Kiara, Kaivan dan Arhan sudah duduk di salah satu meja yang ada di sana, dan sejak tadi Arhan pun terus mengoceh membuat Kiara hanya membalasnya dengan senyuman saja.
“Di sini ada banyak menu makanan, tinggal pilih aja Ki.” Ucap Arhan menjelaskan.
“Emangnya ada apa aja Han?” tanya Kiara.
Arhan menarik napas dalam-dalam membuat Kiara tanpa sadar juga ikut menarik napas panjang.
“Ada seblak, nasi goreng, roti bakar, bakso, mie ayam, mie goreng, mie kuah, ketoprak, gado-gado, soto ayam, rawon, nasi campur, ayam goreng, terus apa lagi ya?” ucap Arhan sambil berpikir.
“Masih ada lagi?” tanya Kiara.
“Sebenernya masih banyak sih, tapi gue cuma inget segitu aja Ki.” Balas Arhan sambil menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.
Kiara hanya terkekeh pelan mendengar ucapan Arhan yang lucu itu.
“Aku pesen seblak aja deh, pedes ya.” Ucap Kiara.
“Sok-sokan makan seblak, kalau mules-mules baru tau rasa!” ketus Kaivan tanpa rasa bersalah.
Mendengar ucapan Kaivan membuat Arhan kembali menegur temannya itu, sedangkan Kiara hanya menatap Kaivan dengan sinis.
“Nyebelin!” batin Kiara di dalam hatinya.
Arhan segera memesan pesanan mereka sebelum kembali duduk di tempat duduk mereka lagi.
“Makanan di rumah sakit ini udah kayak di restoran aja ya, gue kira bakal banyak makanan yang sehat karena di rumah sakit, ternyata ada makanan yang ga sehat juga ya, suka deh!” seru Kiara dengan semangat.
Mendengar ucapan Kiara membuat Arhan mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti apa yang di katakan oleh Kiara barusan.
“Suka?” tanya Arhan yang penasaran.
“Iya, suka! Makanan yang ga sehat kan lebih enak.” Jawab Kiara dengan polosnya.
Mendengar jawaban Kiara yang polos membuat Arhan tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang merasa sakit karena tertawa.
“Hahaha, bener juga Ki, bisa-bisanya lo kepikiran kayak begitu.” Ucap Arhan yang masih tertawa.
Sedangkan, Kaivan hanya mengerutkan kening sambil melihat ke arah dua manusia yang sedang tertawa di hadapannya.
“Perasaan engga ada yang lucu!” gumam Kaivan sambil menggelengkan kepala.
“Oh iya, ngomong-ngomong para dokter sama perawat lain kemana ya? Kok di sini kebanyakan pasien sama keluarganya aja? Masa telat masuk semua sih?” tanya Kiara.
“Oh, biasanya rame kok, tapi hari ini kayaknya di ruang jaga semua, denger-denger dari tengah malem sampe subuh tadi banyak pasien darurat, mungkin mereka semua pada capek.” Jelas Arhan.
“Lo banyak tanya amat sih!” ketus Kaivan tiba-tiba.
“Masih mending banyak tanya, dari pada banyak ngomel, marah-marah mulu bikin cepet tua!” ketus Kiara.
“Lo! Berani lo...”
“Heh! Udah, udah! Jangan berantem mulu napa ya elah!” ucap Arhan melerai kedua manusia yang sedang saling menatap dengan tajam itu.
“Dia duluan tuh yang ngajak ribut mulu!” adu Kiara sambil menatap sinis ke arah Kaivan.
Niatnya Kiara melotot ke arah Kaivan untuk menakutinya, tapi itu tidak berefek sama sekali untuk Kaivan yang nyatanya lebih menyeramkan dari Kiara yang berpura-pura menjadi galak.
“Lo juga cari masalah terus sama gue!” balas Kaivan yang tidak kalah ketusnya.
Namun tidak seperti biasanya yang selalu melawan ucapan Kaivan dan tidak mau mengalah, saat ini Kiara malah terdiam mematung di atas bangku dengan tubuh panas dingin serta jantung yang berdegup kencang saat melihat seorang laki-laki bersnelli putih yang kini sedang berjalan memasuki kantin rumah sakit.
Melihat wajah Kiara yang seketika pucat membuat Kaivan dan juga Arhan merasa kebingungan.
“Ki, lo kenapa?” tanya Arhan dengan khawatir.
“D-dia kerja di sini?” tanya Kiara dengan nada yang lemah dan mata yang berkaca-kaca seperti ingin menangis.
“Siapa?” tanya Kaivan yang semakin penasaran dengan apa yang di takuti oleh Kiara.
“D-Dio.” Jawab Kiara.
