Sam cekikikan. Namun, tawanya berhenti saat seseorang dari belakang mencengkeram kuat kerah seragamnya.
Semua yang duduk di meja itu mendongak untuk melihat siapa orang yang berani berurusan dengan Abrisam Pradipta.
“Lo nggak denger dia udah minta lo pergi dari sini?” ucap Afraz menatap tajam Sam.
Sam menepis tangan itu kasar, lalu ia berdiri. Adira sudah ketakutan kalau mereka akan berkelahi.
“Santai aja, Bro.” Sam menatap remeh Afraz. Kemudian tangannya bergerak merangkul Dira, “gue sama dia best friends. Iya, kan Dir?”
Adira berusaha melepas rangkulan itu. Namun, Sam mengeraskan tangannya. Dira terus senyum-senyum nggak jelas ke Afraz. Melihatkan kalau ia tidak masalah sama sekali ada Sam di situ.
“Iya, Raz. Kita tadi cuma main-main.”
Dira melirik Sam. Berbisik minta melepaskan rangkulannya, tapi Sam mengacuhkan gadis itu.
Afraz melirik tangan Sam yang ada di bahu Dira. Ia seperti tidak suka melihat itu.
“Baiklah, kalau begitu. Gue salah paham. Maaf sudah mengganggu kalian.” Setelah itu Afraz meninggalkan kantin.
Siswa dan siswi yang memperhatikan mereka juga membubarkan diri.
“Lepas!” bentak Adira melepas paksa tangan Sam dari pundaknya, “modus aja lo biar bisa pegang-pegang gue.”
Sam kembali duduk dan menyantap rotinya, “GR, itu biar dia yakin kalau kita lagi nggak bertengkar.”
Adira mencibir. Pandangannya tertuju pada pintu keluar kantin. Sosok Afraz sudah tidak terlihat. Ia takut Afraz salah paham. Sejujurnya, Dira masih berharap bisa jadi pacar cowok itu.
“Kamu suka yang mana sayang?” tanya Tomi pada gadis muda di sebelahnya.
“Yang ini, Mas. Sepertinya akan lucu dekorasi pernikahan kita pakai yang ini.” Tunjuk Vania pada sebuah majalah berisi macam-macam dekorasi.
“Jadi saya memakai yang ini ya. Tolong atur semuanya. Uang akan saya transfer,” ucap Tomi pada EO yang akan mengurus pernikahannya itu.
Abrisam baru turun dari kamarnya yang ada di lantai dua. Kedua matanya sudah menangkap sosok ayahnya dan wanita muda colon ibu tirinya yang ke tiga.
“Mau ke mana kamu Sam?” tanya Tomi yang melihat anaknya berdiri di dekat dia.
“Main, Pi. Sam boleh minta uang?” tanya Sam sedikit jutek.
Tomi menatap orang di sekitarnya. Ia malu kalau harus memarahi Sam lagi, lalu ia memutuskan akan memberikannya.
“Tunggu sebentar! Papi ambilkan dulu uangnya.” Sam mengangguk dan masih berdiri di tempatnya.
Sam melirik Vania yang berjalan mendekatinya. Wanita itu memperhatikan penampilan Sam.
“Kamu lebih tampan dari Papimu,” bisiknya di telinga Sam. Membuat cowok itu menoleh padanya, “tapi sayangnya kamu kere dan masih bocah ingusan.”
Sam menatapnya tidak suka. Wanita itu malah tersenyum menyiratkan sesuatu. Ia kembali duduk saat Tomi datang lagi.
“Ini uangnya. Jangan boros-boros!” Pria itu memberikan beberapa lembar uang ratusan.
Tidak mengucapkan terima kasih Abrisam pergi begitu saja meninggalkan rumahnya.
“Itu Sam!” seru Manha.
Abrisam sudah di tunggu oleh kedua temannya dan teman-teman motornya.
“Dari mana aja lo, Sam?”tanya Alex ketua dari Geng motor bernama manjal atau singkatan dari macan jalanan.
Sam memarkirkan motor terlebih dulu, “sorry, guys. Ada urusan sebentar. Kalian sudah sumbangan?”
“Sudah, cuma lo aja yang belum,” jawab Emran.
Sam lekas mengeluarkan uang yang diberi Papinya. Ia meletakan uang itu ke atas meja dan menyisakan dua ratus ribu untuk pegangan.
Alex mengumpulkan uang-uang itu, “karena sudah lengkap. Ayo, kita langsung aja ke tempat anak-anak jalanan itu.”
Semua bersorak bersemangat. Sebenarnya, ini kegiatan rutin satu bulan sekali yang Sam jalankan dengan teman-temannya. Kegiatan positif ini sudah lima kali mereka kerjakan.
