"Raya... Raya...bangun nak"
Belaian lembut di kepalaku membuatku terbangun. Perlahan ku buka mataku. Kepalaku masih terasa berat. Aku berusaha bangun dan mengerjapkan mataku beberapa kali, menguceknya untuk bisa melihat lebih jelas orang yang membangunkanku.
Sesosok wanita tua berumur mendekati 60 tahunan sedang berada di depanku, duduk di pinggir tempat tidur di sebelahku. Wanita itu ibuku, aku biasa memanggilnya ummik. Melihatnya memakai mukena serba putih membuatku bertanya.
"Jam berapa ini, ummik?"
"Sebentar lagi adzan maghrib, ayo sholat berjamaah dengan ummik"ajaknya dengan nada lembut penuh kasih sayang.
Aku mengangguk dan segera bangun walaupun sesungguhnya aku masih ingin tidur. Langkahku terseok-seok mengambil handuk dan masuk kamar mandi.
Dinginnya air mengguyur tubuhku seperti oase ditengah padang pasir, sangat menyejukkan dan inilah yang paling aku butuhkan saat ini.
Selepas mandi aku segera menyusul ummi ke ruang sholat, tempat ini seperti musholla kecil di dalam rumah. Melihatku datang ummik segera bersiap-siap menjadi imam yang makmumnya pastinya hanya aku seorang. Raqaat demi raqaat berjalan tenang dan khusuk hingga selesai tiga raqaat. Ummik menyelesaikannya dengan mengucap salam kanan dan kiri dan menutupnya dengan doa.
Rutinitas sehabis sholat aku biasanya mencium tangan ummik namun kali ini ketika ummik mengulurkan tangannya, aku malah termenung akan sesuatu dan mengingatnya entah kenapa. Saat-saat aku sholat berjamaah dengan Mahfudz, dan hampir saja meraih dan mencium tangan anak koas itu.
"Raya???"tegur ummik membuyarkan lamunanku.
"Haah??" Aku sempat bingung. "Oh, iya, ummik"
Aku meraih tangan yang mulai keriput itu dan menciumnya. Ummik mengelus kepalaku dengan sayang, dan responku adalah memeluk ummik dan menempel kepalaku di dadanya dengan manja.
"Raya..."panggil ummik.
"Ya, mik?!"sahutku tanpa berusaha melepaskan pelukanku dari ummik.
"Apa kerja di rumah sakit tidak terlalu melelahkan buatmu, nak?"
Ada nada prihatin pada pertanyaan ummik. Aku paham mungkin ummik kasihan melihatku yang kadang sering tidak pulang karena terlalu banyak tugas di rumah sakit. Hari ini saja aku baru bisa pulang sore, setelah berangkat ke rumah sakit kemarin sore. Lebih dari 24 jam waktu yang kadang kuhabiskan bekerj di rumah sakit. Selepas kerja seperti tadi, aku baru sampai rumah ketika adzan ashar. Sholat sebentar dan langsung ambruk tertidur sebelum akhirnya ummik membangunkan saat maghrib ini.
"Capek sih, mik.Tapi bagaimana lagi, namanya juga tuntutan kerja mik? Kalau Raya nggak kerja, bagaimana masa depan Raya nanti? Sayang juga donk, Raya sekolah tinggi-tinggi tapi ilmu kedokterannya ga dimanfaatkan buat kebaikan sesama"
Ummik tersenyum dan memperbaiki mukenaku, memasukkan beberapa helai rambut yang rupanya keluar dari dalam mukenaku.
"Kalau kamu mau, kamu tidak harus kerja di rumah sakit, Ray. Kalau cuma mau bikinkan kamu klinik atau mini hospital ummik masih punya uang tabungan, Nak! Pasti cukup buat menjamin masa depan kamu, sayang."
Satu yang selalu kukagumi dari ummik. Ummikku ini adalah seorang wanita yang bersahaja dan sederhana walaupun tidak ada orang lain yang tau kalau ummik adalah orang yang cukup kaya. Terbukti beliau mampu menyekolahkanku menjadi dokter bahkan hampir selesai mengambil pendidikan subspesialis yang pastinya memakan biaya yang tidaklah sedikit. Dan sekarang bahkan beliau katanya ingin membangun sebuah klinik dan mini hospital untukku. Ya Allah, berikan kebahagian dan keselamatan dunia akhirat untuk ummikku ya Allah, doaku dalam hati.
