Bab 17

Tama menoleh pada asal suara yang mengejutkannya, ia melihat Lilis berjalan cepat menghampiri dirinya yang masih berada di atas tubuh Irma. Irma yang juga terkejut segera mendorong dada Tama agar segera menyingkir dari atas tubuhnya.

"Apa yang kalian lakukan, hah?!" sentak Lilis, pandangannya menampakkan aura kemarahan, terlebih pada saat melihat Irma yang sedang berusaha menutupi dadanya yang terbuka.

"Kau, dasar wanita murahan, Irma!" teriak Lilis seraya menarik rambut Irma yang masih disanggul, sehingga rambutnya yang panjang terburai begitu saja.

"Aaah!" Irma menjerit kesakitan merasakan perih di kulit kepalanya, sehingga membuat kedua mata Tama melotot seketika karena marah.

PLAK!

Tamparan mendarat di pipi kiri Irma yang mulus, hingga mengeluarkan darah dari sudut bibirnya. Tama yang melihat adegan itu pun segera melerai. Irma yang tak melawan serangan Lilis pun membuat Lilis leluasa memukul dan menjambak rambut indah milik Irma.

"Dasar kau wanita ******! Kurang ajar kau Irma! Kurang ajar!" teriaknya geram.

PLAK!

Satu tamparan lagi-lagi mendarat sempurna di pipi kanan Irma, membuat Tama semakin naik pitam dengan sikap anarkis Lilis. Lilis bersikap seperti melihat kekasihnya yang kepergok bercinta dengan wanita lain, padahal Tama tidak pernah merasakan perasaan apa pun pada Lilis, pantaskah wanita itu bersikap demikian pada Irma.

"Hei, Lilis cukup!" sentak Tama yang langsung mendorong tubuh Lilis hingga wanita itu tersungkur ke tanah, Lilis menangis karena Tama berbuat kasar padanya hanya demi membela Irma.

Irma juga menangis karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Lilis benar-benar membuatnya tak berdaya. Sementara Lilis berteriak dengan air mata yang bercucuran karena hatinya sangat sakit.

"Kang Tama! Kenapa kau tega, Kang? Kau tahu aku sangat mencintaimu. Aku selalu menunggu kau mengucapkan cintamu padaku, aku tak menyangka kau melakukan hal menjijikan ini dengan wanita ****** ini, hah!" teriak Lilis, wanita itu bangkit dan tangannya ingin kembali meraih tubuh Irma untuk menyakitinya lagi, tapi tangannya ditepis kasar oleh Tama.

"Cukup Lilis!" sentak Tama geram. "Dengarkan aku. Aku tak pernah mencintaimu, aku hanya mencintai Irma, apa kau mengerti?!" Tama menekankan.

"Kau tega Kang! Kau tega!" teriak Lilis seraya memukul-mukul dada telanjang Tama.

"Kurang ajar kau!" Tama menepis tangan Lilis yang tidak tahu diri, bagi Tama Lilis sudah melewati batas.

PLAK!

Tamparan mendarat di pipi Lilis hingga wanita itu meringis kesakitan. Irma menahan tubuh Tama dari belakang, agar laki-laki itu tidak menyakiti Lilis lagi.

"Kang, kau--" lirih Lilis seraya menggelengkan kepalanya tak menyangka, tangannya menyentuh pipi yang terasa panas.

Lilis menangis air matanya tak bisa ia bendung lagi. Ia membalikkan tubuhnya hendak pergi dari tempat itu. Namun, Tama berpikir akan berbahaya bagi nama baik dirinya juga Irma jika Lilis ia lepaskan begitu saja.

Dendamnya bisa saja sewaktu-waktu membahayakan nyawa Irma gadis pujaan hatinya. Tanpa pikir panjang, Tama mengejar Lilis yang akan keluar dari tenda, ia raih selendang yang menyampir di pundak Lilis dan mengikatkannya di leher wanita itu.

Irma berteriak takut, terkejut menyaksikan adegan mengerikan itu. Ia hanya mampu menutup mulutnya saat melihat Tama mencekik Lilis dengan selendang wanita itu sendiri, tubuh wanita itu meronta hingga akhirnya terkulai lemas.

Tama melepaskan selendang yang ia gunakan untuk melenyapkan Lilis, ia sendiri tak percaya bisa melakukan hal sekeji itu, tapi apa yang harus ia lakukan sungguh ini di luar kuasanya sendiri.

"Hhaaahh! Kang Tama, apa yang kau lakukan, Kang?!" teriak Irma histeris, melihat tubuh Lilis yang terkulai tak bernyawa.

Tama memundurkan tubuhnya dua langkah, menatap hasil perbuatan kejinya. Pria itu masih tidak menyangka dirinya bisa, dan sekarang pria itu merasa sangat panik dan cemas.

