa jadi hitam,” ucap Violet lekas mengipasi Dira dengan kipas tangan yang sering ia bawa ke mana-mana.
“Pokoknya gue nggak mau ikut-ikut cara Sam lagi. Yang ada gue bakal dikenal sebagai anak nakal. Gue ‘kan mau jadi lulusan terbaik di Sekolah ini.” Dira berceloteh menatap kedua temannya bergantian.
Violet menopang pipinya di meja. Ia mengangguk-angguk ketika Dira berbicara.
Sedangkan di tempat lain. Sam menceritakan pengalaman dihukumnya dengan Dira kepada kedua sahabat karibnya di Toilet.
“Kalian dihukum dong sama kepala sekolah?” tanya Emran.
Sam menghisap rokoknya lalu menghembuskan asap perlahan, “iya.”
“So sweet-nya. Dihukum berduaan,” ucap Emran sesudah membuang asap rokok yang ada di mulutnya.
“So sweet dari mananya? Dia nyalahin gue mulu.”
Emran tertawa keras mendengar ucapan teman yang sudah ia kenal dari 2 tahun yang lalu ini.
“Gue pikir-pikir tuh cewek lucu juga. Walau kadang nyebelin, terlalu ngatur gue.”
“Adira itu yang ngomelin lo di depan ruang BK dulu ‘kan?” tanya Manha membenarkan resleting celananya sesudah buang air kecil.
“Iya, bener.” Emran mematikan rokoknya dengan menekan ke dinding, “lo masih inget aja yang itu.”
“Berkesan banget, ****. Abrisam baru keluar dari ruang BK, terus disemprot pakai omelan sama tuh cewek. Mana di depan orang banyak.” Manha terkekeh sambil mencuci tangan di wastafel.
“Jangan diingat-ingat lagi bang*at!” Sam mendorong lengan Manha.
Manha yang mendapat reaksi seperti itu malah tertawa lagi.
“Lo ada niatan buat jadian sama tuh cewek?” Emran membuang puntung rokoknya ke tempat sampah, “kayaknya kalian cocok siapa tahu berkat dia lo bisa berubah.”
Manha merapat ke teman-temannya, “siapa tahu nanti lo jadi murid teladan.” cowok yang tingginya lebih rendah dari Sam itu cekikikan lagi.
“Apa sih kalian. Kalau gue ngegodain atau dekat sama cewek itu bukan berarti gue suka. Cuma kalau sama Dira, gue seneng aja liat cewek itu ngomel-ngomel. Tambah dia kesal, gue tambah bahagia.”
“Awas nanti pas dia nggak ada kangen sama omelannya.” Goda Emran.
Emran dan Manha tertawa. Sam menggeleng dan sedikit tersenyum mendengar ucapan kedua temannya.
“Ayo buang rokoknya. Kita balik ke kelas.” Emran melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, “tiga menit lagi bel.”
Sam mematikan api rokoknya, lalu membuang puntung rokok ke kotak sampah. Dia dan sahabatnya berjalan keluar dari toilet dengan santai tanpa takut ketahuan habis merokok.
Saat di persimpangan Sam harus berpisah dengan teman-temannya itu. Mereka beda kelas. Sedangkan Manha dan Emran masih satu kelas dari dulu.
MAKASIH MASIH MAU MAMPIR. LOPE ❤ BUAT READERS-KU 😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Trusthi Widhi
tulisannya asyik untuk d baca❤️
2023-01-10
0
@salma#
yg sering2 ngomel2 pasti lg dikangenin babang sam ... wkwkwckxkck
2020-09-09
2
Winda Nurjannah
yang nyebelin tuh nganagenin hhii
2020-05-28
2