Sampai di lokasi Sam dan teman-temannya memarkirkan motor terlebih dahulu. Uang yang tadi dikumpulkan sudah berganti dengan makanan, pakaian serta buku pelajaran.
“Tolong-tolong, Kak! Tolong aku!” teriak salah satu anak jalanan yang berdiri di pinggir jalan.
“Biar gue aja,” ujar Sam pada teman-temannya. Semua mengangguki. Sam segera berlari mendekati anak itu.
“Kenapa, dek?” tanya Sam.
“Kak Sam. Itu Kak uang alif diambil pereman itu.” Tunjuknya pada seorang pria yang sudah berlari lumayan jauh.
“Kak Sam akan ambil uangmu lagi. Kamu tunggu di tempat teman-temanmu ya!"
Alif mengangguk, “iya, kak. Hati-hati!”
Sam sudah berlari cepat mengejar pria tadi. Selain pintar bahasa inggris, Sam juga bisa berlari sangat cepat. Dapat kelebihan ini saja ia sudah sangat bersyukur.
BRUK
Pereman itu tersungkur saat punggungnya ditendang oleh Abrisam.
“Kembalikan uangnya!” teriak Sam.
Ternyata pereman itu mencuri pandang pada Sam. Ia bangun lagi dan menatap remeh pada Abrisam.
“Nggak usah sok jagoan lo!” ucapnya cukup keras.
“Maaf, Bang. Sebenarnya saya tidak ingin melakukan kekerasan, tapi kayaknya abang tidak mau berdamai saja.”
“Bacot!” pria itu membuang ludahnya ke samping setelah itu memukul Sam.
Tentu Sam tidak diam saja. Ia membalasnya dengan bela diri yang ia bisa. Beberapa kali wajahnya terkena tinjuan. Namun, ia harus mengambil kembali uang milik Alif.
Dimas memberhentikan motor vespanya secara tiba-tiba saat melihat ada perkelahian di jalan yang ia lewati.
“Kak Dimas kalau mau ngerem bilang-bilang dong. Ada apa sih?” gerutu Adira yang terkejut di jok belakang.
“Lo nggak liat tuh ada yang berantem.”
Adira menyembulkan kepalanya ke samping, “Sam,” gumam Dira saat melihat Sam sedang menghabisi seseorang.
“Lo kenal?” tanya Dimas menoleh ke adiknya.
“Dia teman gue, Kak.” Adira turun dari boncengan. Tanpa melepas helmnya ia mendekati dua orang yang berkelahi tanpa ada yang memisahkan itu.
“Adira itu bahaya!” teriak Dimas yang tetap ada di vespanya.
Sam merampas uang yang pereman itu pegang, lalu tangannya meninjui wajah pria itu. Sam seperti tidak mau kehilangan kesempatan. Saat orang itu terkapar di jalan ia terus memukulinya.
“Sam sudah cukup!” Adira mencoba melerai.
Tidak sia-sia Sam berhenti dan pereman itu lari ketika ada kesempatan.
“Apa-apaan sih lo. Kenapa harus berantem lagi?”
Abrisam menatap Adira dengan napas yang terengah-engah, keringat bercucuran dan wajah babak belur.
“Gue...”
Adira menunduk. Melihat ke tangan cowok itu. Sam melihatkan uang yang ada di tangannya.
“Lo malakin orang?”
“Hah? Gue...”
“Gue nggak nyangka ya. Bukannya bokap lo pengusaha properti yang lagi sukses-suksesnya? Kenapa lo masih malakin orang? Gue nggak abis pikir. Bokap lo pasti sedih liat anaknya begini.”
Adira terus berbicara tanpa memberi kesempatan pada Sam untuk menjelaskan.
“Sudahlah, percuma ngomong sama orang kayak lo.”
Gadis itu melangkah pergi mendekati Dimas yang masih menunggu.
“Ayo jalan kak!” Dira menepuk pundak Dimas saat ia sudah duduk kembali.
Dimas menjalankan motornya melewati Sam yang masih terdiam dengan tampang yang sudah acak-acakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Sayyidah Husri
Salah paham kmu adira 🤦🏼♀️🤦🏼♀️🤦🏼♀️🤦🏼♀️
2020-06-23
5
Anis kurly
kadang klo sudah terlalu kesel sama orang. bawaannya salah paham mulu.biar dia buat baek tetep aja salah.
sudah cacat aja
2020-05-02
8
Syakira
Adira su'udzon aja sama Abrisam, padahal niatnya kan baik
2020-04-29
4