Keduanya berdiam di rooftop tanpa memperdulikan seheboh apa suasana di kantin sekarang. Pengakuan yang tidak masuk akal dari mulut Kaivan benar-benar sangat mengejutkan sampai membuat Arhan tiba-tiba ambruk dan berpura-pura memegangi dadanya lalu tak sadarkan diri dengan dramatis.
Begitulah Arhan, dia m~~~~emang seringkali berakting lebay tidak jelas, benar-benar tidak sesuai dengan wajahnya yang bisa di bilang tampan.
***
Sesampainya di rooftop, Kiara kembali menangis hingga membuat Kaivan kesal karenanya, padahal tadi tangis Kiara sudah berhenti.
“Udah lah ga usah nangis mulu! Lebay banget jadi cewek.” Ketus Kaivan yang membuat tangisan Kiara malah kembali menjadi.
“Hikss,, hikss,, kenapa sih dokter kejam banget? Ga bisa apa ngertiin perasaan cewek!? Aku kan lagi sedih, harusnya dokter kasih semangat kek, ngehibur kek, bukannya malah marah-marah!” protes Kiara.
Kaivan hanya diam tidak menggubris ucapan Kiara, dia hanya menghela napas panjang lalu mengalihkan pandangannya ke bawah melihat jalanan yang terlihat sangat ramai jika di lihat dari atas rooftop itu.
“Lo kenapa nangis-nangis kayak tadi? Lo kenal Dio? Emang ada apa sama dia? Lo pernah di apain sama dia?” tanya Kaivan yang pandangannya masih ke arah bawah.
Kiara yang awalnya sedikit tenang seketika kembali menangis saat mendengar pertanyaan dari Kaivan, namun karena takut di marahi lagi oleh Kaivan, akhirnya Kiara mencoba untuk menutup wajahnya agar suara tangisannya tidak bisa di dengar oleh Kaivan.
“Kenapa nangis lagi sih? Gue kan tanya, lo malah nangis lagi.” Ucap Kaivan sambil berbalik menatap tajam ke arah Kiara.
“Sedih tau.” Balas Kiara lalu berjalan menghampiri Kaivan yang saat ini sudah berbalik badan dan tiba-tiba memeluknya membuat Kaivan terkejut bukan main.
“Heh, apa-apaan sih lo!?” ketus Kaivan yang berusaha untuk mendorong kedua pundak Kiara berusaha untuk menjauhkan wanita itu.
Tapi bukannya lepas, Kiara semakin mengeratkan pelukannya dan parahnya lagi, wanita itu malah membenamkan wajahnya di dada bidang Kaivan.
“What the Fck!”* batin Kaivan di dalam hatinya saat merasakan wajah Kiara yang ada di dadanya.
“Lepas ga!?” tegas Kaivan.
“Engga mau! Cewek itu kalo lagi nangis harusnya di peluk gini, jadi aku pinjem badan dokter dulu sebentar.” Jelas Kiara tanpa merasa bersalah sedikit pun.
“Jangan manja jadi cewek! Nangis aja harus di peluk, kalau nangis ya harusnya cari hal yang bikin seneng, bukannya malah jadiin orang lain korban!” omel Kaivan.
Kiara menjauhkan tubuhnya perlahan dari tubuh Kaivan, lalu menghapus air matanya perlahan.
“Udah peluknya, sebentar doang kok, kenapa malah marah-marah?” ucapp Kiara.
“Lagian ngapain sih lo peluk-peluk orang sembarangan? Emangnya menurut lo gue ga risih apa di peluk begitu?!” tanya Kaivan.
Mendengar ucapan Kaivan membuat ekspresi wajah Kiara mendadak berubah, yang tadinya sedih seketika langsung tersenyum penuh arti.
“Engga deh kayaknya, dokter juga sebenernya suka kan di peluk? Kalau ga suka kenapa saya ga di dorong sampai jatuh kayak kemarin?” tanya Kiara dengan nada menggoda.
“Dih sok tau lo! Gue cuma ga mau aja telinga gue jadi budeg gara-gara denger tangisan lo yang bakalan makin kenceng kalo gue dorong!” ketus Kaivan.
“Ah masa sih? Alasan!” balas Kiara sambil terkekeh kecil.
“Dari pada lo jadiin saya korban lagi, mendingan lo ikut gue aja.” Ajak Kaivan tiba-tiba.
“Mau ke mana?” tanya Kiara sambil mengerutkan keningnya.
“Lakuin hal yang bikin kamu lupa sama kesedihan kamu.” Balas Kaivan.