Mendengar jawaban dari Kiara membuat Kaivan dan Arhan sama-sama menoleh ke arah yang di lihat Kiara.
“Dia lagi liatin Dio kenapa kayak liatin setan sih?” bisik Kaivan kepada Arhan.
“Ssstt..” balas Arhan.
Kiara langsung membalikkan tubuhnya agar membelakangi Dio dengan harapan agar laki-laki itu tidak mengenalinya.
Tenggorokan Kiara terasa kering ketika Dio sudah berdiri di sampingnya.
“Kai, lo di panggil dokter Hillbert di ruangannya.” Ucap Dio.
Kaivan tidak menggubris ucapan Dio, matanya hanya fokus kepada Kiara yang sekarang masih berusaha untuk menunduk menutupi wajahnya. Tangisan wanita itu semakin menjadi, tetapi tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Karena tidak mendapat jawaban dari Kaivan, akhirnya Dio mengikuti ke mana arah mata Kaivan melihat, laki-laki itu mengamati Kiara dengan seksama kemudian Dio langsung tersentak setelah mengenali siapa perempuan yang sedang menunduk itu.
“Kiara?” panggil Dio.
Mendengar Dio memanggil namanya membuat Kiara semakin merasa ketakutan, Kaivan bisa melihat tubuh Kiara bergetar begitu hebat.
“Kia?” Dio kembali memanggil Kiara dan kali ini laki-laki itu menggerakkan tangannya perlahan ingin menyentuh tubuh Kiara.
Namun gagal, karena sebuah tangan kekar tiba-tiba saja menepis tangan Dio dengan kasar.
“Jangan sentuh calon tunangan gue!” ketus Kaivan yang membuat Arhan yang sejak tadi hanya mengamati langsung membuka mulutnya lebar-lebar karena terkejut dengan yang di lakukan sahabatnya.
“Tunangan?” ucap Dio mengulangi ucapan Kaivan.
“Iya, dia calon tunangan gue!” ketus Kaivan dengan tegas dan yakin.
Kaivan langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Kiara sambil menggeser tubuh Dio dengan sedikit kasar. Kaivan langsung menggenggam tangan Kiara dan menariknya berjalan keluar dari kantin membuat Kiara terkejut dengan apa yang di lakukan Kaivan.
“Dok..” gumam Kiara sambil mengusap pipinya yang sudah basah karena air mata.
“Dokter mau apa?” tanya Kiara dengan nada pelan.
“Kita keluar dari sini!” jawab Kaivan dengan lembut, berbeda dari Kaivan yang selama ini Kiara kenal.
Tangisan Kiara berubah menjadi senyuman, jantungnya berdegup kencang karena gugup sekaligus senang. Di tambah genggaman tangan hangat yang Kaivan berikan membuat Kiara terasa seperti terbang di udara.
Saat ini hati Kiara seperti sedang berada di taman yang penuh dengan bunga yang sedang bermekaran dan di kelilingi kupu-kupu yang beterbangan dengan lincah.
Semua orang yang ada di kantin hanya bisa terdiam di tempat mereka masing-masing sambil melongo karena tidak percaya saat melihat kejadian yang ada di hadapan mereka.
Termasuk para gerombolan dokter yang baru saja ingin masuk ke dalam kantin untuk sarapan. Mereka berubah seperti patung sambil terus melihat tangan Kaivan dan Kiara yang saling bergenggaman.
Ada juga yang sedang meminum es dan ersedak karena melihat kejadian langka itu, begitu juga dengan dokter wanita yang sedang berdiri di tengah-tengah gerombolan dokter-dokter itu.
“Ada hubungan apa mereka berdua?” gumam Wulan yang masih terus menatap ke arah Kaivan dan Kiara yang sudah keluar dari kantin.
Saat suasana di kantin sedang heboh oleh pengakuan Kaivan, Kiara dan Kaivan tetap terus berjalan mninggalkan kanting dan Kaivan menarik Kiara masuk ke dalam lift dan laki-laki itu langsung menekan tombol lantai paling atas, yaitu rooftop.
Keduanya berdiam di rooftop tanpa memperdulikan seheboh apa suasana di kantin sekarang. Pengakuan yang tidak masuk akal dari mulut Kaivan benar-benar sangat mengejutkan sampai membuat Arhan tiba-tiba ambruk dan berpura-pura memegangi dadanya lalu tak sadarkan diri dengan dramatis.
Begitulah Arhan, dia memang seringkali berakting lebay tidak jelas, benar-benar tidak sesuai dengan wajahnya yang bisa di bilang tampan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Umi Tum
🙈🙈🙈Arham sampai pingsan 🤣🤣🤣
2023-09-07
0
sella surya amanda
lanjut
2023-09-07
0