"Wahhh, cantik banget ponakan Bibi"
Kiran tersenyum senang mendengar pujian Bi Tia.
"Ya iyalah Bi. Kan Kiran udah bangun dari jam empat pagi buat nyiapin semua"
"Akhirnya kamu jadi CPNS. Kerja yang baik biar cepet diangkat"
"Iya. Doain aja Bi"
Kiran menutup telepon dengan Bibinya, mengirim foto selfie ke grup sobat selamanya dan memesan Ojol. Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian memang agak jauh dari rumah ini. Mungkin butuh waktu sekitar setengah jam atau empat puluh menit kalau memperhitungkan macet. Tapi Kiran tidak keberatan. Asalkan dia bisa kembali tinggal di tempatnya lahir dan tumbuh. Juga merasakan restu ibu dan ayahnya dalam setiap langkah.
"Ibu, ayah. Kiran kerja dulu" katanya ke ruang kosong di dalam rumah dan berangkat dengan ojek online.
Baru lima menit berangkat, dia mulai merasa kedinginan. Harusnya dia membawa jaket tadi. Kiran lupa kalo kota yang sekarang ditinggalinya adalah Malang. Bukan Jakarta. Padahal di Jakarta dia selalu memakai jaket agar tidak tersiksa dengan sinar matahari. Tapi disini, sepertinya dia butuh jaket yang lebih tebal, hanya untuk berangkat kerja. Sampai di depan kantor Dinas, mukanya berubah pucat. Sampai abang Ojol khawatir dan mengusulkan untuk membawanya ke rumah sakit.
"Cuma kedinginan Bang" jawabnya menenangkan abang Ojol itu.
Dengan tubuh masih menggigil, dia masuk ke dalam kantor Dinas dan mencari seseorang dari bagian kepegawaian untuk melaporkan penempatannya. Untunglah semua orang menyambutnya dengan lumayan baik, membuatnya merasa tenang. Tapi muncul seseorang yang datang terlambat ke kantor dan langsung marah-marah kepadanya.
"Kamu siapa??? Kamu pikir dari Jakarta terus bisa seenaknya aja disini??!!"
Awalnya Kiran terpukau dengan penampilan orang yang sedang memarahinya ini. Terlihat sangat cantik dengan riasan yang tidak terlalu tebal tapi pas. Memiliki badan yang tinggi, ramping dan rambut halus panjang. Tidak seperti rambutnya yang pendek sebahu dan kusam. Tapi sekarang, dia menarik semua kekagumannya.
"Tapi saya gak ngelakuin apa-apa, Bu"
"Gak sopan. Ngomong aja gak sopan di hari pertama. Lagian ngapain nerima anak Jakarta gak sopan kayak gini!!"
Gak sopan? Emangnya apa yang sudah dilakukan oleh Kiran? Ini baru dua jam dia di kantor Dinas ini dan sudah menerima perlakuan seperti ini.
"Maaf Bu saya sudah tidak sopan" kata Kiran berusaha membuat suasana membaik. Dia tidak suka orang lain menganggapnya sebagai pegawai baru yang sombong.
"Kalo udah tau ya bangun!!! Itu tempat dudukku!!"
Ahhh. Ternyata ini masalahnya. Kiran segera bangun dari duduknya dan pergi ke pintu.Dalam pikirannya, membenci orang yang baru datang itu karena memarahinya hanya karena masalah kursi. Lalu dia harus menerima kenyataan pahit karena wanita itu adalah atasan sementaranya sebelum ditempatkan di bagian Tanaman Pangan.
"Ini Bu Desi. Beliau ini pimpinan di bagian kesekretariatan. Kamu bantu-bantu dulu disini selama menunggu SK penempatan di Bagian Tanaman Pangan"
Begitulah keputusan yang diterimanya dari bagian kepegawaian. Dan membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.
"Dasar!! Masih baru aja udah cari masalah!" kata Bu Desi mengingatkan Kiran agar tidak membuat masalah lagi.
Kiran pernah mendengar teman-teman yang juga baru diterima sebagai CPNS di dinas lain, mereka tidak terlalu banyak pekerjaan di hari pertama. Juga di bulan pertama. Tapi untuk Kiran berbeda. Dia merasa diperbudak di hari pertamanya bekerja. Bu Desi benar-benar tidak memberikannya waktu untuk beristirahat. DIa harus berkenalan dengan semua orang di gedung, melakukan pengarsipan, juga melakukan perintah seperti membeli makan siang dan mengambil air minum. Alhasil, Kiran pulang dalam keadaan hampir pingsan.
Dia tidak sempat makan siang dan merasa seperti ingin berhenti saja dari pekerjaan ini. Sayangnya semua tidak bisa dilakukan karena Kiran sangat membutuhkan gaji tetap, biaya kesehatan dan jaminan pensiun. Jadi, mau bagaimanapun dia harus bertahan di pekerjaan ini.
"Dasar Desi sialan" umpatnya sebelum masuk gerbang rumah.
"Siapa Desi?" tanya seseorang mengejutkan Kiran.
