Kaivan terus melangkahkan kakinya menuju ruangan khusus yang biasanya di gunakan untuk mempersiapkan diri sebelum masuk ke ruang operasi, sambil melihat jam yang melingkar di tangannya, Kaivan melepaskan snelli putih yang ia kenakan lalu menyimpannya bersama dengan jam tangannya di sebuah loker kecil, tidak lupa juga Kaivan mengganti bajunya dengan pakaian khusus untuk ruang operasi.
Saat ini Kaivan sudah siap lengkap dengan penutup kepala dan masker, dia segera mencuci tangannya menggunakan sabun khusus dan air mengalir sebelum masuk ke dalam ruang operasi. Setelah selesai mencuci tangannya dan memastikannya bersih, Kaivan segera berjalan masuk ke dalam ruang operasi.
***
Suasana cukup menegangkan saat Kaivan masuk ke dalam sana. Beberapa suster yang tadinya berbincang riang, kini langsung terdiam seribu kata saat dokter tampan berdarah dingin itu menatap ke arah mereka dengan tatapan sinis.
“Kenapa kelihatannya kalian belum siap? Bukannya tadi ada yang telfon saya kalau kondisi pasien sudah harus segera di operasi? Kenapa kalian masih bercanda?” tanya Kaivan dengan ketus.
“Kalau masih ada yang bercanda silahkan keluar! Saya engga mau orang ga engga serius kerja sama saya!” ketus Kaivan.
Dari empat orang suster dan satu dokter anestesi di dalam ruangan operasi semuanya diam, tidak ada yang berani menjawab perkataan Kaivan. Jangankan untuk menjawab, bergerak sedikit pun saja mereka tidak berani sangking gugupnya.
Semua hanya diam mematung dengan kepala menunduk, mereka enggan menatap mata Kaivan yang kini sedang memancarkan sinar lasernya.
“Kata-kata sadis yang keluar dari mulut dokter Kai selalu menusuk sampai ke jantung, untung ganteng, kalo engga mah udah gue suntik mati!” batin dokter anestesi, Tika.
Seluruh penghuni rumah sakit baik perawat maupun dokter seperti sudah maklum dengan sifat seorang Kaivan Hilbert Mahendra, manusia terkejam di muka bumi ini. Mereka memilih untuk tidak mencari masalah dengan si dokter berdarah dingin itu karena para dokter dan perawat di rumah sakit itu masih waras dan tidak ingin mati konyol.
Melihat semua orang di dalam ruang operasi hanya diam saja membuat Kaivan mendengus kesal namun pelan.
“Ya sudah, mari kita mulai operasinya. Namun sebelum itu mari kita berdoa lebih du--”
Sreeett.... “Maaf, maaf saya terlambat ya?”
Belum sempat Kai menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba saja pintu ruang operasi terbuka dan terdengar suara cempreng seorang wanita yang seketika mengisi suasana tegang di dalam ruang operasi.
Kai menoleh ke arah sumber suara dan menajamkan pandangannya pada seorang wanita cantik yang berpakaian operasi lengkap yang baru saja masuk dan memotong pembicaraannya tadi.
“Siapa?” tanya Kai dengan nada ketus karena menahan emosi.
“Halo, saya Kiara.” Ucap Kiara lalu dia menjeda perkataannya untuk mengatur napasnya yang terengah-engah karena habis berlari tadi.
“Saya dokter yang baru di pindahkan dari Mahen hospital cabang Beijing. Dan hari ini saya akan mendampingi dokter Kaivan.” Jelas Kiara. Walaupun wanita itu memakai masker, namun senyuman lebar Kiara masih bisa terlihat dengan jelas dari sorot matanya yang menyipit.
Kaivan mengerutkan keningnya sambil menatap tajam ke arah Kiara.
“Saya nggak minta dokter lain untuk mendampingi saya hari ini!” ketus Kaivan.
“Oh, jadi ini yang namanya dokter Kaivan? Hai dok, saya di minta dokter Hilbert buat dampingin dokter hari ini.” Ucap Kiara dengan ceria.
“Ternyata dokter ganteng juga ya! Eh, ganteng banget malahan.” Seru Kiara yang membuat Kaivan kesal.
“Jangan bercanda!” bentak Kaivan yang membuat Kiara terkejut, bahkan senyuman cantik yang tadinya merekah lebar seketika menghilang dalam sekejap.
“Galak banget sih! Dasar dokter galak!” batin Kiara dengan wajah cemberut menatap Kaivan.
Karena tidak mau membuang waktu, Kaivan langsung melangkah menuju meja operasi tanpa memperdulikan Kiara lagi. Toh dia juga tidak mengenal dokter wanita asing yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang operasi.
