"Jadi kamu beneran sudah punya rumah sendiri, terus menantu mama mau dibawa pergi juga, begitu?" ucap Arumi yang tampak lesu, wanita itu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa dengan gerakan kasar.
"Baru ini lho mama punya menantu Dam, dari dulu kamu kan susah banget disuruh nikah, ada saja alasannya, mungkin kalau Aidan tidak pergi, ya kamu nggak akan nikah-nikah sampai sekarang."
"Apasih ma, sudah-sudah! mungkin anak-anak butuh waktu untuk saling mengenal dulu, tahu sendiri mereka belum pernah bertemu sebelumnya kan.?" Abi mencoba menengahi, Abi tahu mungkin saja kata-kata barusan tanpa Arumi sadari telah menyinggung perasaan menantunya, karena ditinggal Aidan.
"Iya ma, papa benar! sepertinya kami memang butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain." Adam kembali bicara.
"Tap_"
"Sudah ma, sudah!" sela Abi sembari merangkul pundak istrinya mencoba menenangkan Arumi yang tampak kesal.
"Tapi kan_"
"Ma." kali ini Abi memberi tahu dengan isyarat mata.
Arumi menghela napas kasar.
"Yasudah kalau itu memang keputusan kamu, tapi mama minta kamu jaga Freeya lho Dam, jika ada masalah segera selesaikan secara baik-baik."
"Iya, Adam mengerti ma."
Arumi mendesaah lega, ia berdiri kemudian duduk disamping Freeya dan menggenggam kedua tangannya.
"Sayang, beri tahu mama jika sewaktu-waktu Adam berbuat tidak baik, jangan dipendam sendirian, biarpun dia anak mama, jika dia salah mama tidak akan membelanya, iya kan pa?" ucapnya sembari melirik kearah sang suami.
"Tentu saja." jawab Abi sambil tersenyum.
"Sudah beres kan sekarang masalahnya, mama sudah setuju juga, kalau begitu aku sama Freeya pamit pulang ya ma, pa." ucap Adam sambil menyalami keduanya secara bergantian, begitupun dengan Freeya gadis itu mengikuti apa yang dilakukan oleh suaminya, terlebih Freeya memang sudah terbiasa dekat dengan keduanya.
"Tega lho kamu Dam?" Arumi kembali berbicara dengan nada tak terima.
"Aku janji bakalan sering-sering kesini."
"Janji lho ya."
"Iya ma." balas Adam dengan kekehan kecil, lalu pria itu bergegas keluar terlebih dulu, tak lama Freeya menyusul dibelakangnya.
Keduanya masuk kedalam mobil milik Adam, lalu pria itu mengemudikan mobilnya dengan cukup hati-hati, sesekali melirik istrinya yang hanya diam menatap lurus kearah depan.
Ia dapat merasakan gadis yang sudah sah menjadi istrinya beberapa jam yang lalu itu kini sedang menyimpan banyak sekali kesedihan dan kekecewaan terhadap sang adik, yang telah meninggalkannya tanpa kejelasan.
Adam sendiri tahu betul jika hubungan keduanya sudah lama terjalin, karena meski ia tak bersamanya selama beberapa tahun terakhir ini, tetapi Aidan sering kali menelpon dan menceritakan bagaimana kehidupan percintaannya dengan Freeya.
Bahkan selama ini ia sering bekerja sama dengan Aidan agar membantu menyembunyikan keberadaannya, sebelum ia benar-benar sukses.
"Ayok, kita sudah sampai." ucap Adam setelah mengendarai mobilnya selama tiga puluh menit.
"Eh, maaf ya mas." ucap Freeya gelagapan, merasa malu sendiri karena sepanjang perjalanan tadi ia lebih banyak melamun.
Adam hanya mengangguk kecil, lalu keluar dari mobil dan memasuki rumah terlebih dahulu.
"Kamarnya ada disana." Adam menunjuk salah satu pintu bercat putih disebelah kanan.
"Emmm, k-kita tidur sekamar?" ucap Freeya gugup, dengan kedua tangan bertaut, sementara Adam menggerenyit dengan sebelah alis terangkat.
"Menurut kamu?"
Pikiran Freeya mendadak loading, mulut gadis itu terkatup rapat, hingga tak menyadari jika Adam sudah berlalu dari pandangannya.
