Tak lagi sama

"Kak Sindy?"

"Ikut gue sebentar!"

Gadis bernama Sindy itu menarik tangan Freeya, membawanya keluar dari minimarket.

"Sebenarnya Lo apain si Aidan sih, kok bisa-bisanya Lo nikah sama kakaknya?"

"Maaf kak, sepertinya sekarang aku sedang tidak ingin membicarakan apapun tentang mas Aidan, aku harus pulang, mas Adam sudah menungguku sejak tadi."

"Heh, berani ya Lo ngomong kayak gini setelah apa yang Lo lakuin sama Aidan, gue sebagai sahabatnya nggak terima Aidan Lo giniin, tahu nggak Lo!"

"Kak Sindy tahu dimana kak Aidan sekarang?"

"Ya kalau gue tahu nggak mungkin datangin Lo lah sekarang, gimana sih Lo!"

"Saya pikir kak Sindy tahu sesuatu, karena selama ini mas Aidan sangat dekat dengan kak Sindy kan?"

Ya, Sindy adalah sahabat Aidan sejak pria itu masuk kuliah hingga sekarang.

"Lo nggak berpikir kalau Aidan gue yang sembunyiin kan?"

"Saya tidak pernah berpikir begitu kak."

"Terus apa?" sentak Sindy, namun tidak membuat Freeya merasa takut, gadis itu justru memandang lekat kedua mata Sindy.

"Kak, saya mohon!"

"Apa sih Lo, harusnya gue yang nanya dimana Aidan sekarang.?"

Sindy berdesis, pada akhirnya ia memilih pergi lebih dulu dan meninggalkan Freeya seorang diri.

Freeya menghela napas lelah, kemudian menyeret langkahnya menghampiri mobil Adam.

"Maaf mas! sudah membuat mas menunggu lama." ujar Freeya tak enak hati, saat melihat Adam hendak keluar dari dalam mobil.

"Masuklah!" titahnya.

"Iya mas."

"Siapa?"

"Emm_maksudnya mas?'' tanya Freeya bingung, gadis itu menarik seat belt sembari menatap wajah suaminya dari samping.

"Oh yang tadi, itu kak Sindy, sahabatnya mas Aidan." jelas Freeya, setidaknya hanya hal itu yang ia pikirkan, mengenai pertanyaan suaminya.

"Oh."

Mendengar jawaban Adam yang menurutnya lebih dari singkat, membuat Freeya berdesis lirih dengan perasaan kesal.

Bisa-bisanya didunia ini ada makhluk sebeku suaminya, padahal saat awal-awal bertemu, Adam terlihat hangat dan ramah, pikirnya.

*

Setibanya dirumah, keduanya sama-sama membersihkan diri, namun menggunakan kamar mandi yang berbeda.

Setelah selesai mandi, Adam memilih duduk diruang tengah, untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda beberapa hari ini.

"Mas tidak tidur?" ujar Freeya, mendekat kearah suaminya yang kini tengah fokus mengetikan sesuatu di sebuah benda segi empat yang menyala dihadapannya.

"Tidurlah lebih dulu, saya masih ada sedikit pekerjaan." jawabnya, tanpa mengalihkan tatapannya dari benda tersebut.

"Iya mas."

Freeya masuk kedalam kamar, menaiki ranjang lalu membaringkan tubuhnya disana, tak butuh waktu lama ia langsung tertidur, rasa lelah membuatnya merasakan kantuk yang luar biasa, terlebih kemarin malam ia memang tidak bisa tidur barang sedetikpun.

Entah berapa jam lamanya Freeya tertidur, namun tiba-tiba kembali terbangun saat terdengar suara gemuruh diiringi kilatan cahaya yang menyambar melalui jendela.

Dilihatnya jam didinding sudah menunjuk kearah angka 2, yang menandakan jika sebentar lagi akan memasuki waktu pagi.

Ia menoleh kearah samping, tidak ada siapapun disana, selain tempat tidur yang dingin dan tak tersentuh, hal itu sudah dapat dipastikan jika sejak sore Adam sama sekali tidak tidur disampingnya.

"Apa mas Adam tidur dikamar tamu lagi ya?" gumamnya, bertanya pada diri sendiri.

Suara guntur terus menggelegar memaksa Freeya melangkah keluar meninggalkan kamar tersebut.

Ia memang tidak memiliki trauma apapun mengenai guntur dan sejenisnya, namun sejak kecil ia merasa ketakutan setiap kali mendengar suara guntur yang menggelegar.

"Ada apa?"

Freeya terlonjak kaget, bahkan ia hampir memekik saat melihat seseorang sedang berdiri dihadapannya.

