Melihat motor Kaivan yang sudah menjauh membuat Kiara pun memutuskan untuk segera masuk ke dalam halaman rumahnya dan langsung menyapa papanya.
“Hai pa.” sapa Kiara.
“Hai sayang, siapa yang nganter kamu tadi?” tanya Giovani.
“Dokter Kaivan pa, anaknya dokter Hilbert.” Jawab Kiara.
“Alhamdulillah, kamu pacaran sama Kaivan?” tanya Giovani dengan heboh.
“Temen pa.” balas Kiara.
“Yakin cuma temen? Bukan pacar?” tanya Giovani.
“Yakin pa, lagian kita juga baru kenal kok.” Balas Kiara.
Giovani hanya tertawa kecil mendengar ucapan putri kesayangannya itu, lalu tangannya mengelus rambut Kiara dengan lembut.
“Kalo pacaran sama Kai ajak ke sini kapan-kapan ya, buat pendekatan sama calon mantu.” Ucap Giovani.
“Ih papa apaan sih.” Ucap Kiara sambil tersipu malu.
“Hahaha, bercanda kok, tapi kalau beneran juga ga apa-apa malah bagus.” Balas Giovani.
“Mana mungkin, Kaivan itu patung berjalan pa, kaku banget jadi orang, galak banget lagi hih serem! Bukannya berjodoh, bisa-bisa tuli telinga Kia kalau denger dia ngomel mulu.” Jelas Kiara sambil bergidik ngeri membayangkan semua kegalakan Kaivan selama ini.
“Loh, bagus dong kalo gitu. Yang kayak begitu yang lebih menantang loh Kia, berjuang ya anak papa, papa akan terus mendukungmu!” ucap Giovani memberi semangat kepada putrinya.
Kiara hanya menggeleng pelan mendengar ucapan papanya, lalu keduanya berjalan masuk ke dalam rumah secara beriringan.
“Tapi inget, kamu ini perempuan, berjuang boleh tapi jangan sampai menjatuhkan martabat kamu sebagai seorang wanita,, kalau sudah di tolak sekali maka kamu tidak boleh mengejar lagi.” Jelas Giovani.
“Ingat ya, seorang ratu akan di hargai oleh raja yang tepat, jadi putri papa ini ga boleh sampai di sakiti oleh laki-laki manapun.” Lanjutnya.
Mendengar ucapan papanya membuat Kiara terenyuh lalu dia segera memeluk tubuh papanya dengan erat.
“Uhh papaku ini so sweet banget sih,, siap bosku!” ucap Kiara dengan semangat.
Beginilah Kiara, anak perempuan yang selalu di manjakan oleh kedua orang tuanya. Meski begitu Kiara bukanlah oran yang apa-apa selalu bergantuk pada kedua orang tuanya.
Seperti saat ini, padahal keluarganya memiliki perusahaan yang besar di bidang properti dan fashion yang sudah di kenal sampai taraf internasional, tetapi Kiara lebih memilih untuk mengambil pekerjaan sebagai dokter.
Cita-cita Kiara sejak kecil adalah ingin membantu banyak orang yang membutuhkannya, dia juga ingin hidup mandiri dan tidak bergantung kepada kedua orang tuanya.
Menyelamatkan nyawa yang berharga, tidak tahu sudah berapa kali kebahagiaan yang telah Kiara rasakan setiap kali melakukan pekerjaannya dengan baik. Semua kebahagiaan itu tidak bisa di gantikan dengan uang semata karena Kiara melakukan pekerjaannya dengan tulus.
Seandainya tak mendapat bayaran sekalipun, Kiara rela mengorbankan segala usaha, energi, tenaga serta pikirannya demi menyelamatkan nyawa para pasiennya.
***
Suasana club pada malam ini terlihat sangat padat, semua orang menikmati setiap dentuman musik yang menggema di seluruh ruangan.
Cahaya lampu kelap-kelip semakin menambah sensasi menyenangkan di tempat itu. Ratusan orang sibuk berdansa bersama pasangan mereka. Berbeda dengan Kaivan yang saat ini hanya diam di dampingi dengan alkohol sambil menikmati suasana di club malam itu.
“Kai.” Sapa Fery, salah satu teman Kaivan.
Kaivan tidak menjawab, dia hanya melirik Fery sekilas sambil mengangguk sedikit sebagai sapaan dirinya kepada temannya itu.
Fery duduk di sebrang Kaivan.
“Udah minum berapa gelas Kai?” tanya Fery.
“Emm,, lima kayaknya.” Balas Kaivan.
“Mau nambah lagi ga? Gue yang bayar.”
“Engga usah, besok gue ada jadwal operasi.” Tolak Kaivan.
Fery hanya mengangguk mengerti, lalu dia menepuk pundak Kaivan dengan keras.
“Eh, ada cewek cantik noh, kenalan yuk!” ajak Fery.
