Bab 17

"Kamu gak punya siapa-siapa di malang selain aku"

Dhika mengingat apa yang baru saja dia katakan pada Zanna dan merasa menyesal. Bagaimana bisa dia mengingatkan adiknya bahwa mereka tidak memiliki orang tua lagi?

"Bodoh" umpatnya kesal tapi tidak meninggalkan rumah Zanna. Sampai lampu rumah itu menyala karena malam telah datang.

Dinas Pertanian.

Dhika memang merasa agak terkejut Zanna memilih untuk bekerja disana. Dan dia tidak bohong saat mengatakan memiliki banyak kenalan di dinas itu. Lahan perkebunan dan pertanian miliknya sering menjadi tempat penelitian dan kajian dari Dinas itu. Karena itu Dhika memiliki banyak hubungan baik dengan beberapa pejabat disana. Juga karena itu dia bisa memasukkan seseorang untuk bekerja disana. Yang disesalinya sekarang.

"AAAHHHHH"

Dhika hampir melangkahkan kaki meninggalkan rumah Zanna saat mendengar teriakan itu. Dia menggedor pintu dan berteriak memanggil adiknya.

"Zanna!!! Zanna!!! Buka pintunya!!"

"Pergi! Pergi! Pergi!" balas Zanna dari dalam rumah.

Tentu saja DHika tidak menurut. Dia mengambil kunci miliknya dan membuka pintu. Dhika mencari adiknya di dalam rumah dan menemukannya berdiri di atas meja makan.

"Kamu ... ngapain?"

"TIKUS!" teriak Zanna menunjuk ke sudut ruangan. Dhika melihat tikus yang cukup besar sedang kebingungan mencari jalan keluar. Dia mencari sapu dan membuka pintu belakang.

Pintu belakang yang dia buka mengarah pada halaman untuk menjemur baju. Seingatnya. Tapi sekarang dia hanya bisa melihat sebuah halaman penuh rumput tinggi dan lampu yang redup. Pasti tikus itu datang dari sini. Dia berbalik lalu mengusir tikus dan mengunci pintu belakang dengan susah payah. Rumah ini benar-benar butuh diperbaiki. Setidaknya agar layak untuk dihuni oleh Zanna.

"Sudah. Kamu bisa turun" katanya melihat Zanna masih berada di atas meja makan.

"Udah gak ada?"

Dhika tersenyum melihat wajah ketakutan adiknya.

"Sudah. Sudah lari ke belakang"

"Kok gak dimatiin sih? Nanti kalo balik masuk l;agi gimana??!!"

Tidak ada kata terima kasih untuk didengarnya. Dhika merasa tidak dihargai karena telah mengusir tikus yang menakuti adiknya.

"Kasihan tikusnya" jawabnya ingin menggoda Zanna.

"Kasian apanya? Harusnya dimatiin biar gak masuk lagi"

"Dia bisa hidup di belakang. Kamu juga cuma sendirian, biar ada temennya"

"Temen tikus? Gila apa!!"

Perlahan Zanna duduk, seperti ingin turun dari meja. Sebelum Dhika sempat mendekat ternyata kaki-kai meja itu tidak kuat menopang berat badan adiknya dan runtuh begitu saja. Membuat Zanna terjatuh dengan wajah menyentuh lantai.

"Zanna!!" Dhika mengangkat tubuh adiknya dengan satu gerakan cepat.

"Aduhhh" keluh Zanna lalu Dhika merasa ngeri melihat wajah adiknya sendiri.

"Ayo ke rumah sakit"

"Ngapain sih? Jatuh doang. Lepasin ahhh"

"Dagu kamu ... berdarah"

Zanna mengelap dagunya dan melihat darah merah segar di tangannya.

"Wahh. kok bisa?"

Kali ini Dhika tidak melihat ketakutan di wajah adiknya. Malah, Zanna tampak sangat tenang saat memegangi lukanya yang masih mengeluarkan darah.

"Pasti kena kayu meja. Kita ke rumah sakit sekarang. Kakak ambil mobil dulu"

Dhika berlari kencang ke rumahnya. Mengejutkan penjaga dan pembantu rumahnya karena bertiak meminta kunci mobil dengan cepat. Lalu pergi begitu saja dengan mobilnya. Kembali ke rumah Zanna dan melihat adiknya itu berlutut di depan meja yang hancur.

"Ayo ke rumah sakit" ajaknya lalu mendapati luka Zanna sudah ditutup plester seadanya.

"Ngapain? Cuma luka segini aja" jawab Zanna yang mulai mengumpulkan serpihan meja.

"Luka kamu harus diperiksa dokter. Dibersihin takutnya ada kayu yang masuk. Itu darahnya juga masih keluar"

"Gak usah. Tadi udah aku periksa. Gak ada kayu yang masuk. Darahnya juga cuma sedikit sekarang"

"Jangan bantah kakak!! Masuk ke mobil sekarang!! Kita ke rumah sakit" paksa Dhika lalu menarik adiknya itu ke dalam mobilnya.

Kiran tidak tahu orang itu memiliki masalah dengan telinga atau otaknya. Jelas-jelas dia mengatakan kalau luka yang ada di dagunya itu luka kecil. Tapi sekarang dia berhadapan dengan dokter yang sedang memelototi lukanya di rumah sakit.