Kaivan pun mulai mengoperasi pasien yang ada di hadapannya dengan serius dan fokus. Sementara Kaivan sibuk dengan pasien yang ada di atas meja operasi, Kiara hanya berdiri di dekat pintu masuk sambil cemberut kesal.
Kaivan yang melihat Kiara yang tampak tidak berguna itu sekarang kembali memandang wanita itu dengan tatapan tajam.
“Heh kamu!” panggil Kaivan dengan nada membentak.
“Ngapain berdiri di situ kayak patung? Katanya kamu mau mendampingi saya, sini!” perintah Kaivan.
Tentu saja hal itu membuat Kiara langsung menoleh ke arah Kaivan dengan tatapan tidak percaya.
“Ini beneran?” tanya Kiara yang langsung berlari menghampiri Kaivan dan berdiri di sampingnya.
“Hai dokter Kai.” Sapa Kiara dengan ceria.
Sedangkan yang di sapa hanya diam tanpa ada niatan untuk menjawab sapaan menyebalkan itu. Kaivan melirik Kiara lewat ujung matanya dengan tajam.
“Saya paling nggak suka sama orang yang mengganggu ketenangan saya. Jadi kalau kamu sampai cerewet apa lagi mengganggu, akan saya lempar kamu dari rooftop rumah sakit!” ancam Kaivan dengan nada yang begitu mengerikan.
Untuk kesekian kalinya, tidak ada satu pun yang berani mengeluarkan suara termasuk Kiara. Perempuan itu bahkan tidak mau menatap Kaivan lagi, dia hanya menundukkan kepala menatap lantai ruang operasi yang dingin sambil mengumpat di dalam hati.
“Ganteng doang, tapi galaknya ga ketulungan!” Kiara akhirnya bergumam dengan suara yang kecil sangking kesalnya.
“Apa kamu bilang!?” tanya Kaivan yang ternyata mendengar gumaman Kiara.
“Apaan? Aku ga bilang apa-apa tuh! Kamu denger bisikan setan ya? Ih serem...” ucap Kiara dengan nada yang menyebalkan.
Lagi-lagi Kaivan hanya bisa menghela napas berat, dia tidak ingin tambah naik darah karena kelakuan manusia menyebalkan di sampingnya ini dan akhirnya operasi pun di lanjutkan.
“Dasar dokter galak!” batin Kiara dari dalam hati. Mana berani Kiara mengatakan hal semacam itu secara langsung, bisa-bisa dia beneran di lempar dari rooftop oleh Kaivan.
Akhirnya operasi pun selesai, Kaivan keluar dari ruang operasi lebih dulu dari dokter dan perawat yang lainnya. Setelah Kaivan benar-benar pergi, Kiara baru bisa bernapas lega.
“Selamat datang dokter Kiara, semoga cepat beradaptasi dengan dokter Kaivan ya.” Ucap sang dokter anestesi.
“Ah iya dok, terimakasih ya, mohon bantuannya kalau kedepannya jalanku tidak mulus karena dokter galak itu.” Balas Kiara yang di balas tawa oleh semua orang.
Selesai mengganti pakaian operasinya, Kiara langsung bergegas pergi menuju ruangan kerjanya. Dengan senyuman manis yang terukir di wajah cantiknya, Kiara berjalan dengan perasaan yang bersemangat memasuki ruangan kerjanya.
Seketika itu juga, ia langsung mengerutkan keningnya saat melihat ada dua meja dan dua bangku yang ada di dalam ruangan itu. Ruangan ini seperti di desain untuk dua orang, tapi seingatnya hanya dia yang pindah ke rumah sakit ini.
Kiara mendekat ke salah satu meja kemudian bergumam pelan membaca papan nama yang ada di atas meja itu.
“Kaivan Hilbert Mahendra?” gumam Kiara yang seketika ekspresi wajahnya berubah melotot dan terkejut.
“What!? Aku satu ruangan sama dokter galak itu?! Nooo!!” teriak Kiara yang seketika lemas dan terduduk di kursi.
“Siapa yang dokter galak?” tanya seseorang dari belakang Kiara.
Seketika Kiara semakin melotot bahkan mungkin matanya hampir keluar dari tempatnya, ia segera berdiri kembali dan menoleh ke arah pintu masuk.
“D-dokter Kaivan?!” ucap Kiara sambil menutup mulutnya sendiri.
Kaivan yang tadinya bersandar di depan pintu sambil melipat kedua tangan di depan dada, kini berjalan mendekati Kiara secara perlahan seperti sedang menyaksikan adegan slow motion di dalam pandangan Kiara.
“D-dokter mau ngapain?” tanya Kiara dengan gelagapan sambil kakinya ikut melangkah mundur setiap kali Kaivan melangkah maju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Umi Tum
makin seru 🤗 lanjut kak 😍👍🥰
2023-09-05
0