Bab 9

Dhika mengetuk-ketukkan kakinya di bawah meja. Merasa gugup akan sesuatu yang akan terjadi tidak lama lagi. Ryan, asisten sekaligus teman kuliahnya dulu memperhatikan kelakuannya yang tidak biasa. Tapi Ryan tahu alasannya.

"Jam berapa orang yang kau tunggu-tunggu itu datang?"

"Jam sembilan"

"Dua jam lagi"

"Iya"

"Apa aku harus membatalkan semua pekerjaan hari ini?"

"Tidak perlu. Sepertinya aku tidak akan diterima dengan baik oleh Zanna hari ini"

"Tapi kau masih ingin menemuinya?"

"Aku harus menyampaikan sesuatu padanya"

Sebuah permintaan maaf dan wasiat dari ayahnya yang disimpan oleh Dhika selama sepuluh tahun ini.

"Kalo adikmu tidak menerimanya?"

Pasti. Dilihat bagaimana Bi Tia menolak kunjungannya selama sepuluh tahun ini menegaskan bahwa Zanna akan melakukan hal yang sama.

"Aku harus terus berusaha. Paling tidak sekarang Zanna ada disini. Lebih dekat denganku daripada Bi Tia"

"Kalo aku jadi Zanna. Aku akan menamparmu saat bertemu"

Sudut bibir Dhika terangkat, menyetujui perkataan Ryan. Kalau saja Zanna melakukan itu maka dia akan menerimanya dengan ikhlas.

Dia menunggu dengan tenang di dalam mobilnya saat seorang perempuan muda dengan satu koper dan dua kantung plastik penuh makanan berdiri di sana. Di depan rumah tempatnya dan Zanna tumbuh. Tapi perempuan itu tidak tampak seperti Zannya yang dikenalnya dulu. Perempuan itu terlalu ... kurus dan putih. Dhika turun dari mobil berusaha melihat lebih dekat lalu mendengar suara tangisan dari perempuan yang masuk ke halaman rumah. Hal itu meyakinkannya kalau perempuan yang baru datang benar-benar Zanna. Dia menunggu Zanna selesai menangis lalu memberanikan diri untuk mendekat.

Saat Dhika menyerahkan kunci, baru dia bisa melihat perempuan itu dalam jarak satu meter. Rambut panjang, kulit putih, wajah mulus dan badan ramping. Benarkan ini Zanna? Adiknya yang dulu pergi dari Malang dan tidak pernah dilihatnya lagi sampai sekarang? Kenapa Zanna bisa berubah menjadi sangat ... cantik? Dhika merasa kakinya lemas, bibirnya tertutup rapat tapi matanya tidak bisa berhenti menatap Zanna. Memang wajah Zanna terlihat polos tanpa riasan, tapi perempuan seperti itulah yang disukai Dhika. Disukai? Apa dia sedang berpikir jernih sekarang? Kenapa dia bisa memikirkan kata 'suka' pada Zanna?

Pintu menutup keras di depannya, menyadarkan Dhika kalau Zanna tidak menerima kedatangannya. Sangat tidak menerima tapi mendengar Zanna tetap memanggilnya kakak, membuatnya senang. Dia tidak akan menyerah untuk meminta maaf karena sekarang Zanna berada dekat dengannya. Di kota Malang. Merasa tidak punya harapan untuk melihat adiknya lagi, Dhika memutuskan untuk pergi saja. Kembali bekerja di kantor sekaligus rum,ahnya di Malang.

"Kau bertemu dengannya?" tanya Ryan saat dia baru saja masuk ke dalam kantor. Dhika tidak menjawab dan terus berjalan sampai ke ruangannya. Dia tidak suka persoalan pribadinya diketahui oleh orang lain. Terutama sepuluh pegawai kantornya. Setelah masuk ke dalam ruangan dan Ryan mengikuti di belakang, dia baru bisa bercerita.

"Iya. Tapi Zanna tidak menerimaku dengan baik"

"Apa yang dia katakan?"

"Zanna tidak ingin bertemu dengan orang yang tidak tahu terima kasih"

"Wahhhh. Sepertinya dia masih mengingat kejadian sepuluh tahun lalu"

"Iya"

Mau bagaimana lagi. Zanna pasti mengingat dengan jelas bagaimana Dhika berkata kasar pada Bi Tia waktu itu. Apalagi Zanna masih sangat kecil dan harus berhadapan dengan lima orang dewasa yang terlihat menakutkan.

"Tapi aku akan terus datang kesana. Aku juga harus menyampaikan wasiat dari ayah" katanya berusaha berpikir positif.

"Besok kita akan pergi ke kantor Surabaya"

"Sampai kapan?"

