Pedofilia

Dengan santai aku mengendarai motor matic kesayanganku. Sesekali aku melihat bayangan wajahku yang memakai jilbab warna biru muda di kaca spion. Banyak yang bilang wajahku tergolong baby face di usiaku yang 30 tahun ini. Wajah baby face itu pun dikarunia cacat yang indah, yakni sebuah lesung pipi di sebelah kiri. Aku tersenyum memamerkan senyum manisku pada diri sendiri. Masa iya, secantik ini ga ada yang mau lagi sama aku meski umurku 35 tahun nanti? Yah, benar sih kata Ummik perempuan itu cepat menua. Apalagi bagi perempuan yang akan melahirkan di usia 40 tahun ke atas, akan sangat beresiko. Tapi kan sekarang jaman sudah modern. Bukan hal yang aneh kalau kaum wanita lebih memikirkan karir dulu daripada pernikahan. Lagi pula aku yakin, sebelum usiaku 40 tahun aku sudah menemukan jodohku. Mungkin di usia 33 tahun, batinku.

Tujuanku saat ini adalah ingin mampir di sebuah toko di salah satu pusat perbelanjaan. Ingin membeli sekotak coklat kesukaanku, lalu kemudian menuju kolam renang tempat aku biasa berenang di tiap kali aku punya waktu senggang. Berenang memang adalah hobby sehatku. Selain sehat juga membuat fresh tubuh lahir dan batin.

Masuk ke area mall aku memarkirkan motor kesayanganku. Sempat bercermin di pintu kaca dan tersenyum sambil memuji diri sendiri dalam hati. Perfect! batinku. Celana panjang warna navy, baju kaos lengan panjang warna putih, serta dipadukan dengan jilbab warna biru muda dan tidak lupa sepatu kets warna putih yang menurutku sangat mendukung penampilanku untuk menikmati me time ku hari ini.

Usai mendapat coklat yang kumau segera aku meninggalkan tempat itu. Namun, ketika aku hendak keluar dari pintu keluar mall tiba-tiba aku melihat adegan menarik yang membuat jiwa kejombloanku semakin bergelora.

Dari dalam mall seorang gadis berusia sekitar 12 tahunan sedang berlari dikejar oleh seorang pria yang menurutku perbedaan usia mereka berjarak sepuluh tahunan. Gadis yang beranjak remaja itu terlihat cantik meski sedang menangis. Rambutnya yang pendek sebahu membuat ia terlihat semakin manis bak boneka. Lelaki yang mengejarnya itu kemudian menangkap tangannya dan menarik gadis kecil itu kepelukannya tanpa berkata apa-apa. Setelah gadis itu agak tenang, sang pria mengeluarkan sesuatu dari tas sandangnya. Dia mengeluarkan sebuah buku dan spidol. Terlihat jelas dia menulis sesuatu dan memperlihatkannya pada gadis kecil itu.

[I'm really sorry, Nadya!]

Gadis kecil bernama Nadya itu sesenggukan. Kemudian lelaki itu membalik lagi halaman kosong pada buku itu dan menulis lagi.

[Aku tidak tahu akan begini]

Lalu ia kembali menulis lagi.

[Tapi satu yang harus kamu tau]

[I love you]

[Really love you]

[Always love you]

Gadis itu tambah terharu dan memeluk lelaki itu.

Oh, my God!!! Apakah mereka berpacaran?batinku. Anak sekecil itu sudah pacaran? Kemana orang tua anak itu, gerutuku dalam hati, tapi tanpa berusaha menegur pasangan kekasih beda usia itu, karena itu memang bukan urusanku.

Sadar diperhatikan olehku anak itu melepas pelukannya dan melihat ke arahku. Pria itu menoleh ke arahku juga. Tak ingin dianggap sebagai orang yang kepo urusan orang lain aku bergegas ngacir ke parkiran dan langsung tancap gas menjemput sahabatku dulu sebelum ke kolam renang umum tempat kami akan berenang.

\*\*\*\*

Siti Hawa sahabatku dari sejak masa kuliah menyambutku dengan hangat. Aku menjemputnya di rumah sakit tempat ia bekerja sekaligus juga rumah sakit milik mertuanya itu. Di rumah sakit itulah dulunya Hawa koas dan akhirnya saling jatuh cinta dengan dokter senior yang kebetulan juga adalah anak dari pemilik Rumah Sakit Medika Rahayu. Sungguh sahabatku yang sangat beruntung.

"Rayaaaa!!!" pekiknya girang. Namun segera ia tutup mulutnya sadar banyak orang memperhatikan.

"Iya, Bu Boss!" jawabku. "Supir siap mengantar Bu Boss mau kemana pun hari ini."

"Apa sih kamu, ihh." Hawa mencubit kecil pinggangku pertanda ia tak mau dipanggil Ibu Boss.

