MFDIM 6

“Kamu mau mati?” tanya Kaivan dengan nada rendah begitu menyeramkan.

“Hah? Mati?”

***

Kedua mata Kaivan menatap ke arah tukang bangunan yang sedang berlalu lalang membawa material yang berat.

“Ruangan itu lagi di renovasi, jangan lewat sana bahaya!” ucap Kaivan.

Kedua mata Kiara mengikuti arah yang di lihat Kaivan, wanita itu melotot sambil menelan salvilanya dengan susah payah. Kalau saja Kaivan tidak menghentikannya, mungkin saat ini dirinya akan terjungkal masuh ke dalam tumpukan semen yang sedang di aduk dan menjadi patung saat di temukan.

“Ehem..” Kiara berdehem dengan canggung, dia memundurkan langkahnya demi memberikan jarak antara dirinya dan Kaivan.

“Terimakasih sudah mengingatkan.” Ucap Kiara sambil tersenyum manis.

“Maaf udah bikin kamu...”

Belum selesai Kiara mengatakan apa yang ingin dia katakan, tiba-tiba saja Kaivan sudah berjalan meninggalkannya begitu saja tanpa mengatakan apa pun.

“Ish, emang ini orang satu ga bisa di baikin!” ketus Kiara emosi sambil menatap punggung lebar Kaivan yang sudah menjauh dari pandangannya.

Kiara memutuskan untuk ke kantin lebih dulu membeli kopi hitam dan juga roti karena perutnya terasa lapar dan matanya terasa berat untuk di buka.

Setelah selesai membeli apa yang dia inginkan, Kiara memutuskan untuk kembali ke ruangannya untuk beristirahat beberapa menit saja.

Sampai di depan pintu ruangan, Kiara mendengar suara wanita yang sedang marah, Kiara pun semakin mendekati pintu dan membuka pintu itu secara perlahan.

“Ya terserah ibu saja kalau ibu tidak mau di operasi, kalau nanti peyakitnya udah menyebar dan semakin parah terus ibu meninggal, jangan salahkan saya.” Ucap Kaivan dengan santainya tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

“Kamu ini bener-bener ya!” teriak ibu itu lalu..

Plak!!! Tamparan keras mendarat di pipi Kaivan, namun hal itu tidak membuat laki-laki itu jera, ia malah terkekeh sambil memegang pipinya yang sudah memerah karena tamparan itu.

Kejadian itu berhasil membuat Kiara yang masih berada di depan pintu terkejut sampai mulutnya terbuka karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

“Dokter macam apa yang ngomong kayak gitu ke pasiennya?! Dasar dokter gila!” ketus wanita tersebut sambil mengacak meja Kaivan sebelum akhirnya dia berjalan keluar dari ruangan tersebut bersama dengan emosi yang masih meluap-luap.

Kiara yang masih mematung di tempatnya langsung mendapat pelototan dari wanita itu karena tubuh Kiara menghalangi jalan.

“Awas!” bentak wanita itu yang membuat Kiara terkejut dan langsung memberikan jalan kepada wanita itu.

Kiara yang sudah tersadar itu langsung memberanikan diri untuk mendekati Kaivan karena merasa penasaran.

“Dok, yang tadi itu...” ucap Kiara menggantung.

“Pasien gila.” Balas Kaivan tanpa rasa bersalah.

“Kenapa? Kamu juga mau menyalahkan saya?” tanya Kaivan dengan tatapan tajamnya.

Mendengar pertanyaan Kaivan membuat Kiara terkejut lalu memundurkan langkahnya beberapa langkah.

“Eh? E-engga kok dok.” Balas Kiara.

“Bagus!” ucap Kaivan sambil tersenyum tipis.

Kaivan berdiri dari tempat duduknya, dia mengambil tumpukan kertas lalu berjalan ke arah Kiara dan memberikan kertas-kertas itu kepada Kiara.

“Kamu periksa pasien di kamar 10 dan 15, kalau bisa kamu kunjungi mereka setiap dua jam sekali.” Ucap Kaivan.

