“What!? Aku satu ruangan sama dokter galak itu?! Nooo!!” teriak Kiara yang seketika lemas dan terduduk di kursi.
“Siapa yang dokter galak?” tanya seseorang dari belakang Kiara membuat wanita cantik itu terlonjak kaget.
Seketika Kiara semakin melotot bahkan mungkin matanya hampir keluar dari tempatnya, ia segera berdiri kembali dan menoleh ke arah pintu masuk.
“D-dokter Kaivan?!” ucap Kiara sambil menutup mulutnya sendiri.
Kaivan yang tadinya bersandar di depan pintu sambil melipat kedua tangan di depan dada, kini berjalan mendekati Kiara secara perlahan seperti sedang menyaksikan adegan slow motion di dalam pandangan Kiara.
“D-dokter mau ngapain?” tanya Kiara dengan gelagapan sambil kakinya ikut melangkah mundur setiap kali Kaivan melangkah maju.
***
Sampai akhirnya Kiara sudah tersudut di dinding ruangan sehingga dia tidak bisa mundur lagi, tubuhnya seketika kaku serta keringat yang mulai mengucur dari pelipisnya. Jantungnya saat ini juga mulai berdegup kencang tidak karuan.
Saat ini Kaivan sudah berdiri tepat di hadapan Kiara dengan jarak yang sangat dekat, mungkin hanya beberapa centi saja. Laki-laki itu saat ini sedang menajamkan mata kepada Kiara, lalu mendekatkan wajahnya secara perlahan sampai Kiara bisa merasakan hembusan napas Kaivan yang saat ini sedang menerpa wajahnya.
Melihat hal itu yang bisa di lakukan Kiara hanyalah memejamkan kedua matanya sambil melantunkan doa di dalam hati dengan harapan dirinya tidak akan terkena serangan jantung akibat ulah cowok galak di depannya itu.
Wajah Kaivan terus mendekat ke telinga Kiara lalu berbisik dengan lirih.
“Gue cuma mau bilang, lo jangan berani macam-macam sama gue, atau...”
“Atau? Atau apa?” tanya Kiara yang penasaran dengan ucapan Kaivan yang menggantung.
“Atau lo gue bunuh!” ketus Kaivan yang membuat Kiara melotot.
Setelah mendengar ucapan Kaivan yang menyeramkan itu membuat Kiara langsung mendorong tubuh Kaivan agar menjauh darinya.
“Kamu gila ya?! Ih serem banget sih!” ketus Kiara.
“Kalo menurut lo gue serem, yaudah silahkan keluar dari sini.” Ucap Kaivan.
“Tapi ini ruangan aku juga! Jangan seenaknya nyuruh orang keluar dong!” ketus Kiara yang tidak terima jika dia harus keluar dari ruangannya.
“Siapa juga mau satu ruangan sama cewek gila kayak lo!” ketus Kaivan.
“A-apa kamu bilang?!” ketus Kiara yang semakin kesal dengan kata-kata yang di lontarkan oleh Kaivan.
“Mending sekarang lo samperin atasan lo dan minta dia buat pindahin ruangan lo sekarang juga.” Tegas Kaivan.
“Dih, bilang aja sana sendiri! Atasan aku kan papa anda sendiri dokter Kaivan yang terhormat.” Ucap Kiara dengan tatapan tajam.
Kaivan semakin kesal karena Kiara terus membalas semua ucapannya tanpa rasa takut sedikitpun, laki-laki tampan itu pun menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan kedua matanya untuk menahan emosinya.
“Lo jangan banyak...”
“Kai, Kia, hai..” sapa seorang laki-laki paruh baya yang masuk ke dalam ruangan Kai dan Kia memotong perkataan Kaivan tadi.
“Papa?” gumam Kaivan.
Berbeda dengan Kaivan, Kiara malah tersenyum lalu menunduk untuk memberi salam kepada laki-laki itu.
“Dokter Hilbert.” Sapa Kiara.
“Gimana Kia? Kamu suka kerja di sini?” tanya Hilbert sambil tersenyum lembut.
Mendengar pertanyaan Hilbert membuat Kiara melirik sekilas ke arah Kaivan lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Hilbert.
“Iya dok, suka kok.” Balas Kiara dengan senyum manisnya.
“Tapi jawaban saya tadi gak serius gara-gara anak dokter yang galak itu!” batin Kiara.
Hilbert tersenyum lalu menganggukkan kepala.
“Bagus deh kalo gitu, saya seneng dengernya.” Ucap Hilbert.
“Sebenernya dia siapa sih pa? kok tiba-tiba dia dateng ke sini?” tanya Kaivan.
“Dia Kiara, anaknya om Gio temen deket papa. Kia awalnya kerja di rumah sakit cabang kita di Beijing, tapi karena om Gio kangen banget sama anaknya, jadi Kia pulang ke Indonesia, dan sekarang dia akan bekerja di sini.” Jelas Hilbert.
