Limpahan masalah

"Freeya memang gadis yang baik Bu, makanya saya sangat kecewa dengan keputusan Aidan, beruntung dia mau menikah dengan Adam." ucap Arumi

"Kita doakan saja semoga Aidan baik-baik saja dan lekas kembali."

"Aamiin."

Setelah cukup lama mengobrol, kakek Aji dan nenek Hanny mengajak semuanya untuk makan bersama.

"Kalau bisa kalian berdua jangan menunda-nunda memiliki anak ya, lebih cepat lebih baik." ucap sang nenek.

"Uhukkkk..!"

Adam yang baru saja menyendokan nasi kedalam mulutnya seketika tersedak, hingga terbatuk-batuk.

"Pelan-pelan dong Dam, kamu ini." ujar nenek Hanny sembari menggeser air miliknya kehadapan Adam, sekaligus membantu cucunya menepuk-nepuk punggungnya.

Sedangkan Freeya, gadis itu meminta izin untuk pergi kekamar mandi, untuk menghilangkan kegugupannya.

Saat ia keluar dari kamar mandi, ia dikejutkan dengan gadis berambut pirang yang bersender disamping Lemari kaca, Adam sempat memberitahu jika gadis itu bernama Sherly putri kedua Lasmi adik Andini yang terlihat selalu diam sejak kedatangannya dirumah tersebut.

"Hai.?" sapa Freeya dengan senyum ramah, gadis itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Aku Freeya, nama kamu siapa?"

Plakkk!

Kedua mata Freeya terbelalak, saat ia merasakan ngilu disebelah pipi kirinya.

"Eh Lo dengar ya, gue sebagai adik sepupunya kak Adam nggak terima dan nggak rela dia nikahin Lo, gara-gara Lo kak Aidan hilang, gara-gara Lo juga kak Adam harus nikahin Lo, cewek jelek, norak! asal Lo tahu ya, yang suka sama kak Adam itu banyak!"

Freeya mengangkat wajahnya sembari memegangi pipinya yang masih menyisakan ngilu, seumur hidup untuk pertama kalinya ia mendapatkan tamparan seperti ini.

"Asal kamu tahu, saya juga tidak mau seperti ini, saya tidak mau menikah dengan mas Adam, saya juga terpaksa!"

"Oh ya? Lo pikir gue bego! sama kayak mereka, Lo cuma mau hartanya om Abi aja kan?"

Mendengar itu, Freeya tertawa getir, "Harta? untuk apa,? dari kecil pun saya sama sekali tidak kekurangan!"

"Sombong!"

"Maaf! tapi saya hanya meluruskan apa yang kamu pikirkan tentang saya."

"Gue nggak percaya, gue yakin menghilangnya Aidan pasti karena Lo juga kan?"

Freeya menghela napas lelah, mendengar ocehan gadis dihadapannya yang tak masuk akal.

"Saya juga tidak berharap semuanya menjadi seperti ini, tolong berhenti menebak-nebak tentang saya."

"Alasan!" sentak Sherly, lalu melenggang dari hadapan Freeya dengan wajah memerah.

Sementara itu Freeya memutuskan untuk tidak kembali keruang makan dulu, ia tidak ingin semua orang melihat dirinya dalam keadaan menangis seperti sekarang.

Ia memilih keluar melalui pintu belakang menuju sebuah taman yang berada disana.

"Mereka menyalahkanku atas kehilanganmu mas, sebenarnya kamu ada dimana sih sekarang? kenapa kamu meninggalkanku dengan luka dan sebuah masalah, apa salahku?" ucap Freeya lirih, gadis itu tertunduk sedih, bahkan bunga berwarna-warni yang sedang bermekaran ditaman itu pun tak mampu mengobati sedikitpun kesakitan yang dirasakannya saat ini.

"Apa sebegitu berharganya Aidan, sampai kamu menangisinya seperti ini."

Deg!

Sontak Freeya mengangkat wajah dan menyeka air matanya, ia hafal betul dengan suara itu.

Suara Adam!

"Mas?" panggilnya dengan suara serak.

"Apa yang kamu tangisi disini, apa kamu pernah memiliki kenangan bersama Aidan disini?" ucap Adam dengan pandangan lurus kedepan, sementara kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya.

Freeya berdiri, mensejajarkan tubuhnya dengan Adam.