"Tenang saja, walaupun kita tidur sekamar saya tidak akan macam-macam." ucap Adam yang ternyata baru saja mengambil dua botol minuman dingin dari dalam kulkas.
"Minum dulu."
"Terimakasih mas, tapi saya tidak haus."
"Yasudah, kamu istirahat saja, saya tahu kamu cukup kelelahan hari ini."
Freeya mengangguk, lalu gadis itu berpamitan menuju kamar yang ditunjukkan oleh Adam tadi, ia tak langsung mandi, tidak juga berniat melepaskan gaun pengantin yang masih melekat rapih ditubuhnya.
Tak peduli dengan apa yang ada disekitarnya saat ini selain hanya ingin menangis dan menangis.
Bagi Freeya kejadian hari ini terlalu mengejutkan dan tiba-tiba, ia berharap kejadian hari ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir.
Diambang pintu yang terbuka lebar, Adam yang hendak masukpun mengurungkan niatnya, pria itu berpikir jika ia lebih baik tidak mengganggunya dulu.
Adam yakin, jika saat ini Freeya butuh waktu sendirian untuk menenangkan pikirannya yang kacau.
Karena dalam pernikahan ini Freeya lah yang paling menderita.
Satu jam berlalu, setelah puas dan lelah menangis Freeya pun memutuskan untuk membersihkan diri dan segera beristirahat.
Namun saat ia keluar dari kamar mandi ia baru menyadari jika ia sama sekali tidak memiliki pakaian ganti.
"Ck, masa harus pakai handuk kimono semalaman sih! Arghhh.. bodoh banget sih Freeya." gerutunya pada diri sendiri, kemudian ia celingukan mencari keberadaan Adam yang belum terlihat lagi sejak tadi.
Disaat yang sama Adam masuk dengan membawa sebuah kemeja biru muda ditangannya, dan untuk sesaat pria itu mematung melihat penampilan Freeya yang hanya menggunakan handuk kimono dengan wajah yang polos tanpa make up.
"Ehhhmm, maaf saya tidak punya persediaan baju wanita, untuk sementara coba pakailah ini." ucapnya sembari mengulurkan kemeja biru muda tersebut ketangan Freeya.
"Tenang saja, ini masih baru kok, belum saya pakai sama sekali."
"T-terimakasih mas." ucap Freeya, meski tampak ragu untuk mengambilnya.
"Malam ini saya akan tidur diruang tamu, kamu tidurlah dengan tenang."
"I-iya mas."
Setelah memastikan Adam telah pergi, Freeya pun bergegas kembali kekamar mandi untuk mengenakan kemeja yang baru saja diberikan Adam untuknya.
Freeya menghela napas lega, saat kemeja yang dikenakannya cukup menutupi tubuh bagian bawahnya hingga hampir selutut.
Setelahnya ia melangkah gontai menuju tempat tidur dan membaringkan tubuhnya disana, seketika kepalanya kembali dipenuhi dengan kejadian hari ini.
Entah bagaimana ia menghadapi hari esok dan selanjutnya, terlebih ia bingung harus bagaimana menjelaskan perihal suami penggantinya terhadap Alina sahabatnya.
Sementara dikamar yang berbeda, Adam berusaha menghubungi beberapa orang sahabatnya untuk membantu mencari keberadaan sang adik yang hilang seolah ditelan bumi.
"Aku butuh penjelasanmu Aidan, apa maksudnya kamu melarikan diri dihari pernikahanmu, dan membuat aku terjebak di posisi ini, apa sih rencana kamu sebenarnya."
"Kenapa begini Aidan, kenapa tidak kamu ceritakan saja kepadaku jika terjadi sesuatu, bukannya malah lari."
"Apa kamu tidak kasihan terhadap gadis itu, bukankah kamu bilang bahwa kamu sangat mencintainya."
"Lalu apakah kamu tidak kasihan terhadap mama papa yang harus menanggung malu jika sampai acara hari ini batal? hari ini kamu sudah keterlaluan Aidan, jangan salahkan aku jika suatu saat kita bertemu aku akan menghajarmu." gerutu Adam yang saat ini memegangi sebuah figura yang berisi foto dirinya dan juga Aidan, bertepatan saat wisuda Aidan tiga tahun yang lalu.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Mamah Kekey
bagus ceritanya aku gak ribet bacanya
2023-10-19
0