Bab 18

Tok! Tok! Tok!

Irma terbangun dari tidurnya setelah susah payah ia coba memejamkan mata dan melupakan kejadian yang membuat dirinya shock.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kembali diketuk, Irma segera turun dari atas tempat tidur dan berjalan dengan terus memegangi kepalanya yang terasa pusing.

"Iya, sebentar!" teriaknya, karena di luar seseorang seakan tak sabaran ingin segera masuk.

Irma mengintip di balik jendela, siapa gerangan yang bertamu dini hari begini. "Kang Tama," ucapnya lirih.

Irma membuka pintu rumah perlahan dan mendapati sosok Tama. "Kang Tama, mau apa Akang ke mari lagi?" tanya Irma saat baru membukakan pintu rumahnya.

Tama menegakkan wajah, menatap Irma yang ada di hadapannya. "Irma ..." lirihnya dingin, lantas langsung mendorong tubuh Irma masuk, dan mengunci kembali pintu itu.

"Kang, apa-apaan ini? Kau mau apa?" tanya Irma merasa panik saat Tama terus mendorong tubuhnya ke dalam. "Kang, lepaskan aku, Kang. Lepas!" teriak Irma seraya mencoba mendorong dada bidang Tama. Namun, tubuh Tama tak menjauh sedikitpun, terus menghimpit irma.

Tama membuka pintu kamar Irma dan mendorong Irma hingga terlentang ke atas ranjang, Irma sangat panik, lagi-lagi Irma melihat tatapan buas dari sorot mata Tama, dengan seringai di bibirnya.

Tarma segera melonjat ke atas ranjang, ia ingin menindih tubuh Irma, tapi gagal karena wanita itu berguling mengelak dari terkaman Tama.

"Kang, sadar Kang, tolong jangan sakiti aku," pinta Irma, tubuhnya menempel pada dinding berusaha menghindari kalau-kalau Tama menerkamnya lagi.

"Kau jangan takut padaku, Irma. Malam ini kita akan bersenang-senang." Tama menggeram lantas berusaha menangkap tubuh Irma, tapi wanita itu kembali menghindar dengan teriakan ketakutannya. "Kau jangan buat aku marah, Dek Irma, aku sudah lama menginginkanmu dan saat ini aku tak akan melepaskanmu lagi!" Tama dengan kecepatan tangan lantas mencengkram tubuh Irma , wanita itu menjerit histeris, dan Tama melempar tubuh wanita itu kembali ke atas ranjang membuatnya tertelungkup.

Tama kembali menelanjangi tubuhnya, dan menutup pintu kamar yang sejak tadi terbuka. Irma semakin panik, tubuhnya seakan terpaku saat melihat tubuh Tama yang sudah bertelanjang bulat di hadapannya.

Mata wanita itu membulat sempurna, dan Tama dengan sigap menindih Irma, hingga wanita itu sulit untuk bergerak. Tama menyambar bibir ranum wanita itu dan membuat Irma tak dapat berkutik sedikit pun, wanita itu akhirnya pasrah di bawah kendali Tama yang sedang kerasukan Jin Saba.

***

Ayam berkokok begitu nyaring, burung-burung berkicau dengan riangnya, matahari dengan angkuh menerobos masuk ke celah-celah jendela kamar yang terbuat dari papan-papan kayu itu dan menyoroti tepat mengenai wajah Tama yang tengah terlelap tidur.

Tama tersadar, kepalanya sakit dan mendesis memegangi kepalanya. "Sakit sekali tubuhku," keluhnya mengeliat dengan mata yang masih terpejam.

Ia bangkit dari tidurnya dan mendudukkan diri di kasur seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Tubuhku!" Tama terlonjak kaget saat membuka mata dan mendapati tubuhnya tanpa sehelai benang pun.

Ia mulai mengingat-ingat kejadian semalam, berkelebat bayangan adegannya dengan irma yang panas. "Irma, apa yang terjadi?" Tama memijat pelipisnya yang begitu sakit. "Apa ini kamar Irma?" Tama bertanya-tanya, melirik seluruh ruangan itu bukan kamarnya, lalu ia kembali mendesah kesakitan.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Irma yang cantik dan segar, dengan gaun tidurnya yang masih ia kenakan. "Kau sudah bangun, Kang?" tanya Irma seraya tersenyum manis, lalu menyodorkan teh hangat pada Tama lalu duduk di tepi ranjang.

"Dek Irma, kenapa aku ada di sini? Dan apa yang terjadi pada kita?" tanyanya seraya mengambil secangkir teh hangat dari tangan Irma.

"Semalam Akang sendiri yang kesini, dan memaksaku untuk melayanimu, Kang. Apakah kau lupa?" Irma mengernyitkan keningnya, saat Tama terlihat seperti orang linglung. "Aku awalnya sangat marah, Kang. Kenapa kau tega melakukan hal tak senonoh itu padaku," lanjutnya menampakkan wajah kecewa dan sedihnya.

"Dek maafkan akang, akang ingat. Akang juga tak menduga kalau akang sudah melakukan itu padamu," jawab Tama seraya menatap wajah Irma dengan penuh permohonan. "Akang tak mengerti, mengapa malam itu akang tak bisa menahan hasrat akang padamu, Dek. Akang seperti setengah sadar melakukannya," jelasnya lagi.

"Tak apa, Kang, itu sudah terjadi, mau apa lagi," sahut Irma pasrah.

"Dek, menikahlah denganku." Tama menaruh tehnya di atas nakas, dan mengenggam tangan Irma lembut.

"Tidak, Kang. Irma tidak bisa!" Irma membuang wajah ke samping dan melepas genggaman tangan Tama.

"Tapi kenapa, Dek? Bukankah akang sudah menodaimu, dan akang mau bertanggung jawab padamu, Dek," kata Tama, pria itu lagi-lagi menggenggam tangan Irma.

"Sudahlah, Kang! Jangan kau bahas lagi, yang sudah biarlah berlalu dan kita lupakan. Kau pulanglah, Kang sekarang." Irma bangkit dari duduknya dan melangkah pergi.

Tama mengerutkan keningnya dalam. "Bukankah kebanyakan wanita selalu ingin minta tanggung jawab jika ada orang yang menodainya? Kenapa Irma tidak?" batin Tama merasa berkecamuk.

Dia bangkit dari atas tempat tidur dan meraih pinggang Irma posesive, Tama memeluk tubuh Irma erat dari belakang. Namun, seperti ada kekuatan misterius yang meraih bahunya, memisahkan tubuh polosnya dari Irma, Tama terpental kembali ke ranjang dan Irma terkejut saat menoleh ke belakang.

Terpopuler

Comments

Cie_PieT3

Cie_PieT3

Kira2 nasib para jomblo pas baca bab ini gmn ya?? 😅😅

2022-02-14

1

Nadine Well

Nadine Well

pak suami mana ?? pak suami !!!!😅😅😅

2021-12-27

1

Isyeu Lismaya

Isyeu Lismaya

kayaknya si Wowo suami ghaib pgn Irma hamil makanya pake badan Tarma

2021-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!