Mendengar ucapan Kaivan membuat Kiara mengerutkan keningnya, dia merasa tidak terima karena harus melakukan tugas yang seharusnya menjadi tugas Kaivan.

“Kenapa harus aku? Kan ini tugas dokter.” Ucap Kiara.

“Saya minta tolong.” Ucap Kaivan.

“Terus dokter sendiri emang mau ke mana? Bebas tugas gitu!?” tanya Kiara dengan ketus.

“Saya ada operasi darurat.” Jawab Kaivan dengan singkat yang langsung pergi begitu saja meninggalkan Kiara yang masih merasa tidak terima.

“Emang dokter doang yang punya jadwal operasi!? Saya juga ada jadwal operasi!” teriak Kiara berharap agar Kaivan mau mendengarnya.

Namun sayangnya, Kaivan tetaplah Kaivan yang tidak akan pernah perduli dengan orang-orang di sekitarnya, laki-laki itu hanya terus berjalan begitu saja.

Kiara hanya bisa mendengus kesal dan terpaksa menuruti perintah dari Kaivan yang menyuruhnya untuk memeriksa pasien di kamar nomer 10 dan 15.

***

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, Kiara keluar dari rumahnya dengan terburu-buru dan melajukan mobilnya keluar komplek perumahan, wanita itu melihat tukang sayur keliling sedang parkir di tengah jalan menghalangi jalan Kiara.

Sudah berkali-kali Kiara menekan klakson mobilnya namun tukang sayur itu sama sekali tidak menggubrisnya. Dan akhirnya Kiara dan tukang sayur itu mulai adu mulut beberapa menit sebelum akhirnya Kiara tidak menggubris tukang sayur itu lagi dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi, Kiara sedang berdiri sendirian di tengah keramaian kantin rumah sakit, dan Kiara tersadar kalau dirinya sekarang sudah tersesat.

Tujuan awal Kiara adalah ruang jaga, dia ingin beristirahat sebentar dan menyejukkan hati yang sudah panas karena tadi bertengkar dengan tukang sayur di depan perumahan kompleknya. Tapi, kenapa sekarang dia malah ada di sini?

Rumah sakit ini terlalu besar, dan sepertinya Kiara membutuhkan peta agar tidak tersesat di rumah sakit ini.

Matanya melirik ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang bisa di ajak bicara, tapi hasilnya nihil. Yang ada di kantin ini kebanyakan para pasien beserta keluarganya. Tentu saja tidak mungkin Kiara bertanya jalan kepada mereka bukan?

Sebenarnya ada beberapa petugas rumah sakit dan beberapa dokter yang sedang sarapan di kantin, tapi Kiara terlalu sungkan untuk bertanya. Kiara tidak mengenal siapapun di kantin itu, hanya Nanda lah satu-satunya teman Kiara dan saat ini Nanda sedang berada di ruang operasi.

“Hei! Dokter baru nan cantik!” teriak seseorang membuat Kiara menoleh ke asal suara.

Kiara langsung menemukan seorang laki-laki berkulit sawo matang dengan senyuman manis yang saat ini sedang berdiri berdampingan dengan Kaivan, dokter galak casanova rumah sakit ini.

“Eh, kamu!” ucap Kiara sambil melemparkan senyum manisnya.

“Lo Kiara kan?” tanya Arhan.

“Iya.” Jawab Kiara.

Mata Kiara beralih sesaat ke arah tag nama yang menempel di snelli dokter laki-laki itu karena Kiara tidak tahu nama laki-laki itu.

“Arhan.” Ucap Kiara.

“Mau sarapan Ki?” tanya Arhan dengan begitu friendly sambil berjalan mendekati Kiara.

“Hemm, engga sih. Sebenernya gue mau nyari ruang jaga tapi malah nyasar ke sini.” Balas Kiara.

