Pov dr. Raya
"Assalamualaikum, selamat pagi ibu, gimana kabarnya pagi ini?" sapaku pada seorang ibu di bangsal.
"Ehmm, baik, Dok!"
"Gimana? Udah bisa duduk?" tanyaku.
"Belum, Dok .... Sakit banget, Dok!Jangankan mau belajar duduk, buat miring kanan miring kiri aja rasanya mau patah pinggangku, Bu Dokter!"
"Memang seperti itu kalau habis secar, Bu! Tapi Ibu memang harus kuat-kuatin belajar duduk. Semakin banyak gerak, luka SC nya akan semakin cepat pulih. Nggak apa-apa pelan-pelan aja belajarnya. Bapak juga, bantuin Ibunya belajar miring, kalau ibunya mau duduk, bapak miringin bednya aja, atau kasih penyangga bantal di belakang punggungnya" kataku pada suami si Ibu.
Suami sang Ibu mengangguk. Lepas itu rombongan kami beralih ke pasien sebelahnya.
"Hallo, assalamualaikum Ibu, kabar hari ini gimana? Sehat?" sapaku.
"Waalaikumsalam, Dok"
"Ada keluhan apa hari ini?" tanyaku karena sepertinya Ibu ini terlihat segar bugar.
"Ini, Dok! Asiku nggak lancar, Dok! Kalau aku kasih susu formula ke bayinya gimana, Dok! Kasihan, Dok, dia nangis-nangis terus semalaman, dia pasti kelaparan!"
"Ibu, kalau ASI nggak langsung keluar itu hal yang normal kok, bayinya jangan dikasih sufor dulu ya. Saat bayi lahir mereka masih punya cadangan makanan di lambungnya jadi selama 2 atau 3 hari nggak apa-apa kalau produksi asinya masih sedikit- sedikit, tetap stimulasi, diberikan terus, terus dan terus, nanti banyak sendiri, kok! Yang penting jangan stress, untuk lebih jelasnya lagi nanti ibu bisa tanya atau konsul ke spesialis laktasi, kalau untuk bayinya bisa tanya-tanya ke Dsa nanti bakal ada dokter anak yang berkunjung kesini, kok!" jelasku.
"Hallo, Ibu. Hari ini udah bisa pulang ya?" sapaku pada pasien kuret.
"Iya, Dok!" jawabnya lesu.
"Nggak apa-apa, Bu. Yang sabar ya, Ibu masih muda, kok. Nanti pasti akan segera diberikan kesempatan lagi untuk dapat gantinya sama Allah, ya Bu!" hiburku.
"Dok, nanti kalau saya udah sehat, saya mau promil sama dokter aja, Dok! Dokter Raya kan hebat, sepupu sama temanku promil sama dokter berhasil cepat banget hamilnya," katanya.
"Waduuh, Bu! Saya juga cuma manusia biasa. Berhasil atau tidak promilnya itu bukan karena saya hebat, tapi karna Allah juga yang memberi, saya tanpa campur tangan dari Allah nggak akan bisa melakukan apa-apa dengan semua itu," kataku menolak pujiannya.
"Ahh, Dokter merendah sekali," katanya.
Dan aku cuma tersenyum.
Ringtone dari hpku tiba-tiba saja berbunyi. Ada panggilan masuk dari dr. Ali.
"Dr. Raya, kamu ke aula rumah sakit sekarang, ya .... Kita harus segera melaksanakan konferensi pers dengan para awak media, sekarang mereka pada ngumpul di aula," katanya .
"Oh, iya sebentar lagi aku kesana," jawabku.
\*\*\*\*
Aku dan dr. Ali beserta beberapa bapak polisi bersama-sama masuk ke aula rumah sakit Siaga Medika. Puluhan cahaya blits kamera mengarah ke arah kami, membuatku merasa silau. Wartawan dan reporter media lokal dan nasional banyak yang hadir hari ini. Ya .... hari ini aula rumah sakit Siaga Medika terbuka untuk kalangan awak media yang ingin tahu kondisi terkini pasien Ayuni.
"Assalamualaikum wrwb, pada hari ini kita berkumpul di aula rumah sakit Siaga Medika dalam rangka konferensi pers untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan teman- teman wartawan serta awak media perihal pasien atas nama Ayuni yang kini tengah dirawat di rumah sakit Siaga Medika. Jadi tidak berlama-lama silahkan buat para teman-teman awak media baik media cetak atau elektronik jika ada yang ingin ditanyakan kami persilahkan, namun tetap dengan cara yang tertib dan kondusif. Kalau begitu untuk mempersingkat waktu, mari kita mulai agenda kita kali ini, bismillahirrohmanirrohim," dr. Ali memulai konferensi persnya.