"Dua hari"

"Jadikan satu hari. Aku tidak ingin Zanna berpikir kalau aku mudah menyerah dan pegi lagi dari kehidupannya"

"Kau masih menyayangi adikmu?"

"Dia adikku. Tentu saja aku menyayanginya"

"Tapi kau belum menceritakan bagaimana penampilan adikmu sekarang"

Dhika sengaja melewatkan itu karena tidak ingin mengingat perempuan dengan kulit putih yang menunjukkan wajah cemberut di depannya tadi. Apalagfi harus menjelaskannya pada Ryan.

"Sama seperti dulu" jawabnya berbohong.

"Lalu bagaimana tanggapannya melihatmu?"

"Maksudmu?"

"Kalian kan tidak bertemu selama sepuluh tahun. Sekarang kau juga berbeda dari dulu" kata Ryan lalu meraba dagunya. Membuat Dhika ingat pada lebatnya janggut dan kumis yang dia miliki sepuluh tahun lalu. Juga betapa parah selera bajunya.

"Tidak ada komentar apapun"

"Wahh. Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi aku akan membiarkannya. Karena dia adikmu"

Ryan pergi meninggalkan Dhika di ruangannya sendiri. Malam ini dia akan kembali ke rumah itu lagi. Dia ingin Zanna menerima permintaan maafnya yang sangat terlambat. Tapi tidak ada yang membuka pintu saat dia kembali ke rumah itu. Lampu di dalam rumah juga mati seperti tidak ada orang di dalamnya. Kemana Zanna pergi di hari pertamanya di Malang? Dhika terpaksa menunggu di teras rumah selama kurang lebih dua jam sampai melihat sosok Zanna berjalan masuk gerbang.

"Kemana saja kamu?" tanyanya mengejutkan perempuan itu. Zanna segera menunjukkan wajah kesalnya saat melihat Dhika.

"Ngapain kesini lagi sih" jawab adiknya seakan tidak peduli.

Zanna melewatinya untuk membuka pintu rumah, lalu Dhika melihat sesuatu yang mengganggunya. Punggung perempuan itu terlihat olehnya. Tidak tertutup kain apapun.

"Kamu jalan kemana pake baju kayak ini?"

Dhika melepas jaketnya dan segera memakaikannya pada tubuh Zanna. Berusaha untuk menutupi punggung adiknya yang terbuka.

"Apaan sih?" Zanna melepas jaket Dhika dan membuangnya ke tanah.

"Ini Malang bukan Jakarta. Kamu gak boleh keluar dengan baju itu!!"

Dhika mengambil jaketnya dan meletakkannya lagi di tubuh Zanna. Kali ini dia memegang jaket itu erat-erat agar Zanna tidak bisa melepaskannya lagi.

Tapi ... sepertinya dia tidak boleh melakukan ini. Karena itu membuatnya semakin dekat dengan Zanna. Meskipun lampu di teras rumah tidak terlalu terang, Dhika bisa melihat wajah Zanna yang bersemu merah. Manis sekali. Dan bau harum ini. Tidak menusuk di hidung Dhika seperti bau parfum wanita lain yang ada di dekatnya. Tiba-tiba Zanna mengangkat dua tangannya ke atas dan berusaha melepaskan diri dari kekangan Dhika. Tubuh mereka secara tak sengaja saling tertarik. Membuat bibir Dhika menyentuh sesuatu yang halus dan hangat. Sadar telah mencium pipi Zanna, Dhika segera mengambil langkah mundur.

"Pergi!!!" teriak Zanna, melempar jaket Dhika ke tanah dan masuk ke dalam rumah. Kali ini dengan membanting pintu keras-keras.

Dhika berencana untuk meminta maaf atas perbuatannya yang salah sepuluh tahun lalu. Tapi sepertinya diamenambah kesalahan dan mungkin membuat Zanna semakin tidak ingin menemuinya lagi. Dia menyentuh bibirnya yang masih bisa merasakan halusnya pipi Zanna. Bagaimana sekarang dia akan meminta maaf pada adiknya itu? Merasa putus asa, dia memilih untuk pulang saja. Mengambil waktu lebih agar Zanna bisa melupakan apa yang terjadi malam ini.

Terpopuler

Comments

Pankhurie Alxia

Pankhurie Alxia

ne ceritanya seolah² baca isi hati mereka masing². untuk jalur cerita sesungguhnya blm fix ada.
come Thor., ceritanya yg asli mana? knp ceritanya kebanyakan ttng cerita hati masing²?

2021-10-08

1

Alya25791045

Alya25791045

lebih bagus kalo bikinnya author POV aja. jangan zanna atau Dhika POV yg seakan akan ceritany itu mrka yg ceritain. maaf ya thour, aku cuma kasih saran aja🙏😊

2020-12-11

7

Najandra'moms

Najandra'moms

lanjut thoor

2020-10-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!