"Ummik,, ummik simpan aja uangnya ummik ya, mik!"kataku sambil melepaskan pelukanku. "Soal masa depan, ummik tidak usah khawatirkan Raya lagi, Raya sudah bisa mandiri kok, mik. Penghasilan Raya dari bekerja di rumah sakit pun alhamdulillah bisa mencukupi segala kebutuhan Raya bahkan ummik pun bisa Raya tanggung kebutuhannya. Sampai kapan ummik akan selalu menopang kehidupan Raya? Raya sudah sangat bersyukur sekali diberikan ibu yang seperti ummik. Raya dilahirkan, dibesarkan dengan penuh kasih sayang bahkan disekolahkan sampai lulus jadi dokter dan bahkan biaya pendidikan Raya sampai mengambil subspesialis pun masih ummik yang nanggung walaupun sebenarnya Raya sudah mampu membayar sendiri biaya pendidikan Raya, sekarang saatnya ummik memikirkan kebahagiaan ummik sendiri, dengan uang itu ummik bisa jalan-jalan kemana pun ummik mau, umroh atau naik haji lagi, mik!"
"Ummik sudah naik haji dua kali, sudah umroh beberapa kali, nak! Keseringan pun tidak akan baik kalau masih banyak orang susah di sekitar kita. Ummik mau membangunkan klinik untukmu, siapa tau bisa jadi amal jariyah juga untuk ummik, harta yang ummik punya tidak akan ummik bawa mati juga. Kita bs bangun klinik yang merakyat untuk kalangan menengah ke bawah, yang terjangkau untuk mereka yang ekonomi kurang mampu"
Aku benar-benar bangga sama ummik. Dia memang sosok wanita bijaksana yang kuteladani sampai saat ini.
"Iya, mik!Nanti Raya pikirkan lagi deh, kita sholat isya aja dulu."ajakku mengingatkan ummik kalau adzan isya sudah mulai berkumandang.
Usai melaksanakan sholat isya, aku dan ummik menuju dapur untuk makan malam. Ummik menyiapkan sayur bening gambas kesukaanku, beserta ikan dan tempe goreng dengan sambal kemangi sederhana. Aku makan dengan lahap. Makanan buatan ibu memang adalah makanan terlezat di dunia sekalipun yang di masak hanya makanan sederhana.
Selesai makan, aku membantu ummik membereskan piring untuk ku cuci.
"Raya.." panggil ummik.
"Ya, mik.."sahutku sambil mencuci piring di westafel.
"Di rumah sakit, kamu masih sering bertemu dia?"
"Dia siapa, mik?"tanyaku walaupun sebenarnya aku tahu siapa ya ummik maksud.
"Laki-laki itu..."ummik kedengaran tidak senang."Ummik tadi melihat kalian di berita."
"Ohh, Ali.."jawabku acuh."Itu cuma konferensi pers. Kebetulan kami satu tim dalam menangani perawatan anaknya pak Waridi, nggak ada apa-apa, mik, tenang aja, jangan bilang ummik takut aku jadi perebut suami orang ya"
"Ahh, nggak. Ummik mah yakin anak ummik anak baik- baik, soleha. Tapi ummik ga yakin sama laki-laki itu, siapa tau dia masih suka ganggu kamu, kalau ingat dulu dia sering kesini dan udah ummik anggap kayak anak sendiri, ummik jadi benci sama diri ummik sendiri "
Aku terdiam. Ummik pasti kecewa berat pada Ali. Dulu mereka bahkan pernah membahas pernikahanku dengan Ali, walaupun belum sempat temu keluarga. Dan ternyata Ali malah menggelar pernikahan dengan Tya. Teringat juga tadi saat Ali menarik tanganku dari kerumunan, entah mengapa aku merasa kalau laki-laki itu masih seperti punya perasaan padaku. Astaghfirullah, kok aku jadi suudzon sih, istighfarku dalam hati.
"Bukan jodoh Raya, mik..."kataku
"Benar. Kamu pasti akan berjodoh dengan orang lain yang lebih baik dari dia, ummik selalu berdoa untuk kamu."