"Dok!!! Dok!!! Pak!!! Pak!!! Tolong jawab pertanyaan kami?Benarkah .... Bla .... Bla .... Bla ...."
Kebisingan seketika terjadi meskipun dr. Ali sudah menghimbau agar tenang dan kondusif.
"Tenang, tenang .... Kita tidak akan bisa mulai kalau situasinya belum bisa kondusif ya, Teman-teman! Bertanyalah satu-satu, nanti InsyaAllah kami dan bapak-bapak dari kepolisian akan menjawabnya."
Dr. Ali menunggu sampai tenang, dan ketika suasana mulai kondusif dan yang kedengaran hanya bunyi jepretan kamera, barulah konferensi persnya bisa dimulai.
"Jadi dari siapa dulu?" tanyanya.
Para wartawan itu mengangkat tangannya.
"Apa benar Ayuni anak angkatnya Bapak Wakil Walikota Waridi dirawat karena telah melakukan usaha percobaan bunuh diri?"
Dr. Ali menjawab, "Adalah benar pasien atas nama Ayuni masuk rumah sakit Siaga Medika karena kasus keracunan insektisida berupa obat serangga dalam jumlah banyak, namun apakah itu merupakan kasus percobaan bunuh diri atau hal lainnya itu masih dalam penyelidikan dan pengembangan pihak kepolisian."
"Tapi menurut info yang saya terima katanya ini adalah kasus percobaan pembunuhan, yang mana yang benar, Pak?!"
Kali ini giliran bapak dari kepolisian yang menjawab "Menurut laporan yang diterima kepolisian pagi ini dari rumah sakit Siaga Medika yang kebetulan diwakili oleh saudara dr. Ali Sudiro sebagai pelapor, kasus yang diterima perihal saudari Ayuni sebagai pasien di rumah sakit Medika, yang tertera di berkas laporan adalah kasus pelaporan percobaan pembunuhan."
Seketika ruangan yang tadinya tenang kembali berisik oleh wartawan yang ingin mengorek informasi lebih banyak. Ali kemudian memberi isyarat agar tenang kembali.
"Siapa pelakunya, Pak? Apa sudah ada terduga pelakunya?"
"Saat ini kita sudah mengantongi beberapa nama ya, namun sementara kita rahasiakan dulu demi lancarnya penyelidikan!" jawab pak polisi.
"Pak!! Pak Dokter!! Darimana bapak bisa menyimpulkan kalau kasus ini adalah percobaan pembunuhan?? Bukankah Ayuni hanya mengalami keracunan insektisida??"
Dr. Ali memandangku, seakan ingin menanyakan apakah bagian ini aku saja yang menjawabnya atau dia. Aku memberi isyarat agar dia saja yang melanjutkan menjawab pertanyaan dari wartawan.
"Awalnya yang punya kecurigaan bahwa ini kasus pembunuhan adalah dokter obgyn kami. Dr. Raya Sp.OG. Dia mengungkapkan kecurigaannya bahwa pasien adalah mungkin saja adalah korban dari percobaan pembunuhan, namun awalnya saya tidak percaya, sehingga tadi subuh ada satu kejadian atau insiden yang mau tidak mau terpaksa harus mempercayai asumsi dr. Raya," katanya sambil menatapku.
"Kejadian apa itu, Dok?"tanya wartawan lain lagi.
"Pasien atas nama Ayuni mengalami pneumonia aspirasi, di mana paru-parunya dimasuki oleh cairan dan sebuah tablet obat, padahal pasien sendiri belum sadarkan diri dan tidak memungkinkan memakan dan meminum sesuatu secara oral."
"Kalau boleh tau obat apa itu, dok? Apa mereknya?"
"Kalau untuk merek kita tidak bisa memberitahu karena ini adalah merek dagang dan tidak etis rasanya memberitahu mereknya ke publik karena ini hanya bentuk penyalahgunaan obat, yang jelas obat ini adalah yang biasa digunakan untuk penderita tukak lambung dan sangat berbahaya dikonsumsi oleh wanita hamil karena bisa mengakibatkan keguguran janin."