"Habis kamu .... Susah banget ngatur waktu buat bisa have fun bareng kayak dulu, berenang kek, jalan kek, apa kek,mentang-mentang udah jadi Bu Boss sekarang lupa deh sama sahabat sendiri," cibirku.

"Maaf, maaf.... Kamu kan tau, selain ngurusin kerjaan di rumah sakit aku juga harus ngurusin Yusuf dan mas Ibrahim, Ray. Nasib jadi ibu rumah tangga sekaligus jadi pekerja ya begini Ray,hidup sudah kaya sapi pekerja, kerja lembur bagai kuda," selorohnya. "Makanya buruan nikah biar kamu juga bisa ngerasain."

"Nah, mulai, mulai deh! Kamu sama deh kayak Ummik. Yang dibahas apa jawabnya apa. Pasti ngerembet ke masalah pembahasan jodoh. Jadi sebal aku."

"Ihh, Ummik loh nggak salah, Ray. Wajar donk, Ummik pengen momong cucu yang kiyut kiyut gemesin dari kamu. Anaknya Ummik kan cuma kamu doank. Kalau kamu kerja Ummik kesepian tau di rumah. Kalau ada cucu kan rame, Ray."

"Aihhh .... Gampang mah kalau itu. Nanti aku culik Yusuf dari rumahmu buat temani Ummik, atau sekalian aja aku nungguin Yusuf gede aja, Wa?! Siapa tau Yusuf adalah menantu yang selama ini dinantikan Ummik buatku," selorohku ringan.

"Garing ahh, becandamu nggak lucu tau. Ogah aku punya mantu kayak kamu. Kepala batu!!!"

"Aku ini bisa jadi mantu yang baik, Mami," ledekku.

Hawa menjulurkan lidahnya menandakan ekspresi tak sudi dan masih sambil membawa mobil yang langsung kusambut dengan gelak tawa. Yusuf adalah anak dari pernikahannya dengan Mas Ibrahim.

"Ya, mungkin aja donk Mami Hawa, kalau aku berjodoh dengan Yusuf. Apa sih yang nggak mungkin di dunia ini. Kalau semisalnya namaku dan nama Yusuf yang tertera di Lauhul Mahfudz, kamu mau apa, hayooo??? Buktinya kata orang, jodohnya Adam itu adalah Hawa. Kok kamu malah berjodoh sama Ibrahim? Nah, Siti Hajar kemana sampai kamu menikung Ibrahim???Hahahaha..." gelakku. "Udah gitu anaknya Yusuf lagi."

"Nggak! Ogah punya menantu kayak kamu!Slenge'an!" celanya.

Kami masih saling ejek mengejek ketika mobil yang kami kendarai memasuki jl. Danau Toba. Di situ sedang ada demonstrasi mahasiswa yang memakai jas almamater berwarna biru tua tepat di depan kantor DPRD. Salah seorang mahasiswa yang jadi leader memegang pengeras suara dan menyampaikan aspirasi mereka. Sepertinya kalau disimak para mahasiswa itu keberatan akan seorang terduga koruptor yang belum ditahan dan juga masih aktif bekerja. Mereka menuntut agar pejabat terduga koruptor itu dinonaktifkan dalam bertugas dan dihukum setimpal dengan perbuatannya.

Aku melihat ke arah orator yang sedang memimpin aksi unjuk rasa itu. Dia kan .... Keningku langsung mengernyit heran.

"Itu kan .... Wah, wah .... Nggak benar ini. Dia sok mau jadi orator memimpin demonstrasi kayak udah benar aja hidupnya, ihh!" kataku sinis.

"Siapa sih?" Hawa penasaran melihat ke arah aku melihat, sambil tetap membawa mobil perlahan. "Kamu kenal?" tanyanya.

"Itu loh, aku tadi melihat dia di mall pas aku beli coklat. Dia kayaknya pedofil deh, Wa!" jawabku masih terus melihati orang itu dengan seksama.

"Haaa??? Masa sih?pedofilia gimana? Kamu tau dari mana?" Hawa serius bertanya.

"Aku melihat sendiri, Wa! Dia pacaran dengan lolli. Mesra pake pelukan ungkapan cinta ditulis di buku gitu selembar demi selembar, Wa! I,m sorry, i love you, really love you, always love you, gitu, Wa! Di depan mall, nggak tau malu kan!" geramku.

"Wait, wait... maksudmu, lolli itu anak kecil? Serius kamu, Ray?" Hawa masih tak percaya.

"Iya .... Serius! Beneran, aku nggak bohong, Wa! Anak itu yang jadi pacarnya paling masih seumuran 11 atau 12 tahun gitu, ngeri banget kan pedofilia jaman sekarang. Merajalela, kasihan anak itu. Entah kemana orang tuanya, mungkin dia kurang kasih sayang."