"Tadi dia jatuh ke lantai, kepala duluan. Dokter juga harus periksa kepalanya"

"Ini cuma luka kecil. Tidak butuh jahitan. Apa mbak-nya ingat semua kejadian tadi?" tanya Dokter lalu menoleh pada perawatnya.

"Inget. Kepala saya gak apa-apa kok Dok" jawab Kiran merasa malu.

"Tapi ... tadi darahnya banyak. Ada banyak kayu juga disana. Suara jatuhnya juga keras" kata Kak Dhika membuat Kiran merasa semakin malu.

Mereka ada di ruang UGD dengan kak DHika yang terus berteriak-teriak dari tadi, mengatakan betapa parahnya luka Kiran. Sedangkan disebelah mereka ada orang yang mengalami kecelakaan motor dengan kondisi lebih parah. Kiran ingin sekali membungkam mulut orang itu dengan bantal tapi dia menahan diri.

"Saya pikir mbak-nya gak apa-apa Pak. Nanti saya suruh perawat mengganti plester dan memeriksa kepala mbak-nya. Saya permisi dulu" jelas Dokter lalu pergi.

Kak Dhika yang masih tampak tidak terima mengikuti Dokter meminta penjelasan yang lebih panjang. Menyebabkan Kiran geleng-geleng kepala heran.

"Pacarnya sayang banget ya sama Mbak-nya" komentar perawat yang membersihkan luka dan mngganti plester.

"Apa? Bukan"

"Udah cakep, tinggi, perhatian lagi. Duhhh mbak-nya beruntung banget ya" lanjut perawat itu sepertinya kepincut dengan kak Dhika.

"Saya bukan pacarnya kok suster. Kalo suster mau, ambil aja" balas Kiran sebelum imajinasi perawat itu semakin jauh berkelana.

"Wahh lagi berantem to. Senengnya yang lagi pacaran"

Penjelasan Kiran tidak dipedulikan. Perawat itu tetap pada imajinasinya sampai selesai mengganti plester dan meninggalkan Kiran begitu saja. Dia turun dari tempat tidur pasien dan mulai berjalan keluar dari ruang UGD. Memberikan pasien lain yang lebih membutuhkan agar dapat masuk ke dalam.

"Kenapa keluar? Aku sudah minta dokter melakukan CT-scan. Kamu harus diperiksa menyeluruh dulu sebelum boleh berjalan. Kamu duduk aja dulu. Gak pusing? Butuh air minum? Apa kakak harus ambil kursi roda?"

Kiran terdiam mendengar orang itu bicara terus menerus dengan menunjukkan kekhawatirannya yang berlebihan. Lalu dia ingat pernah dirawat oleh kak Dhika saat jatuh ke got dulu. Dulu sekali. Saat dia masih duduk di Sekolah Dasar. Saat dia mengira tidak ada yang mempedulikannya lagi di rumah. Ingatan masa lalu itu membuatnya teringat lagi pada kenyataan pahit bahwa ayah dan ibunya pergi begitu cepat dan mendadak.

Kiran menggigit bibirnya lalu memukul pipi kakaknya dengan sedikit keras.

"Sadar" katanya dengan suara rendah.

"Kenapa kamu"

"Habis kak Dhika kayak orang kesurupan gitu. Malu tau diliatin orang dari tadi"

"Kakak ini khawatir sama kamu. malah ditampar"

"Habis berlebihan banget. Biasa aja lagi. Ini cuma luka kecil. jatuhnya tadi juga gak keras kok. Cuma nyusruk aja"

Kak Dhika berangsur tenang dan memperbaiki posisi berdirinya. Membuat orang itu tampak sangat tinggi dari sebelumnya.

"Mulai sekarang kamu tinggal di rumah kakak. Kakak gak bisa biarin kamu tinggal di rumah itu lagi. Nanti kalo kamu ada apa-apa, kakak gak bisa tenang"

Kiran mendongak, berusaha melihat mata kak Dhika yang terletak jauh disana.

"Gak mau" tolaknya lalu mulai berjalan ke tempat parkir.

"Harus. Kakak tidak mau ada kejadian seperti ini lagi"

"Gak akan ada"

"Zanna!!"

"Duhhh berisik banget sih. Ehhh, mana tadi mobilnya?" tanya Kiran kebingungan mencari mobil kak Dhika. Tadi dia tidak terlalu memperhatikan karena kak Dhika menariknya dengan kuat saat masuk dan keluar mobil. Kak Dhika lalu memencet sesuatu dan mobil hitam di depan Kiran berbunyi.

Gila!!! Mobil ini tadi yang dia naiki? Beneran? Ini kan mobil mahal. Kak Dhika punya mobil kayak gini?

"Ayo masuk kalo kamu gak sabar pengen pulang" sindir orang itu lalu membuka pintu mobil untuknya.

Kiran baru tahu kalo kak Dhika punya mobil mewah. Tadi juga orang itu lari cepet banget keluar rumah buat ambil mobil. Padahal seingat Kiran tidak ada mobil seperti ini di depan rumah. APa kak Dhika punya rumah di lingkungan itu juga? Atau kak Dhika memarkir mobilnya agak jauh?

Kiran memperhatikan mobil yang dia naiki dengan serius, melupakan orang yang duduk di sebelahnya sedang sangat mengkhawatirkannya.

Terpopuler

Comments

Najandra'moms

Najandra'moms

ko jahat sih si Dhika

2020-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!