“Wah, ternyata dokter galak ini bisa romantis juga ya? Mau kasih saya surprise ya?” ucap Kiara dengan ceria.
Kaivan yang mulai emosi itu kembali memutar tubuhnya ke arah Kiara sambil memberikan tatapan tajamnya.
“Jangan terlalu percaya diri! Udah banyak minusnya, jangan di tambah jadi cewek ke ge’eran.” Ketus Kaivan yang membuat Kiara memanyunkan bibirnya.
“Ga jadi ikut! Dokter galak, aku ga suka di marah-marahin.” Protes Kiara.
“Banyak protes lo!” ketus Kaban yang langsung menarik tangan Kiara begitu saja berjalan menuruni tangga rooftop lalu menaiki lift.
“Aku ga mau ikut!” teriak Kiara.
“Diem!” bentak Kaivan yang baru saja menutup pintu lift.
Kiara pun seketika diam saat mendengar bentakan dari Kaivan, kalau Kaivan sudah membentaknya Kiara sudah tidak berani lagi melawan.
Sebenarnya Kiara tidak ingin kalah berdebat, hanya saja dia takut kalau Kaivan kalap dan akan melemparnya dari rooftop rumah sakit, karena saat ini bisa saja Kaivan langsung kembali menekan tombol lift untuk kembali ke rooftop.
Seketika bayangan Kiara langsung bertraveling membayangkan bagaimana jika dirinya benar-benar di lempar dari lantai paling atas itu.
“Hih, serem..” batin Kiara.
“Dok.” Panggil Kiara di tengah-tengah keheningan di dalam lift.
“Apa?” ketus Kaivan sambil memberikan tatapan tajam seperti biasanya.
“Makasih ya.”
“Makasih buat apa?” tanya Kaivan sambil mengerutkan keningnya.
“Buat yang tadi.” Balas Kiara sambil menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu.
“Yang mana?”
“Yang tadi itu loh.”
“Kalo ngomong yang jelas biar orang ngerti!” ketus Kaivan.
“Maksudnya yang di kantin tadi.” Balas Kiara sambil memanyunkan bibirnya.
“Haaah, lupain aja deh! Ga jadi makasihnya, galak banget sih sama calon tunangan sendiri!” ketus Kiara yang membuat Kaivan mengerutkan keningnya menatap wajah Kiara.
“Apa lo bilang!? Calon tunangan?” ucap Kaivan.
“Iya!” tegas Kiara sambil mengangguk yakin.
“Sejak kapan kapan lo jadi calon tunangan gue!?” tanya Kaivan.
“Sejak dari kantin!”
“Kenapa lo bisa pede banget gitu!?”
“Siapa juga yang pede? Kan dokter sendiri yang ngaku di depan banyak orang kalau aku adalah calon tunangan dokter.”
“Itu kan hanya sementara, lagian siapa juga yang mau jadi calon tunangan cewek ribet kayak lo!” ketus Kaivan.
“Tapi kan semua orang udah denger semuanya!”
“Kan masih calon, bisa jadi kita tiba-tiba putus di tengah jalan dan itu adalah hal yang biasa.” Ucap Kaivan dengan santainya.
“Tau ah! Diem!” ketus Kiara.
Kaivan ingin membalas ucapan Kiara, namun tiba-tiba Kiara langsung menempelkan jari telunjuknya ke bibir Kaivan.
“Ssttt, jangan galak-galak kalo sama tunangannya.” Ucap Kiara sambil memamerkan gigi putihnya membuat Kaivan semakin kesal.
Tanpa rasa bersalah sama sekali, Kiara langsung berjalan begitu saja keluar dari lift saat lift tersebut terbuka. Kiara berjalan meninggalkan Kaivan yang masih mematung melihat kelakuan Kiara yang saat ini sedang berjalan sok anggun layaknya seorang model.
Emosi di dalam diri Kaivan semakin meluap-luap melihat tingkan Kiara yang menyebalkan itu, rasanya ingin benar-benar melempar Kiara dari rooftop.
Namun Kaivan berusaha untuk mengatur napasnya agar emosinya reda, dia langsung berjalan menyusul Kiara yang sudah berjalan mendahuluinya.
Seperti biasa, Kaivan kembali memasang wajah juteknya dan sesekali hanya mengangguk sedikit untuk membalas sapaan demi sapaan yang di lontarkan oleh para staff rumah sakit kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Umi Tum
kalau jadi satu selalu saja bertengkar 🤦🤦
2023-09-08
0