"Aamiin, Raya juga selalu berdoa agar ummik selalu diberi kebahagiaan dunia akhirat, ummik"
\*\*\*\*
Hari ini aku off kerja. Bukan karena memang jadwalnya, tapi karena aku merasa sangat kelelahan dan khawatir kalau aku bakal tumbang kalau aku tetap nekad masuk kerja dengan pasien yang pastinya seabreg. Aku meminta Winda untuk mengatur jadwalku di poly ke hari esok. Pasien-pasien langganan pasti akan kecewa, tapi jika dihubungi dari awal, pasti mereka akan mengerti. Selebihnya aku meminta pada dokter residen obgyn untuk menggantikan tugasku di poly yang pastinya dia sambut dengan senang hati karena dengan kesempatan itu ia memiliki banyak pengalaman menangani pasien obgyn secara langsung.
Ummik dan aku hari ini punya jadwal masak memasak di rumah, rencananya ummik mau membuat kue mendut sebagai cemilan karena ummik tau aku nggak kemana-mana hari ini. Kue mendut adalah kue jajanan pasar yang terbuat dari tepung ketan dengan isian unti kelapa di dalamnya.
"Raya, kamu bisa ambil daun pisang di sebelah rumah? Ummik lagi bikinkan untinya ini, belum sempat ambil daun pisangnya."
"Bisa, ummik"jawabku."Sebentar ya"
Aku sedang membalas chat dari dr. Ali yang mengatakan kalau pasien Ayuni sudah sadarkan diri. Namun, belum bisa dimintai keterangan karena trauma.
[Aku lagi off, hari ini ada dr. Gayatri, nanti aku minta tolong dia buat menggantikan aku nangani kondisi janin Ayuni]
Aku mengirim pesan chat itu dan meletakkan hpku diatas meja dapur. Kemudian menghampiri ummik yang sedang asyik mengaduk unti kelapa untuk mencari pisau yang akan kugunakan memotong daun pisang.
Di sebelah rumah ada tanah kosong yang banyak tanaman pisangnya, tanah ini adalah tanah milik ummik juga.
Dengan sigap aku menebas pelepah daun pisang yang tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Aku sering melakukan ini, kadang daun pisang dipakai ummik untuk membuat pepes ikan atau membungkus jenis kue lain untuk dijadikan cemilan.
Selesai mengambil beberapa lembar daun pisang aku bergegas hendak balik ke rumah.
Aku melompati paret kecil di pinggir jalan saat sebuah mobil hitam, berhenti tepat di depanku. Kaca jendela mobil terbuka.
"Dr. Raya?"
"Iya" jawabku heran. Aku tidak mengenal siapa-siap yang ada di dalam mobil.
Pintu belakang mobil terbuka. Seorang laki-laki berjaket levis keluar.
"Bisa ikut kami?"
"A..anda siapa?"
Aku mulai khawatir saat seorang lagi dari mereka keluar dan mengitari mobil sehingga dia tepat berada di belakangku.
"Ka...kalian siapa? Mau apa kalian?"Aku mulai mengencangkan suaraku namun orang yang di belakangku membekap mulutku dan mereka memaksaku masuk ke dalam mobil. Aku berusaha teriak namun sia-sia. Meski aku boleh dibilang dekat dari rumah, namun percuma ummik tidak akan bisa mendengarku sebab ia sedang berada di dapur yang berada paling belakang rumah. Dan perumahan ini terlalu sepi di hari-hari dan jam kerja seperti ini karena kebanyakan penghuninya pasti sedang sibuk beraktivitas di tempat kerja dan usaha masing-masing.
Apa aku sedang diculik?Kenapa?Oleh siapa? Aku mau dibawa kemana?
Beribu tanya cuma terlintas di benakku seiring mobil menjauhi rumahku. Tak bisa kubayangkan betapa paniknya ummik nanti saat dia tak menemukanku di lahan kosong dan melihat daun pisang yang jatuh bertebaran di pinggir jalan.
Ummik, tolong Raya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Ana Krinyol
pak waridi...
2021-08-30
0
Vera😘uziezi❤️💋
Kak tegang beneran baca dan ikuti alur nya
2021-03-22
1
Erni Julia Ernita
aku suka ceritanya
2021-01-22
0