“Lo aja deh, gue ga tertarik!” balas Kaivan sambil kembali menyeruput sisa alkohol yang ada di dalam gelasnya.
Fery menatap kesal ke arah Kaivan, entah sudah berapa kali dia menawarkan Kaivan untuk berkenalan dengan para wanita yang ada di sana, tapi laki-laki itu selalu menolak dengan tegas.
“Lo mau sampe kapan jomblo terus begini sih Kai? Betah lo begini terus!?” tanya Fery.
“Lebih baik jomblo, dari pada kayak lo yang suka mainin cewek!” ketus Kaivan.
Mendengar ucapan Kaivan membuat Fery meneguk salvilanya dengan susah payah, perkataan Kaivan memang selalu sadis dan menusuk hati sampai Fery hanya bisa membeku di tempatnya.
“Nih.” Ucap Kaivan sambil memberikan sebandel uang seratus ribuan kepada Fery, membuat mata laki-laki itu berbinar.
“Gue cabut dulu!” pamit Kaivan yang langsung beranjak dari tempat duduknya.
“Thank you beb!!” teriak Fery yang membuat Kaivan menggeleng kepala.
Fery langsung menyembunyikan uang yang di berikan Kaivan kepadanya sebelum kekasih baru Fery yang mata duitan itu mengetahuinya dan langsung mengambil uang itu.
Kaivan tidak lagi memperdulikan ucapan Fery dan berjalan menuju lift untuk ke lantai dasar untuk pulang.
Begini lah kebiasaan Kaivan selama ini, laki-laki itu selalu menghabiskan waktu luangnya di club malam untuk meminum alkohol jika memiliki waktu luang. Meski tidak sampai mabuk, namun ada kalanya laki-laki itu minum sampai mabuk jika besoknya tidak ada jadwal operasi.
Kaivan keluar dari club menuju ke parkiran di mana motornya berada, namun sebelum menaiki motor gedenya, Kaivan memutuskan untuk menyebrang jalan menuju minimarket yang ada di sebrang jalan untuk membeli minuman bersoda dan snack.
Saat memasuki minimarket, seketika hembusan AC yang ada di sana membuat tubuh Kaivan kedinginan, karena di luar cuaca sangat panas. Laki-laki itu dengan segera menuju ke salah satu rak tempat snack dan minuman bersoda berada.
“Emm, di mana ya?” suara cempreng seseorang membuat perhatian Kaivan teralihkan.
Wanita itu sejak tadi berdiri di sebelahnya tanpa dia sadari sambil menyusuri seluruh isi rak untuk menemukan barang yang dia butuhkan.
Kaivan tertawa melihat wanita itu berjinjit bahkan sesekali melompat untuk menggapai barang yang dia inginkan di rak paling atas.
“ni anak ngapain malem-malem ke sini?” gumam Kaivan dengan pelan sekaligus mengerutkan keningnya karena penasaran Kiara bisa berada di tempat ini tengah malam begini.
Karena merasa kasihan dengan tubuh Kiara yang pendek, Kaivan pun berjalan beberapa langkah, menggeser tubuhnya untuk mendekat lalu mulai membantu wanita itu yang bisa Kaivan tebak kalau dia ingin mengambil tepung di rak paling atas.
“Ah akhirnya, terimakasih banyak.” Ucap Kiara dengan semangat sambil menoleh menatap Kaivan.
“Loh, dokter Kai?” ucap Kiara yang terkejut karena melihat Kaivan di sana.
Kaivan tidak membalas ucapan Kiara, laki-laki itu langsung melangkah pergi meninggalkan Kiara. Tapi, Kiara dengan cepat menahan Kaivan.
“Tunggu dulu!” ucap Kiara.
“Apaan?” balas Kaivan dengan malas.
Kiara melirik sekilas pada barang belanjaan Kaivan lalu tersenyum manis sambil kembali menatap wajah Kaivan.
“Aku boleh numpang pulang ya.” Ucap Kiara.
“Hah? kenapa malah nyusahin orang?” tanya Kaivan tidak suka.
“Aku ga bawa kendaraan ke sini, capek tau kalo harus jalan kaki.” Rengek Kiara sambil memanyunkan bibirnya.
“Gak!” ketus Kaivan yang kembali mau melangkahkan kakinya namun di halangi lagi oleh Kiara.
“Masa tega sih biarin cewek pulang sendirian malem-malem jalan kaki? Ga laki banget deh!” ucap Kiara.
“Lo bisa ke sini tengah malem begini, kenapa ga bisa pulang sendiri juga? Ga usah banyak alesan deh!” ketus Kaivan.
“Ih jahat banget sih jadi orang!”
“Bodo amat!” ketus Kaivan yang langsung meninggalkan Kiara begitu saja dan langsung membayar semua belanjaannya, dan tidak lagi memperdulikan Kiara yang masih berada di dalam minimarket untuk membayar belanjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments