Kiara menyeka keringatnya berkali-kali, kakinya terus berlari mengikuti Kaivan yang ada di depannya. Pipinya memerah akibat kepanasan, matanya menyipit, napasnya pun terdengar tidak teratur.
Rasanya Kiara ingin berteriak sekencang-kencangnya karena perbuatan kejam Kaivan yang menyuruhnya berlari keliling halaman belakang rumah sakit untuk menghilangkan rasa sedihnya.
Di tengah jam istirahat yang harusnya Kiara bisa bersantai di ruang jaga, Kaivan malah memaksanya untuk berlari di taman belakang rumah sakit di bawah teriknya sinar matahari yang langsung mengenai kepala Kiara sampai keringat wanita itu saat ini bercucuran membasahi wajah dan lehernya bahkan tubuhnya.
“Jadi ini yang dokter maksud menghilangkan sedih? Ini mah bukan ngilangin sedih tapi nambah penyakit, badan jadi sakit semua!” ketus Kiara.
“Engga usah banyak omong deh! Tinggal lari aja apa susahnya sih!?” ketus Kaivan.
“Dok, udah yuk larinya, udah capek ini.” Pinta Kiara yang masih ngos-ngosan.
“Lo tau ga sih manfaat lari itu buat apa? Lari itu bisa menggantikan suasana hati lo yang awalnya sedih jadi bisa lupain semuanya! Lagian baru lari lima puluh puteran aja udah ngeluh!” ucap Kaivan yang kakinya masih setia untuk berlari.
“Istirahat bentar aja napa dok, emangnya dokter ga capek apa?” tanya Kiara.
“Enggak, gue ga selemah lo.” Jawab Kaivan.
Kiara tidak perduli lagi, wanita itu sekarang sudah menghentikan langkahnya sambil menatap sebal ke arah Kaivan.
Laki-laki yang satu itu memang selalu menyebalkan, hampir setiap detik, bahkan napasnya saja sudah menyebalkan untuk Kiara. Ingin sekali rasanya Kiara menendang Kaivan sampai terbang jauh ke ujung samudra, sayangnya dia tidak sekuat itu bisa menendang seseorang sampai sejauh itu.
Namun melihat Kaivan yang berlari sambil membalikkan badannya dengan tatapan tajam membuat Kiara kembali melanjutkan langkah kakinya untuk menyusul Kaivan.
“Dok, temenin aku ke kantin dulu dong, haus nih.” Rayu Kiara.
“Gak! Ke kantin sendiri aja sana, jangan manja!” ketus Kaivan.
Lagi-lagi Kiara memanyunkan bibirnya mendengar jawaban dari Kaivan.
“Aku tuh bukannya manja, tapi takut nyasar tau!” ketus Kiara.
Kaivan menghentikan langkahnya dan berbalik manatap Kiara dengan tatapan datarnya.
“Ya udah kalo gitu, ayo gue...” kata-kata Kaivan terhenti saat melihat Kiara yang tiba-tiba saja ambruk di atas rerumputan.
“Kia! Lo kenapa? pingsan?” tanya Kaivan dengan konyolnya.
Kiara tidak menjawab, tubuhnya terbaring lemas di bawah sinar matahari dengan wajah yang tampak pucat di sertai keringat di wajahnya.
“Kiara?” panggil Kaivan tanpa menghampiri tubuh Kiara dengan harapan kalau wanita itu hanya beristirahat sebentar dengan gaya rebahan saja. Meskipun sebenarnya Kaivan tahu kalau Kiara memang tidak sadarkan diri.
Setelah memastikan kalau Kiara benar-benar pingsan, barulah Kaivan menghampiri tubuh Kiara yang masih tergeletak di sana, lalu Kaivan berjongkok di samping tubuh lemah Kiara.
“Nyusahin banget sih jadi orang!” ketus Kaivan sambil mengguncang tubuh Kiara dengan kuat berusaha untuk membangunkan Kiara.
“Woy bangun!” ucap Kaivan lagi.
Kaivan menepuk pipi Kiara berharap agar wanita itu segera bangun, namun tidak ada tanda-tanda Kiara akan membuka kedua matanya membuat Kaivan menghela napas panjang karena frustasi.
“Nyusahin banget sih lo!” ketus Kaivan.
Akhirnya dengan rasa terpaksa yang sangat mendalam, Kaivan segera mengangkat tubuh Kiara perlahan, tentu saja laki-laki itu tidak ikhlas melakukannya, Kaivan terus mengomel di dalam hatinya mengutuk Kiara yang saat ini masih memejamkan kedua matanya.
Kaivan membawa Kiara menuju lobby rumah sakit yang sekarang penuh dengan berbagai macam pasien. Pengunjung, staff rumah sakit bahkan sampai dokter yang sedang bergosip di sana semakin melongo melihat apa yang ada di depan mata mereka.
