Bab 14

Irma bangun terduduk dari rebahannya, ia mengusap peluh di wajah dan lehernya dan berusaha mensetabilkan nafasnya yang memburu. Irma menyentuh dadanya yang mulai berdebar. "Rasa apa ini?" gumamnya. Irma menarik nafas panjangnya, lalu membuangnya perlahan.

***

Keesokan harinya Irma hanya berdiam diri di kamarnya, hari ini rasanya ia malas sekali keluar rumah. hari ini ia berusaha menjauhkan diri dari semua orang, terlebih Tama, Irma harus menjauhi Tama demi keselamatan pria itu sendiri.

Mimpi semalam selalu terngiang di ingatan Irma, lelaki tampan yang ada di dalam mimpinya berhasil menyita perhatian Irma hingga memhuat Irma terus tersenyum sendiri mebayangkan wajah tampan pria itu.

"Siapa dia? Apa yang dia katakan? Suamiku? Itu tidak mungkin, kan?" gumam Irma seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku ingat, lima tahun lalu sebelum ibu dan bapak meninggal, aku pernah didandani seperti orang yang mau dinikahkan saja," gumamnya lagi seraya mengingat masa lalu.

"Wajah itu juga pernah datang ke mimpiku juga waktu itu, namun mengapa saat kumembuka mata ada sesosok makhluk hitam menakutkan itu, dan di waktu yang sama kang Danu Adji datang?" Tiba-tiba Irma mengingat kepada Danu Adjji yang kini entah di mana keberadaannya.

"Kang Danu Adji di mana lelaki itu sekarang?Karena dia juga aku bisa terlepas dari gangguan makhluk seram itu. Namun, ancaman makhluk itu seakan menjadi kutukan untukku." Wajah Irma mulai gusar. "Apa yang harus kulakukan?" gumamnya lagi.

Irma terhanyut dalam lamunannya, kembali mengenang sosok lelaki tampan yang sering datang di mimpinya. Angin berembus lembut membelai wajahnya, membuat Irma diam menatap kosong, angin selewat itu seperti menghipnotis pikiran wanita itu yang sedang kosong.

"Irma, Sayang. Apa kau merindukan aku?" Sosok lelaki yang tengah dilamunkan Irma pun tiba-tiba hadir di depan Irma, dia tersenyum penuh pesona, membuat Irma tak mampu mengedipkan mata. Pandangan Irma hanya tertuju pada mata lelaki itu, bibirnya tersenyum manis bak semadis madu.

Pria itu menyentuh bibir ranum itu dengan ibu jarinya. "Irma, Sayang, kenapa kau diam saja, hmm?" tanyanya seraya membelai lembut sisi wajah Irma dan menyelipkan rambut di belakang telinga Irma.

Irma hanya tersenyum memandang ketampanan pria di hadapannya yang terasa nyata. "Jawab, Sayang ..." ucapnya lagi saat Irma hanya tersenyum saja terpana pada wajah tampan rupawannya yang tak terkira.

Lelaki itu menuntun kepala Irma menuju ke dada bidangnya, memeluknya dengan erat dan mengecup kening wanita itu, seketika hati Irma yang sepi kini merasa hangat dan nyaman.

"Apa kau tak mau menjawab pertanyaanku, Irma?Kau menggodaku dengan terus tersenyum padaku, Irma," ucapnya seraya menjauhkan kepala Irma dari dadanya, lalu mentap lekat pada mata cokelat Irma yang berbinar.

Irma sungguh tidak bisa berkata-kata lelaki tampan ini begitu nyata, nyata wujudnya, sentuhan lembutnya dan ini bukan mimpi. Irma merasakan bahagia karena setidaknya ia tak merasakan sendiri lagi, Irma tersenyum memandanginya. "Kau tersenyum lagi, apa kau mau aku mencium bibir manismu ini, hmm?" Lelaki itu mulai menggoda mendekatkan wajahnya akan mempersatukan bibir keduanya.

Irma menjauhkan tubuhnya dan tubuh lelaki itu terus mendekat hingga Irma terbaring di ranjangnya dengan posisi lelaki itu yang berada di atasnya. "Siapa namamu, Kang?" Irma bersuara setelah sekian lama ia terlepas dari keterkagumannya.

Mendengar pertanyaan Irma membuat niat lelaki itu terhenti, dia tersenyum dan menegakkan punggungnya kembali. Irma masih terbaring di ranjangnya dan lelaki itu duduk di sisi Irma. Irma kemudian bangkit dari posisi tidurnya dan menekuk kedua kakinya seraya menatap sisi wajah pria itu. "Kenapa kau selalu datang di dalam mimpiku, siapa kau sebenarnya?" Lelaki itu menolehkan wajahnya pada Irma, dan tersenyum.

