Genderuwo (Suami Ghoib Sang Ronggeng)
Di sebuah desa yang sebagian besar penduduknya seorang petani, ada juga yang berkebun dan buruh serabutan.
Irma Sukma Ayu lahir dengan keadaan fisik yang kurang sempurna, membuat kedua orang tua bayi itu menjadi sedih dan cemas akan masa depan putrinya kelak.
Kisah ini berawal sekitar tahun 50-an, di mana meski di KTP mereka beragama Islam, tapi kebanyakan orang masih percaya akan hal klenik dan mistis. Meski sampai saat ini pun hal gaib seperti tidak ada matinya, hanya saja tidak sekental di masa lalu.
***
Malam itu hujan begitu deras, kilat petir menyambar-nyambar, guntur menggelegar tak membuat Agus gentar. Kakinya melangkah cepat, menginjak genangan-genangan air di jalanan yang berlubang, sesekali langkahnya terpeleset karena licinnya jalanan akibat hujan deras.
Seorang pria usia 30 tahun itu sampai di depan rumah tua dengan baju yang basah kuyup, dengan segera pria itu mengetuk pintu rumah itu dengan tergesa-gesa.
Tok! Tok! Tok!
"Nyi, Nyi Inang. Nyi!" seru Agus dengan wajah piasnya, sesekali kedua tangannya mengusap kedua lengan karena merasa mengigil.
Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam kamar dengan langkah tergopoh-gopoh menuju pintu depan. "Iya ada apa?" tanya wanita paruh baya yang bernama Nyi Inang itu saat dia membukakan pintu kayu yang mulai lapuk itu.
"Nyi, tolong istri saya, Nyi. Ratna sudah mau melahirkan!" kata Agus dengan sangat panik.
"Iya, iya tunggu sebentar!" titah Nyi Inang yang langsung masuk ke rumahnya kembali, tak lama keluar dengan membawa payung hitam di tangannya.
"Sudah, ayo kita pergi!" ajak Nyi Inang segera menutup pintu kayu rumahnya.
Agus dan Nyi Inang segera menerobos derasnya hujan, berlari menuju ke rumah Agus dan Ratna. Dari kejauhan suara rintihan terdengar samar, diiringi lolongan hewan malam menambah mencekamnya malam ini.
"Aaaaaah! Kang Agus ... sakit, Kang ... tolong ... " jeritan dan rintihan kesakitan dari seorang wanita yang ada di dalam rumah kayu di dekat pohon randu besar itu begitu menusuk pendengaran.
"Ayo, Nyi Inang cepat! Kita sudah hampir sampai, kasihan Ratna, Nyi. Dia sudah menjerit kesakitan," ucap Agus yang terus berlari menarik-narik tangan tua Nyi Inang.
Wanita tua itu terus mempercepat langkahnya mengimbangi langkah kaki Agus yang cepat. "Ya, sebentar Nak Agus." Nyi Inang cukup kewalahan mengimbanginya, hingga ia akan mengutarakan protes lagi. "Pelan-pelan, Nak. Nyai--" ucapan wanita tua itu tiba-tiba terhenti saat dengan jelas sesosok wanita bergaun putih memasuki raga Nyi Inang. Namun, Agus tidak menyadari apa yang terjadi pada Nyi Inang yang ia tarik-tarik tangannya.
"Ayo, Nyi cepat Nyi masuk! Ratna di sana, Nyi." Agus yang langsung membuka pintu rumahnya seraya menarik tangan Nyi Inang untuk ikut masuk ke dalam rumahnya.
"Ka-kang ... tolong aku ... " rintihan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur kayunya, kakinya mengangkang dan tangan memegangi perutnya yang besar.
"Iya, Ratna kau sabarlah, aku sudah bawa dukun beranak untuk menolongmu, Ratna," ucap Agus yang sudah ada di samping istrinya mengelus puncak kepala Ratna dengan lembut. Namun, ia menatap tajam pada wanita tua yang dari tadi hanya melihat keadaan istrinya yang sudah tak berdaya.
"Hey, Nyi Inang! Kenapa kau diam saja?! Cepatlah tolong istriku, Nyi!" ucap Agus dengan nada sarkas. Agus sesungguhnya mulai heran dengan sikap dukun beranak itu.