Bahkan tidak sedikit orang yang menggerutu kesal karena sang cassanova rumah sakit ini malah menggendong wanita lain.
“Eh, jadi beneran dokter Kiara calon tunangannya dokter Kaivan?” ucap salah satu staff rumah sakit yang ada di sana.
Dan kata-kata itulah yang pertama kali masuk ke dalam telinga Kaivan yang kebetulan sedang melewati orang itu.
Namun kali ini Kaivan hanya diam karena dia malas berdebat dan mengomel, jadi Kaivan hanya membiarkan orang-orang yang ada di sana menggosip sesuka hati mereka.
Kaivan beralih menatap wajah Kiara yang ternyata terlihat manis saat sedang diam seperti itu.
“Ngeselin.” Gumam Kaivan pelan lalu kembali fokus ke depan.
Walaupun merasa terbebani dan kerepotan karena Kiara, namun Kaivan tetap menggendong wanita itu dengan sabar menuju ruang jaga dengan wajah kusutnya tentu saja.
Setelah sampai di ruang jaga, Kaivan langsung menuju ke tempat tidur yang kosong dan menghempaskan tubuh Kiara begitu saja dengan kasar ke atas tempat tidur yang keras itu.
“Aw!” teriak Kiara dengan nyaring sambil memegangi b0kong dan pinggangnya yang terasa sakit.
“Nah, akhirnya bangun juga lo.” Ucap Kaivan sambil tersenyum miring.
“Kasar banget sih jadi orang!” ketus Kiara.
“Kalau engga gitu, lo ga akan bangun! Harusnya lo berterimakasih sama gue bukannya malah ngomel!” ketus Kaivan.
“Ngeselin banget sih jadi orang! Dokter tuh harusnya...”
“Stop! Jangan banyak ngomong, gue sibuk!” tegas Kaivan memotong kata-kata Kiara.
Kaivan berniat untuk berbalik sebelum akhirnya Kiara kembali memanggilnya.
“Dok!” panggil Kiara.
“Apa lagi sih!?”
“Temenin saya di sini dong, masa iya sih aku di tinggal gitu aja, minimal ambilin saya minum gitu.” Ucap Kiara.
“Lo masih hidup, tangan sama kaki lo juga masih bisa di gunain kan? Jangan manja, ambil minum sendiri, noh galon juga deket jaraknya sama lo!” ketus Kaivan.
“Dokter bisa ga sih jangan galak-galak? Kalo marah-marah terus nanti dokter cepet tua!” ucap Kiara.
“Bodo amat, gue ga perduli!” ketus Kaivan.
Setelah mengatakan hal itu Kaivan tidak mau menunggu lebih lama lagi untuk mendengar ocehan Kiara, laki-laki itu langsung berjalan keluar dari ruang jaga.
Kaivan berjalan melewati koridor rumah sakit sambil memberikan tatapan sinis kepada orang-orang yang sejak tadi menatapnya.
“Apaan sih mereka!” gumam Kaivan yang merasa risih dengan tatapan orang-orang tersebut.
Yang tadinya berniat untuk menuju ruangannya, seketika mengubah haluannya, dan berjalan menuju kantin untuk membeli air mineral dan meneguknya sampai tersisa setengah botol.
Kedua mata Kaivan melirik ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari seseorang namun tidak kunjung di temukan.
Akhirnya, seorang Kaivan yang biasanya sangat irit bicara itu langsung menghampiri salah satu meja yang di sana ada beberapa perawat yang sedang menggosip. Tentu saja Kaivan dan Kiara lah yang menjadi bahan gosip saat itu.
Sebenarnya Kaivan mendengar apa yang di katakan oleh para perawat itu, hanya saja dia memilih untuk tidak ambil pusing saja dan lebih memilih untuk mengabaikan semuanya, lalu dia menyentuh pundak salah satu perawat yang ada di sana dengan wajah juteknya.
“Misi, saya mau minta tolong.” Ucap Kaivan yang membuat semua orang di meja itu menoleh ke asal suara.
Para perawat itu langsung terlonjak kaget, mereka takut kalau kepergok karena membicarakan Kaivan, mereka juga merasa bahagia karena sang cassanova rumah sakit menghampiri mereka.
Sambil tersenyum manis dan penuh percaya diri, perawat yang tadi di sentuh pundaknya pun segera berdiri dari tempat duduknya dengan tubuh yang bergetar.
“Iya dok?”
Kaivan menghembuskan napas kasar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain karena malas menatap lawan bicaranya. Lalu Kaivan mengulurkan tangan kanannya yang berisi botol air mineral.
“Tolong kasih ini ke Kiara, dia ada di ruang jaga sekarang.” Ucap Kaivan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut
2023-09-09
0
Umi Tum
perhatian juga ternyata Kai sama Kia 🙈🙈
2023-09-08
0