"Aku Saba, Irma. Aku suami ghaibmu," jawabnya, membuat Irma mengerutkan keningnya dalam, ia bingung apa maksudnya suami ghaib.

"Maksudmu apa?" tanya Irma yang begitu sangat penasaran.

"Kau sudah dijodohkan denganku oleh kedua orang tuamu, Irma. Bahwa jika usiamu menginjak 20 tahun, maka kau sudah sah menjadi istriku." Perkataan lelaki itu membuat Irma terkejut.

"Memang kau siapa?" tanya Irma bingung.

"Panggil aku kakang Saba, Sayang," ucap lelaki itu seraya membingkai wajah cantik Irma dengan kedua telapak tangannya, menyatukan pandangan mereka berdua, Irma menganggukkan kepalanya patuh.

"Jadi, Kakang Saba ini siapa, tinggal di mana. Kok, tiba-tiba bisa masuk ke kamar Irma?" tanya Irma benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya.

Lelaki itu tertawa kecil, menampakkan gigi-gigi putihnya yang rapi. Entah mengapa setiap tindakannya selalu terlihat menawan di mata Irma. "Sudah kubilang tadi, aku suami ghoibmu, Irma. Sosokku ghai. Kapan dan di mana saja aku bisa hadir bahkan menjagamu setiap saat, dan apakah kau benar mau ikut ke tempat tinggalku?" tanyanya.

Namun, Irma mengelengkan kepalanya lemah, ia seakan takut lelaki itu kecewa. "Baiklah, Irma, akang tak marah kalau kau belum siap untuk tinggal di tempatku, tapi berikanlah hakku, Irma. Jangan kau siksa aku lagi, Sayang," pintanya seraya menuyentuh sisi wajah Irma.

"Menyiksamu? Maksudnya?" tanya Irma masih merasa bingung.

"Sudah lima tahun aku menahan menjauh darimu, Irma. Kini aku merindukanmu, sangat merindukanmu, Sayang," ungkapnya.

Segera bibirnya membungkam bibir Irma mencegah pertanyaan-pertanyaan lagi dari mulut wanita itu. Ciuman itu sangat lama dan semakin panas, tangan Saba semakin liar menggerayangi punggung Irma, dan tangan lainnya meremas buah dada milik Irma yang memang berukuran lumayan besar.

Bentuk tubuh Irma yang begitu sintal dan seksi membuat siapa pun bisa tertarik padanya, ingin menjamahnya penuh dengan gairah mengelora, tapi tak akan semudah itu mereka menjamah apa yang jadi milik Saba jika tidak dengan seizin darinya.

Saba membaringkan tubuh Irma, melepaskan ciuman panasnya dengan Irma, keduanya saling pandang dengan nafas yang terengah. Irma merasakan bagian buah dadanya yang seakan mengeras, dan bagian inti tubuhnya berdenyut dengan cairan kenikmatan membasahinya.

Saba seakan tahu apa yang dirasakan Irma, ia meraih belahan baju kebaya hijau muda yang membalut tubuh Irma dan merobeknya seketika menampakkan dua buah dada yang menantang yang tak ditutupi sehelai benang pun.

Nafas Saba memburu, dadanya naik turun tak beraturan, tanpa pikir lama lelaki itu menerkam dengan gairah memuncak mencumbuinya. ******* lolos dari sela bibir ranum Irma, ia seakan merasakan sensasi yang luar biasa dari tubuhnya.

Irma seakan dibawa melayang dibuatnya. Saba melepas kain carik batik yang membungkus bagian pinggang ke bawah tubuh Irma, menampakkan bagian tubuh paling sensitive dari seorang wanita. Saba mulai mengendus bagian sensitive itu dan membenamkannya.

Irma menjerit tertahan saat lidah Saba menerobos ke liang senggamanya dan menghisap cairan kenikmatannya itu dengan penuh *****, Irma tak berdaya di buatnya, hingga ia terus mendesah, dengan kedua mata yang terpejam merasakan aliran ***** yang membara.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu di luar rumah Irma terdengar, membuat kegiatan makhluk menyeramkan itu terhenti. Wajah Saba yang awalnya sangat tampan kini berubah mengerikan. Saba menoleh ke belakang, menampakkan seringainya yang geram dengan mata merah yang menyorot tajam.

Terpopuler

Comments

Anggun Sari

Anggun Sari

dalam hatii uwakkk itu..
shittyyy main solo lagi 😂🤣🤣😅😅

2021-10-27

2

Siti Lizardy

Siti Lizardy

wadidawww.....si saba digantung lagi 🤣🤣......alhamdulillah..teror masih berlanjut

2021-09-25

0

🦋Elsawhy🦋

🦋Elsawhy🦋

gagal maning gagal maning

2021-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!