Hawa terlihat bergidik mendengar ceritaku. Mungkin karna ia punya anak balita juga. Yusuf masih berusia kurang lebih 6 tahun. Memang dia anak laki-laki. Tapi predator seksual jaman sekarang tidak mengenal gender.Mau perempuan atau lelaki bisa jadi target mereka. Wajar Hawa khawatir mendengar ceritaku.

Terpopuler

Comments

Yeol

Yeol

mantul

2022-07-28

0

Yeol

Yeol

up

2022-07-28

0

re

re

Waduh fedofill

2021-07-26

0

lihat semua
Episodes
1 Namaku ....
2 Pedofilia
3 Kolam Renang
4 Koas
5 Imam
6 Poliklinik
7 Persalinan VBAC
8 Dokter juga Manusia
9 Koas selalu salah
10 Rini
11 Bunuh Diri atau Pembunuhan?
12 Ayuni dan Rini
13 Rapat Tim Dokter
14 Konferensi Pers
15 Diculik
16 Wakil Walikota Waridi
17 Drone
18 Akbar
19 Fuad
20 Dijebak
21 Alibi
22 Menikah?
23 Permintaan
24 VVIP Bougenville
25 Kau melamarku?
26 Kabar Duka
27 Kecewa
28 Isyarat
29 Calon Menantu
30 Aku cinta kamu, Bu dokter!
31 Ummik kepengen Cucu
32 Pemeriksaan Dalam
33 Surgical Scrubbing
34 Alasan Ali meninggalkanku
35 Pertemuan Dua Keluarga
36 Kunjungan Hawa dan Mas Ibrahim
37 Ujian Stase Obgyn
38 Stase Ilmu Penyakit Dalam
39 Sabar, sabar dan sabar
40 Tuan Gogo
41 Sayang? Itu bullshit!
42 Sok Ganteng!
43 Siasat dr. Ali
44 Bukan baju putih pengantin
45 First Kiss
46 Latihan tipis- tipis
47 Bukan Malam Pertama
48 Teror
49 Rini yang mana?
50 Sayang!
51 Tak Akan Menolakmu Lagi
52 Harapan itu do'a
53 Garis satu atau dua?
54 Departemen Penyakit Dalam
55 Nginap di rumah Mamer
56 Oedipus Complex
57 Raya Hamil?
58 Tiwi
59 Ngidam Kecap
60 Provokasi
61 Panggil Aku Ayah!
62 Membawa Lari Ayuni
63 Teror lagi
64 Masa Lalu Bersama Ali
65 Sectio Cesario (SC)
66 Pembuktian Cinta
67 Kantor Polisi
68 Memberi Bantuan
69 Mencari Jalan untuk Kabur
70 Kau jijik padaku?
71 Cinta Pandangan Pertama
72 Memanjakanmu
73 Bumil Cemburu
74 Masa Lalu Waridi
75 Cinta yang Buta dan Tak Berlogika
76 Membujuk Mama
77 Kau selingkuh di belakangku?
78 Arini Veronica
79 Vidio
80 Bukan Vidio Editan
81 i'm not sorry
82 Panggil namaku
83 Resign
84 Anton
85 Still Birth
86 Kembar Imitasi
87 Papa Mertua
88 Ayuni hamil lagi?
89 Kau menipuku!
90 Pemasangan IUD
91 RSIA Satya Medika
92 Kiss Mark
93 Dokter Kepala
94 Lagi, Dua Garis Merah
95 Bagaimana Bisa?
96 Abortus?
97 Maafin bunda, Ayah
98 Mencuri benih?
99 Sensitif
100 Kita Seri
101 MRI
102 Nirmala
103 Pinalty
104 Cervical cerclage
105 Kembalinya Akbar
106 Pindah ke Rumah Mertua
107 Kolaborasi Fuad dan Akbar
108 Intimidasi Waridi
109 Menjalankan Misi
110 Tawaran Jadi Host
111 Dr. Kim Areum
112 Dr. Handsome
113 Persiapan Pemilu
114 Willy
115 Nadya Menghilang
116 Debu
117 Abidzar
118 Mengungkapkan
119 Pernah Punya Anak Perempuan
120 Akhir yang Indah (The End season 1)
121 S2 Apendisitis Akut
122 Tindakan Apendektomy
123 Peritonitis
124 Percakapan dengan Pak Prabu
125 Kebimbangan Mahfudz
126 Perdebatan
127 Menemui Orang Tua Pasien
128 Berhasil Membujuk
129 Merasa Diawasi
130 Geovani
131 Curhat
132 Oby
133 Bertemu Geovani
134 Masalah Hawa
135 Gosip
136 Wartawan
137 Ali
138 Kisah Ibunya Afri
139 Kecurigaan Raya
140 Ketidakpahaman
141 Gubernur Arifin
142 Keluarga Kecilku
143 Laila Minta Adik
144 Pembicaraan Sebelum Tidur
145 Geser atau Lepas?
146 Kehamilan Ektopik
147 Tuba falofi
148 Mencoba Mempertahankan
149 Di Luar Dugaan
150 Sebuah Pilihan
151 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 151 Episodes