“Ya tapi kenapa harus di ruangan aku? Masih banyak ruangan lain di sini yang kos..” Kaivan ucapannya terhenti seketika karena Hilbert.
“Karena papa mau kalian menjadi lebih dekat lagi dan bisa berteman baik. Makanya papa satuin kalian jadi kalian harus akur dan jangan bertengkar ya?” ucap Hilbert.
“Dih? Mana bisa aku akur sama dokter galak ini!” lagi-lagi Kiara membatin di dalam hatinya.
“Kiara, kalau kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa bilang sama saya ya, nanti biar saya atur semuanya biar kamu juga nyaman kerja di sini, oke?” Ucap Hilbert.
“Iya dok, terimakasih banyak ya.” Balas Kiara sambil tersenyum manis dan mengangguk.
“Ya udah kalau begitu saya permisi dulu ya.” Ucap Hilbert berpamitan sambil memberikan senyuman sebagai sapaan terakhir sebelum akhirnya dia berjalan keluar dari ruangan Kai dan Kia.
Setelah Hilbert hilang dari pandangan, Kiara juga ikut berjalan ke arah pintu dan mau membuka pintu ruangannya namun belum sempat Kiara membuka pintu, Kaivan memanggilnya.
“Heh! Mau ke mana lo?” tanya Kaivan dengan nada ketus.
Kiara memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah Kaivan lalu memasang wajah meledek ke arah Kaivan.
“Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya? Kepo amat jadi orang!” ketus Kiara.
“Gue kan cuma nanya!” balas Kaivan.
Melihat ekspresi wajah Kaivan yang mulai kesal membuat Kiara semakin senang, dia langsung bersandar ke pintu yang tertutup itu sambil kedua tangannya di silangkan di depan dadanya.
“Kamu udah lama ya jadi manusia galak dok?” tanya Kiara dengan songong.
“Apa pentingnya pertanyaan lo itu?” tanya Kaivan.
“Ya kan aku cuma tanya, sewot banget.” Balas Kiara dengan nada yang ngegas.
“Udah galak, mesum lagi!” ejek Kiara dengan entengnya.
Kesal, marah, tentu saja itu yang di rasakan Kaivan saat ini, kedua tangan laki-laki itu mengepal sambil menahan emosi.
“Siapa yang lo bilang mesum?!” tnya Kaivan.
“Dokter lah!” Jawab Kiara dengan entengnya.
“Atas dasar apa kamu nuduh saya kayak gitu?!”
“Tadi dokter deketin muka dokter ke saya cuma buat ngomong hal yang enggak penting kan? Jangan-jangan ada alasan lain lagi!” Ucap Kiara.
“Heh, lo kalo ngomong di filter dulu! Jangan asal ngomo...” ucapan Kaivan terpotong lagi ketika pintu ruangannya terbuka secara tiba-tiba.
Kiara yang awalnya bersandar di pintu, kini malah terjepit di antara pintu dan dinding membuat Kaivan terkejut bukan main.
“Woy Kai! Ke kantin yuk, gue laper nih!” teriak seorang laki-laki bersnelli putih masuk ke dalam ruangan Kai dan Kia dengan senyuman cerah di wajahnya, sangat berbanding terbalik dengan ekspresi wajah Kaivan.
Arhan, adalah satu-satunya dokter di rumah sakit itu yang dengan beraninya mengakui kalau dirinya adalah sahabat sehidup sematinya Kaivan.
“Lo kenapa masuk ga ketuk pintu dulu sih?!” ucap Kaivan mengomeli Arhan.
“Lah biasanya juga kan gue ga pernah ketuk pintu Kai.” Balas Arhan.
Kaivan tidak mengatakan apa-apa lagi, dia langsung berdiri lalu berjalan ke arah Kiara yang masih terjepit di belakang pintu.
“Oh My GOD! Kok bisa ada orang?” ucap Arhan yang terkejut melihat Kiara yang ada di belakang pintu.
Sambil menghembuskan napas berat, Kaivan langsung menarik paksa Kiara membuat wanita bertubuh mungil itu langsung terjun bebas ke dalam pelukan Kaivan.
Tubuh Kiara langsung menegang karena dekapan itu, Kiara menelan salvilanya dengan susah payah, namun dia masih mematung di tempatnya.
“M-makasih!” ucap Kiara namun tubuhnya masih belum rela melepaskan pelukan ini.
Kalimat yang di keluarkan Kiara sangat terbata-bata akibat rasa gugupnya, kalau di pikir-pikir, dada bidang Kaivan yang bidang dan lebar itu cukup mengagumkan juga, Kiara Jadi salah tingkah sendiri saat merasakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Umi Tum
makin seru kak 🤗 lanjut 😍👍
2023-09-05
0
sella surya amanda
lanjut
2023-09-05
0