"Irma, ki-kita harus mengubur jazad Lilis sebelum ada yang lihat," kata Tama dengan sedikit gagap.

"Kau gila, Kang! Kau gila!" Irma menatap tajam pada Tama tak percaya, dia tidak bisa setega itu.

"Irma, ini tidak ada jalan lagi, kita harus melakukannya. Kita harus menghilangkan jejak, Irma," sahut Tama.

Irma melihat kepanikan di wajah Tama, ia kemudian melihat kembali jazad Lilis di hadapannya. Irma menggelengkan kepalanya. "Tidak, Kang," lirihnya, sungguh Irma sangat ketakutan.

***

Tama mengali tanah di balik semak belukar, ia menyeret jazad Lilis dan menguburnya di sana. Irma menunggu di dalam tenda dengan cemas, melihat ke arah pintu depan tenda takut ada seseorang yang masuk dan memergoki Tama yang sedang mengubur temannya.

"Ya Tuhan, kenapa ini terjadi? Ini seperti mimpi buruk, semua menimpa diriku dalam satu malam," batin Irma lirih, jari-jemarinya saling meremas menandakan wanita itu sangat cemas dan takut.

"Irma," panggil Tama yang masuk dari bawah tenda yang disingkapkan ke atas agar ia bisa mendapat akses masuk.

Irma menoleh ke arah Tama. "Ayo, kita pergi!" ajaknya lalu mengambil kemeja putihnya di atas dipan dan memungut selendang Irma yang teronggok di tanah. Tama segera menarik lengan Irma yang hanya berdiam diri saja agar cepat meninggalkan lokasi itu.

***

Saat ini Irma sudah berada di rumahnya, ia masih terbayang kejadian yang mengerikan yang baru saja ia saksikan, wajahnya pucat pasi merasakan ketakutan yang teramat sangat. Kenapa Tama bisa melakukan hal itu? Itu seperti bukan Tama yang sesungguhnya.

***

Di tempat lain, Tama segera turun dari motornya, setelah mengantar Irma pulang ke rumahnya. Ia bergegas masuk ke dalam rumah besarnya dengan tergesa-gesa, Tama masuk ke dalam kamarnya dan melepas baju kemejanya lalu melempar baju itu kasar ke tempat tidur.

"Aaaakh!" Tama mengusap wajahnya kasar dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. "Apa yang telah aku lakukan pada Irma, dan apa yang aku lakukan pada Lilis?! Oh, Tuhaaannn Aaakh!" Tama bangun dan menatap kedua telapak tangannya dan mengusapkan ke wajahnya frustasi.

"Ha! Ha! Ha!" Suara tawa menggema di ruangan kamar milik Tama, membuat pria itu terkejut, Tama memutar pandangannya mencari sosok yang mengeluarkan tawa mengerikan itu.

"Siapa kau, hah?! Siapa, tunjukkan wujudmu!" tantang Tama yang sok berani padahal tubuhnya gemetar hebat.

"Pengecut kau, Tama! Ha ! Ha! Ha!" ejek suara tanpa wujud itu, membuat Tama sedikit jengkel karena dikatai pengecut.

"A-apa maksudmu, hah?! Siapa kau?!" sentak Tama tak terima.

"Apa kau puas, hah?! Sudah bisa menyentuh Irma wanita pujaanmu itu," kata suara tanpa wujud itu.

Tama terkejut, mengapa kelakuannya diketahui oleh orang lain, terlebih orang tanpa wujud. Orang tanpa wujud? Emang ada? Pasti bukan orang kan, yah?

"Siapa kau sebenarnya makhluk kurang ajar?! Pergi kau, pergi!" teriak Tama dengan menggumpulkan segenap keberaniannya.

Namun, bukannya pergi suara tawa itu malah semakin kencang terdengar, bahkan bukan cuma tawanya, makhluk itu kini menampakkan wujud aslinya. Tama terkejut, kelopak matanya membulat sempurna, keringat dingin mengucur dari seluruh tubuhnya yang gemetar.

Wajah Tama memucat saat melihat sosok hitam besar di hadapannya, menampakkan kedua bola mata merahnya yang menyorot tajam padanya, lengan dan kakinya berotot besar, di selimuti oleh bulu-bulu panjang kasar. Mata Tama terus melotot tak berkedip menyaksikan penampakan di hadapannya seakan terkunci hingga tidak bisa menutup.

Zeepp!

Terpopuler

Comments

Fitri Sofia

Fitri Sofia

cerita zaman baheula waktu aku kcil

2021-10-17

0

Isyeu Lismaya

Isyeu Lismaya

wah ko malah bunuh orang si Tarma?

2021-10-04

0

Siti Lizardy

Siti Lizardy

siluuuuuppp....baaaaaa🤭🤭🤭

2021-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!