"Pertanyaan untuk dr. Raya" kata wartawan lain yang membuatku spontan melihat ke arahnya. "Mengapa anda bisa berasumsi kalau saudari Ayuni merupakan korban percobaan pembunuhan?"
"Oh, itu .... Itu karena saya melihat ada tanda-tanda kekerasan di tubuh pasien walaupun samar, namun saya bisa melihat ada bekas tamparan di pipinya, cengkraman tangan di lengan dan bahkan bajunya robek serta ada juga bekas merah di pergelangan tangannya seperti bekas ikatan, sehingga saya langsung berinisiatif memeriksa pasien lebih dalam ke organ intimnya, dan dari situ saya menemukan fakta-fakta mengejutkan bahwa pasien atas nama saudari Ayuni telah mendapatkan kekerasan seksual, dan itu saya perkirakan masih baru ya luka-lukanya. Mungkin tidak lama sebelum dia dilarikan ke rumah sakit ini. Dan menilik pemberian obat tukak lambung oleh pelaku, saya rasa tujuan pelaku adalah untuk menggugurkan kandungan pasien" jelasku.
Dr. Ali melotot ke arahku kurang setuju karena aku menambahi asumsiku lagi pada pernyataan terakhirku.
"Tapi yang terakhir, itu murni hanya pemikiran pribadi saya, tidak ada bermaksud untuk mendahului bapak-bapak dari kepolisian, kok!" kataku sambil membalas pelototan Ali.
"Berarti dari pernyataan dr. Raya barusan bisa saya simpulkan saudari Ayuni sedang hamil, betul?"
"Iya benar, pasien sedang mengandung usia kehamilan 8 week," jawabku.
"Kalau benar praduga dr. Raya, apakah suami dari saudari Ayuni bisa saja menjadi salah seorang tersangka yang namanya sudah dipegang kepolisian?"
"Waduuh, saya nggak bermaksud ngomong gitu, Pak!"bantahku.
Wartawan ini makin ngawur, pikirku.
"Lalu, kalau tidak benar begitu, apakah bisa saja ada kemungkinan saudari Ayuni punya affair dengan pria lain di belakang suaminya sehingga dia bisa saja hamil, dan melakukan kekerasan dan percobaan pembunuhan pada saudari Ayuni?"
Pertanyaan wartawan satu ini makin gila dan liar. Aku merasa bersalah sekarang karena terlalu banyak bicara, lain kali aku tidak akan mau diajak konferensi pers dengan wartawan seperti ini, kapok aku, keluhku dalam hati.
"Maaf kalau masalah itu adalah di luar kewenangan kami sebagai tenaga medis untuk berkomentar hal yang menyangkut kehidupan pribadi pasien," jawab dr. Ali menyelamatkanku dari pertanyaan wartawan itu.
"Tapi bagaimana dengan keluarga saudari Ayuni, suami dan orang tuanya yaitu bapak wakil walikota beserta istrinya, bagaimana tanggapan mereka tentang kasus yang menimpa saudari Ayuni?"
"Sampai saat ini, suami dari saudari Ayuni belum sekalipun datang ke rumah sakit untuk mendampingi atau sekedar untuk mengunjungi, begitu pun keluarganya yang lain. Sejauh ini yang berurusan dengan administrasi rumah sakit hanya asisten bapak Waridi karena bapak Waridi sendiri dan istri sedang berada di luar kota saat ini"jawab Ali sudah mulai jengah dengan pertanyaan wartawan.
"Lalu, siapa yang membawa saudari Ayuni ke rumah sakit"
"Sopir dan asisten rumah tangganya, dan saat ini pun mereka sedang dimintai keterangan sebagai saksi di kantor polisi, saya rasa cukup sekian dulu konferensi pers hari ini, kurang lebihnya kami dari perwakilan rumah sakit Siaga Medika mengucapkan terima kasih atas kehadirannya, wassalamualaikum wrwb," jawab dr. Ali sekaligus menutup acara konferensi pers hari ini.
"Dok, satu pertanyaan lagi, dok! Dokter, dr. Ali .... dr. Raya!!!"
Para wartawan dan awak media itu mengejar kami yang mulai beranjak meninggalkan aula.
Dr. Ali tiba-tiba menggenggam tanganku dan menarikku menjauh dari kerumunan wartawan. Aku kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Ana Krinyol
kerennnnn👍👍👍👍
2021-08-30
2
Vera😘uziezi❤️💋
Alur nya hebat
2021-03-22
2
RèMìDìUñCà
wow
2020-11-22
0