“Yaudah kalo gitu kita sarapan dulu yuk! Gabung sama kita aja Ki, ntar baru gue anter ke ruang jaga, gimana?” ajak Arhan.

Kiara terlihat berpikir beberapa saat, lalu menganggukkan kepalanya tanda menyetujui ajakan Arhan.

“Boleh deh.” Balas Kiara.

“Apaan sih lo Han, siapa yang ngijinin dia gabung sama kita? Makan aja sendiri, jangan manja! Apa-apa di temenin!” ketus Kaivan.

“Kai!” tegur Arhan sambil memukul punggung Kaivan dengan tangannya.

Kiara menatap Kaivan dengan tatapan kesal dan sinis, dia ingin sekali menjahit mulut Kaivan yang menyebalkan ini agar tidak bisa bicara lagi.

“Udah lah ayo Ki.” Ajak Arhan.

“Iya.” Jawab Kiara lalu berlari kecil mengikuti Arhan sampai dia bisa mengimbangi langkah Arhan.

“Ngomong sama gue santai aja Ki, ga usah terlalu formal, anggap aja kita udah sahabatan lama.” Ucap Arhan.

“Tapi kalau sama Kaivan beda cerita.” Lanjut Arhan dengan berbisik.

Kiara terkekeh pelan mendengar ucapan Arhan sambil mengangguk setuju.

Ternyata rumah sakit ini tidak seburuk yang Kiara pikirkan, padahal sejak hari pertama Kiara sudah berpikir yang tidak-tidak tentang orang-orang di rumah sakit ini, apa lagi setelah bertemu dengan Kaivan dan melihat sikap Kaivan yang sangat menyebalkan.

Terpopuler

Comments

Umi Tum

Umi Tum

lanjut kak 😍🤗👍

2023-09-07

0

lihat semua
Episodes
1 MFDIM 1
2 MFDIM 2
3 MFDIM 3
4 MFDIM 4
5 MFDIM 5
6 MFDIM 6
7 MFDIM 7
8 MFDIM 8
9 MFDIM 9
10 MFDIM 10
11 MFDIM 11
12 MFDIM 12
13 MFDIM 13
14 MFDIM 14
15 MFDIM 15
16 MFDIM 16
17 MFDIM 17
18 MFDIM 18
19 MFDIM 19
20 MFDIM 20
21 MFDIM 21
22 MFDIM 22
23 MFDIM 23
24 MFDIM 24
25 MFDIM 25
26 MFDIM 26
27 MFDIM 27
28 MFDIM 28
29 MFDIM 29
30 MFDIM 30
31 MFDIM 31
32 MFDIM 32
33 MFDIM 33
34 MFDIM 34
35 MFDIM 35
36 MFDIM 36
37 MFDIM 37
38 MFDIM 38
39 MFDIM 39
40 MFDIM 40
41 MFDIM 41
42 MFDIM 42
43 MFDIM 43
44 MFDIM 44
45 MFDIM 45
46 MFDIM 46
47 MFDIM 47
48 MFDIM 48
49 MFDIM 49
50 MFDIM 50
51 MFDIM 51
52 MFDIM 52
53 MFDIM 53
54 MFDIM 54
55 MFDIM 55
56 MFDIM 56
57 MFDIM 57
58 MFDIM 58
59 MFDIM 59
60 MFDIM 60
61 MFDIM 61
62 MFDIM 62
63 MFDIM 63
64 MFDIM 64
65 MFDIM 65
66 MFDIM 66
67 MFDIM 67
68 MFDIM 68
69 MFDIM 69
70 MFDIM 70
71 MFDIM 71
72 MFDIM 72
73 MFDIM 73
74 MFDIM 74
75 MFDIM 75
76 MFDIM 76
77 MFDIM 77
78 MFDIM 78
79 MFDIM 79
80 MFDIM 80
81 MFDIM 81
82 MFDIM 82
83 MFDIM 83
84 MFDIM 84
85 MFDIM 85
86 MFDIM 86
87 MFDIM 87
88 MFDIM 88
89 MFDIM 89
90 MFDIM 90
91 MFDIM 91
92 MFDIM 92
93 MFDIM 93
94 MFDIM 94
95 MFDIM 95
96 MFDIM 96
97 MFDIM 97
98 MFDIM 98
99 MFDIM 99
100 MFDIM 100
101 MFDIM 101
102 MFDIM 102
103 MFDIM 103
104 MFDIM 104
105 MFDIM 105
106 MFDIM 106
107 MFDIM 107
108 MFDIM 108
109 MFDIM 109
110 MFDIM 110
111 MFDIM 111
112 MFDIM 112
113 MFDIM 113
114 MFDIM 114
115 MFDIM 115
116 MFDIM 116
117 MFDIM 117
118 MFDIM 118
119 TENTARA TAMPAN ITU SUAMIKU!!
120 MFDIM 119
Episodes