Ternyata ada orang yang menyebalkan itu lagi disini. Padahal dia sudah kecapekan dan tidak ingin bertengkar lagi.
"Ngapain kesini lagi"
"Ini hari pertamamu bekerja. Aku ingin merayakannya"
"Bisa gak kak Dhika pergi aja? Aku capek"
"Kenapa kamu secapek ini? Memangnya kamu kerja dimana? Bajumu kayaknya baju dinas ASN. ASN di Dinas mana?"
Kiran memilih untuk tidak menjawab dan masuk ke dalam rumah. Meninggalkan orang itu diluar begitu saja.
Besoknya Kiran kembali mengalami hal yang sama. Bu Desi, atasan sementaranya itu selalu marah dan tidak puas dengan pekerjaannya.
"Sabar ... sabar" katanya sepanjang hari sampai waktunya pulang.
"Kamu ya. Terus aja lemes kayak gak punya tenaga. Pekerjaan ketunda terus kalo kayak gini!"
Sekali lagi Kiran menerima kamarahan Bu Desi yang tidak masuk akal.
"Saya berusaha cepat Bu. Maaf"
"Katanya masih muda, lulus cepet dan langsung diterima jadi CPNS. Tapi kerjanya lambat"
Duhhh. Kiran tidak bisa terus mendengar semua ini, kalo tidak dia bisa meledak.
"Maaf Bu. Saya kebelet"
Kiran kabur meninggalkan Bu Desi yang masih lanjut memarahinya. Dia tidak boleh mendengar hal negatif secara terus menerus. Atau sifat aslinya bisa muncul dan menghancurkan masa depannya.
Pulang kerja, Kiran merasa lemas lagi.
"Kamu kecapekan lagi?"
Dan dia harus menghadapi orang yang tidak ingin ditemuinya lagi. Membuat Kiran semakin capek saja.
"Ngapain lagi kesini?"
"Zanna, kamu ngomong sekarang juga kerja di dinas mana?"
Kiran melihat orang itu dan berusaha menutupi logo di dada kirinya. Kak Dhika tidak boleh tahu dimana dia bekerja. Untung saja dia selalu memakai jaket saat berangkat dan pulang kerja"
"Ahhh berisik. Aku capek. Sana pergi!!"
"Zanna!"
Dhika yang khawatir saudara ayahnya mungkin datang ke rumah Zanna. Kini dibuat lebih khawatir dengan kondisi adiknya yang selalu pulang kerja dalam keadaan pucat. Kalau dilihat dari seragam yang dipakai Zanna, dia bisa memastikan adiknya itu bekerja sebagai aparatur negara. Tapi di dinas mana? Mana ada kantor dinas yang akan membuat pegawai barunya melakukan pekerjaan berat? Apalagi Zanna masih dua hari ini mulai bekerja. Karena tidak mendapat jawaban, dia menunggu adiknya berangkat kerja di pagi hari. Tidak menawarkan tumpangan tapi mengikuti Zanna dari jarak aman.
"Kenapa Pak Radhika gak naik mobil aja?" tanya penjaga rumah yang motornya dipinjam oleh Dhika.
"Bosen"
"Tapi Pak Radhika sudah lama gak naik motor. nanti kalo ada apa-apa, saya yang dimarahi Pak Ryan"
Sial. Penjaga rumah ini begitu menurut pada Ryan. Padahal yang membayar mereka semua adalah Dhika.
"Kamu yang bawa motor kalo gitu. Ikuti ojol itu"
Jadilah Dhika dan penjaga rumahnya mengikuti Zanna pagi itu. Dan pada saat melihat kantor yang dimasuki oleh adiknya, Dhika kehilangan kata-kata.
"Emang Mbak itu siapa Pak? Cantik banget"
Dhika melihat ke arah penjaga rumahnya dengan mata tajam. Membuat pegawainya itu tidak bisa bicara lagi sampai mereka pulang.
"Jadi Zanna bekerja di Dinas Pertanian" gumamnya lalu masuk ke dalam rumah. Dia tidak menyangka kalau adiknya itu mengambil jalan karir seperti ini. Dulu, Dhika selalu berpikir kalau Zanna akan bekerja di salah satu kantor tinggi Jakarta sebagai staff accounting. Atau paling tidak, Zanna bisa membuka usaha garment atau makanan.
"Siapa? Zanna kerja di Dinas Pertanian?" tanya seseorang mengejtukan Dhika.
Ternyata di dalam rumahnya sudah ada Ryan yang sedang menunggu.
"Kapan kau sampai?"
"Aku kaget dengar kamu naik motor tapi ternyata buat ikutin adik kamu kerja?"
Dhika hanya bisa mendesah pelan, tidak berniat menjawab.
"Aku tau kamu khawatir sama adik kamu. Tapi kalo di Dinas Pertanian, kamu bisa tenang. Kan ada Desi disana" lanjut Ryan membuat Dhika terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lina ciello
ppaling desi mantanne dhika. sek. mendua krna gelem dijak ek. sepi2
2023-04-16
0
Bundanya Naz
akhirnya masuk perangkap yg dia buat sendiri 😂
2020-11-07
0