1
Namaku ....
2
Pedofilia
3
Kolam Renang
4
Koas
5
Imam
6
Poliklinik
7
Persalinan VBAC
8
Dokter juga Manusia
9
Koas selalu salah
10
Rini
11
Bunuh Diri atau Pembunuhan?
12
Ayuni dan Rini
13
Rapat Tim Dokter
14
Konferensi Pers
15
Diculik
16
Wakil Walikota Waridi
17
Drone
18
Akbar
19
Fuad
20
Dijebak
21
Alibi
22
Menikah?
23
Permintaan
24
VVIP Bougenville
25
Kau melamarku?
26
Kabar Duka
27
Kecewa
28
Isyarat
29
Calon Menantu
30
Aku cinta kamu, Bu dokter!
31
Ummik kepengen Cucu
32
Pemeriksaan Dalam
33
Surgical Scrubbing
34
Alasan Ali meninggalkanku
35
Pertemuan Dua Keluarga
36
Kunjungan Hawa dan Mas Ibrahim
37
Ujian Stase Obgyn
38
Stase Ilmu Penyakit Dalam
39
Sabar, sabar dan sabar
40
Tuan Gogo
41
Sayang? Itu bullshit!
42
Sok Ganteng!
43
Siasat dr. Ali
44
Bukan baju putih pengantin
45
First Kiss
46
Latihan tipis- tipis
47
Bukan Malam Pertama
48
Teror
49
Rini yang mana?
50
Sayang!
51
Tak Akan Menolakmu Lagi
52
Harapan itu do'a
53
Garis satu atau dua?
54
Departemen Penyakit Dalam
55
Nginap di rumah Mamer
56
Oedipus Complex
57
Raya Hamil?
58
Tiwi
59
Ngidam Kecap
60
Provokasi
61
Panggil Aku Ayah!
62
Membawa Lari Ayuni
63
Teror lagi
64
Masa Lalu Bersama Ali
65
Sectio Cesario (SC)
66
Pembuktian Cinta
67
Kantor Polisi
68
Memberi Bantuan
69
Mencari Jalan untuk Kabur
70
Kau jijik padaku?
71
Cinta Pandangan Pertama
72
Memanjakanmu
73
Bumil Cemburu
74
Masa Lalu Waridi
75
Cinta yang Buta dan Tak Berlogika
76
Membujuk Mama
77
Kau selingkuh di belakangku?
78
Arini Veronica
79
Vidio
80
Bukan Vidio Editan
81
i'm not sorry
82
Panggil namaku
83
Resign
84
Anton
85
Still Birth
86
Kembar Imitasi
87
Papa Mertua
88
Ayuni hamil lagi?
89
Kau menipuku!
90
Pemasangan IUD
91
RSIA Satya Medika
92
Kiss Mark
93
Dokter Kepala
94
Lagi, Dua Garis Merah
95
Bagaimana Bisa?
96
Abortus?
97
Maafin bunda, Ayah
98
Mencuri benih?
99
Sensitif
100
Kita Seri
101
MRI
102
Nirmala
103
Pinalty
104
Cervical cerclage
105
Kembalinya Akbar
106
Pindah ke Rumah Mertua
107
Kolaborasi Fuad dan Akbar
108
Intimidasi Waridi
109
Menjalankan Misi
110
Tawaran Jadi Host
111
Dr. Kim Areum
112
Dr. Handsome
113
Persiapan Pemilu
114
Willy
115
Nadya Menghilang
116
Debu
117
Abidzar
118
Mengungkapkan
119
Pernah Punya Anak Perempuan
120
Akhir yang Indah (The End season 1)
121
S2 Apendisitis Akut
122
Tindakan Apendektomy
123
Peritonitis
124
Percakapan dengan Pak Prabu
125
Kebimbangan Mahfudz
126
Perdebatan
127
Menemui Orang Tua Pasien
128
Berhasil Membujuk
129
Merasa Diawasi
130
Geovani
131
Curhat
132
Oby
133
Bertemu Geovani
134
Masalah Hawa
135
Gosip
136
Wartawan
137
Ali
138
Kisah Ibunya Afri
139
Kecurigaan Raya
140
Ketidakpahaman
141
Gubernur Arifin
142
Keluarga Kecilku
143
Laila Minta Adik
144
Pembicaraan Sebelum Tidur
145
Geser atau Lepas?
146
Kehamilan Ektopik
147
Tuba falofi
148
Mencoba Mempertahankan
149
Di Luar Dugaan
150
Sebuah Pilihan
151
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!