Updated 120 Episodes

1
MFDIM 1
2
MFDIM 2
3
MFDIM 3
4
MFDIM 4
5
MFDIM 5
6
MFDIM 6
7
MFDIM 7
8
MFDIM 8
9
MFDIM 9
10
MFDIM 10
11
MFDIM 11
12
MFDIM 12
13
MFDIM 13
14
MFDIM 14
15
MFDIM 15
16
MFDIM 16
17
MFDIM 17
18
MFDIM 18
19
MFDIM 19
20
MFDIM 20
21
MFDIM 21
22
MFDIM 22
23
MFDIM 23
24
MFDIM 24
25
MFDIM 25
26
MFDIM 26
27
MFDIM 27
28
MFDIM 28
29
MFDIM 29
30
MFDIM 30
31
MFDIM 31
32
MFDIM 32
33
MFDIM 33
34
MFDIM 34
35
MFDIM 35
36
MFDIM 36
37
MFDIM 37
38
MFDIM 38
39
MFDIM 39
40
MFDIM 40
41
MFDIM 41
42
MFDIM 42
43
MFDIM 43
44
MFDIM 44
45
MFDIM 45
46
MFDIM 46
47
MFDIM 47
48
MFDIM 48
49
MFDIM 49
50
MFDIM 50
51
MFDIM 51
52
MFDIM 52
53
MFDIM 53
54
MFDIM 54
55
MFDIM 55
56
MFDIM 56
57
MFDIM 57
58
MFDIM 58
59
MFDIM 59
60
MFDIM 60
61
MFDIM 61
62
MFDIM 62
63
MFDIM 63
64
MFDIM 64
65
MFDIM 65
66
MFDIM 66
67
MFDIM 67
68
MFDIM 68
69
MFDIM 69
70
MFDIM 70
71
MFDIM 71
72
MFDIM 72
73
MFDIM 73
74
MFDIM 74
75
MFDIM 75
76
MFDIM 76
77
MFDIM 77
78
MFDIM 78
79
MFDIM 79
80
MFDIM 80
81
MFDIM 81
82
MFDIM 82
83
MFDIM 83
84
MFDIM 84
85
MFDIM 85
86
MFDIM 86
87
MFDIM 87
88
MFDIM 88
89
MFDIM 89
90
MFDIM 90
91
MFDIM 91
92
MFDIM 92
93
MFDIM 93
94
MFDIM 94
95
MFDIM 95
96
MFDIM 96
97
MFDIM 97
98
MFDIM 98
99
MFDIM 99
100
MFDIM 100
101
MFDIM 101
102
MFDIM 102
103
MFDIM 103
104
MFDIM 104
105
MFDIM 105
106
MFDIM 106
107
MFDIM 107
108
MFDIM 108
109
MFDIM 109
110
MFDIM 110
111
MFDIM 111
112
MFDIM 112
113
MFDIM 113
114
MFDIM 114
115
MFDIM 115
116
MFDIM 116
117
MFDIM 117
118
MFDIM 118
119
TENTARA TAMPAN ITU SUAMIKU!!
120
MFDIM 119

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!