"Bukan, bukan begitu mas! bukankah saya pernah bilang sama mas, kalau saya tidak mengenal keluarga mas yang lain selain orang tua mas Adam."

"Lalu kenapa kamu menangis? apakah karena perkataan nenek tadi, kamu keberatan jika memiliki anak dari saya?"

Deg!

Sepertinya Adam salah paham! batin Freeya.

"Tidak mas, bukan begitu! saya hanya merasa, bahwa saya tidak cocok untuk menjadi istri mas Adam, karena sepertinya saudara mas Adam yang lain tidak suka jika saya menjadi istri mas."

"Jika yang kamu khawatirkan hanya itu, kamu tidak perlu memikirkannya, cocok atau tidaknya itu bukan urusan mereka kan?"

"Tapi mas_"

"Bersihkan wajahmu, kita pulang sekarang."

Dengan cepat Freeya mengangguk, didepan Adam ia seolah tak bisa berkutik, selain mengatakan iya, karena sedikit demi sedikit ia mulai mengerti dengan sifat Adam yang tegas dan seperti tak suka jika mendapat bantahan.

"Lho, nak Freeya dari mana saja?" ujar nenek Hanny saat dirinya dan Adam melewati ruang tengah, hendak menemuinya untuk berpamitan.

"Ehmm..maaf nek, tadi saya tidak sengaja melihat ada taman kecil dibelakang, jadi saya mampir sebentar untuk melihat-lihat."

Nenek Hanny tertawa pelan, "Owalah, ternyata kamu juga suka bunga, itu sebenarnya kakeknya Adam yang buat, dulu waktu Adam dan Aidan masih kecil juga sering main disana, sekarang saja sudah besar mereka sudah tak pernah main kesana lagi."

"Benarkah nek?"

"Tentu saja, dulu si Adam malah pernah nangis guling-guling disitu, gara-gara adeknya iseng nempelin ulat dibajunya."

"Nenek apa sih bahas masa lalu?" ucap Adam tak suka, pria itu melengos, sementara Freeya menguluum senyum menahan tawa.

"Ck, dia malu tuh." ucap nenek Hanny sembari melirik kearah Adam yang menatap kearah lain.

"Emmm, saya mau pamit pulang dulu nek, nenek sehat-sehat ya."

"Buru-buru sekali kalian ini, mentang-mentang pengantin baru, maunya cepat-cepat pulang." godanya sambil terkekeh, membuat wajah Freeya mendadak merah.

"B-bukan begitu nek_"

"Yasudah, nenek mengerti kok! oh iya, mengenai kata-kata Andini tadi jangan terlalu dimasukkan kehati ya, dia memang begitu orangnya."

"Tidak apa-apa nek."

*

"Mas, boleh mampir ke minimarket sebentar? ada sesuatu yang penting yang ingin saya beli." ujar Freeya, ketika keduanya sudah melewati setengah jam perjalanan menuju rumah.

Tak mengatakan apapun, Adam terus melajukan mobilnya, namun beberapa menit kemudian ia menepikan mobilnya didepan sebuah minimarket yang terletak tidak jauh dari pom bensin.

Pria itu membuka pintu mobil dan memberikan sebuah kartu hitam tanpa batas ketangan Freeya.

"B-buat apa mas?"

"Menurut kamu?" ia balik bertanya.

"Emm..saya punya uang sendiri."

"Saya tahu kamu punya uang, tapi mulai sekarang apapun yang kamu beli, harus menggunakan uang dari saya."

"Tapi mas_"

"Saya mohon Freeya, tolong jangan mengajak saya berdebat disini."

"B-baik mas!"

"Cepatlah masuk, dan beli semua yang kamu butuhkan, saya tunggu disini."

"Iya mas, kalau begitu saya kedalam dulu ya."

"Hmmm."

Freeya pun bergegas memasuki minimarket, dan memilih beberapa macam barang yang ia butuhkan, ia tak ingin berlama-lama dan membuat Adam menunggunya sendirian diluar.

"Ini saja kak?" ujar seorang kasir wanita sambil tersenyum ramah.

Freeya balas tersenyum, "Iya, itu saja."

Setelah selesai membayar belanjaannya Freeya hendak menarik pintu kaca minimarket, namun urung! saat seseorang mencekal tangannya dengan kuat.

*

*

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

Aidan mungkin

2023-10-17

0

𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂

𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂

aidan kan 🤔

2023-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!