"Mas!"

"Kaget?" ucapnya sambil terkekeh.

Untuk pertama kalinya Freeya melihat wajah tampan Adam yang sedang tersenyum, lucu sekali pikirnya.

"Iya mas kaget, kirain tadi_"

"Tadi apa? hantu, begitu?"

"Emm_"

"Kenapa, tiba-tiba bangun?"

"Tadi_ tadi saya mendengar suara hujan disusul suara guntur yang sangat keras, jadi saya bangun, lalu kesini."

"Kamu takut petir?" tebaknya, tepat sasaran.

"I-iya mas."

Lagi-lagi Adam tersenyum, membuat Freeya merinding, ia tidak salah lihat bukan? apakah seseorang akan berubah dalam satu malam?

Ada begitu banyak pertanyaan dalam benak Freeya.

"Ayok!"

Adam kembali menoleh, saat merasakan jika Freeya tidak bergerak dari tempatnya.

"Kenapa?"

"Maksudnya ayok kemana?"

Adam menaikan sebelah alisnya.

"Menurut kamu?"

Freeya mendesis pelan, satu hal yang tidak ia sukai dari Adam adalah saat pria itu tak menjawab pertanyaannya, dan justru malah mengajukan kembali sebuah pertanyaan.

"Saya temani kamu tidur."

Freeya mengangguk pelan, dan bergerak mengikuti langkah suaminya.

"Apa yang kamu tunggu, tidurlah." ucap Adam, saat Freeya hanya berdiri mematung disebelah ranjang.

"Kamu tenang saja, saya tidak akan berbuat macam-macam."

*

Freeya menggeliat dengan kedua mata yang perlahan terbuka, lalu mengerjap beberapa kali, saat sesuatu yang pertama kali dilihatnya adalah wajah tenang Adam yang tengah terlelap.

Sekilas wajahnya memang mirip dengan Aidan, wajah yang dulu selalu diimpikannya untuk ia lihat setiap kali dirinya bangun tidur dan membuka kedua matanya.

Freeya menggeleng menghempaskan seluruh pikirannya yang berhubungan dengan Aidan, ia sadar semuanya tak lagi sama, yang saat ini menjadi suaminya adalah Adam, bukan Aidan.

Untuk apa ia terus mengingat Aidan, bukankah pria itu sendiri yang memberinya luka, sekaligus memberi kekecewaan terhadap seluruh keluarga.

Freeya menggelung rambutnya sembarangan, menyibak selimut kemudian memasuki kamar mandi, lalu keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur secepat mungkin, menurutnya berlama-lama berdekatan dengan Adam pun bukanlah sesuatu yang baik, ia akan merasa canggung sendiri, terlebih jika Adam sudah membuka kedua matanya.

Freeya membuka kulkas, mencari bahan makanan yang akan dimasak untuk sarapan mereka pagi ini.

Memasak, mengurus rumah, menyiapkan kepentingan Adam, bagi Freeya kini adalah hal yang menjadi rutinitasnya sehari-hari.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, saat Adam keluar dari kamar dengan menenteng tas kerjanya, pun dengan tubuhnya yang sudah tampak sangat rapih dengan balutan setelan kerjanya.

"Sarapan dulu mas." ucap Freeya, yang sudah menyiapkan makanan yang baru saja selesai ia masak diatas meja makan.

"Hmmm."

Adam yang memang tidak pilih-pilih soal makanan, langsung menghabiskan sarapannya dengan lahap, terlebih masakan Freeya memang cocok dilidahnya.

"Saya berangkat dulu."

"Jangan tunggu saya, karena malam ini mungkin saya akan pulang sedikit telat." lanjut Adam sembari melirik arloji yang ada dipergelangan tangannya.

"Iya mas, hati-hati."

"Hmm."

Hari ini jadwal pekerjaan Adam memang padat, karena selain ia sedang menjalankan banyak proyek, ia juga harus mengawasi pembangunan anak perusahaannya yang baru setengah jadi.

Rencananya sore ini ia juga harus menemui ketiga sahabatnya yang sudah ribut sejak kemarin memintanya untuk bertemu.

Sementara dirumah Freeya hanya bermalas-malasan, karena seluruh pekerjaan rumah sudah ia selesaikan sejak tadi pagi.

*

*

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

lanjuut

2023-10-17

0

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

kn Aiden zg sengaja pergi dri pernikahannya dngn Freya kok kluarganya pada nyalahin Freya sih... kn zg jdi korbanya tuh si Freya... gak ngOtak aja tuh mreka

2023-09-17

0

𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂

𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂

lanjutt thor

2023-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!