Nyi Inang tersenyum menyeringai menatap Agus dan wanita yang sedang berbaring dengan kaki yang mengangkang di depannya.
"Kau pergilah, Gus! Bawakan aku baskom dan handuk kecil," titah Nyi Inang, dengan nada bicara bukan seperti Nyi Inang pada biasanya.
Agus pun merasakan kejanggalan pada diri Nyi Inang, tapi pikiran itu ia tepis jauh-jauh, dirinya memutuskan terus berlari keluar pintu kamarnya itu menuju dapur.
Nyi Inang menghampiri kedua kaki Ratna yang terbuka lebar, mengulurkan tangannya ke perut besar milik ratna, mengurutnya dari atas ke bawah dengan ekspresi wajah yang tidak biasanya. Ratna merasakan sakit yang luar biasa, kedua bola matanya bergulir liar menatap ke segala arah dengan cucuran air mata yang terus menetes, peluh keringat membasahai seluruh wajah Ratna.
"Aaaaaakkh! Sakit, Nyi ... tolong Nyi, sakit ... aaaaa!" jeritan Ratna sangat keras di dalam ruangan yang tertutup itu, tapi tidak terdengar dari luar, seakan ruangan itu diberi peredam suara.
Tangan Nyi Inang semakin liar dengan ekspresi yang mengerikan, tangannya menekan dan menarik bagian perut Ratna dari atas ke bawah secara terus menerus membuat Ratna menjadi histeris karena merasakan rasa sakit yang teramat sangat.
"Aaaaaaaaaa!" Ratna teriak, saat Nyi Inang menarik bayi dari tubuh bagian bawah Ratna.
"Hihihihi!" Seketika tawa Nyi Inang mengelegar di seisi ruangan itu.
Ratna yang masih sadar, ia menatap ke wanita dukun beranak yang sedang mengendong bayi merah yang masih dilumuri darah juga ari-ari yang masih mengantung. Mata Ratna melotot menyaksikan perubahan wajah Nyi Inang yang sangat menyeramkan itu, Nyi Inang seakan mau menelan bulat-bulat bayinya.
Pandangan Nyi Inang yang buas mengarah pada wajah Ratna yang pias, seketika suara Ratna tercekat seakan terkunci, mulutnya hanya menganga dan matanya hanya melotot menyaksikan apa yang sedang dia lihat.
"Hihihihi!" Suara tawa Nyi Inang lagi-lagi menggelegar di seisi ruangan, seakan puas melihat ketidak berdayaan Ratna.
Tiba-tiba seberkas cahaya masuk dari celah-celah jendela kayu yang ada di ruangan itu.
Sheet!
"Hoaaaaaaa!" Nyi Inang menjerit, tubuh tua rentanya terpental ke dinding kayu di ruangan itu, seketika membuatnya tak sadarkan diri.
"Ka-kaannngg! Kang Agus!" teriak Ratna yang sangat panik, mulutnya sekarang bisa mengeluarkan suara setelah sekian lama tercekat di tenggorokan.
BRAK!
Suara pintu didobrak oleh Agus dengan membawa baskom berisi air dan handuk bersih, pria itu tampak merasa bingung menatap pada pintu kayu kamarnya.
"Kang, kenapa kau lama sekali?! Itu anak kita, Kang, tolong dia!" seru Ratna seraya telunjuknya mengarah ke dinding di mana Nyi Inang terduduk tak sadarkan diri.
Agus segera menaruh baskom dan kain itu di meja dan berlari mengambil bayinya yang ada di gendongan Nyi Inang.
"Apa yang terjadi Ratna? Aku dari tadi di luar mengetuk-ngetuk apa kau tidak dengar? Pintu ini seakan terkunci," kata Agus merasa aneh, dia menceritakan kejadian tadi.
"Kau juga apa tidak mendengar Kang kalau tadi Nyi Inang tertawa cekikikan sangat keras hingga membuat gendang telingaku mau pecah? Nyi Inang bersikap aneh, tapi tiba-tiba ada cahaya yang masuk dari celah jendela yang menyambar tubuh Nyi Inang, sehingga membuat dia tak sadarkan diri seperti itu." Ratna juga menceritakan kejadian yang tadi dia lihat.
"Benarkah itu, Ratna?" tanya Agus tak percaya, Agus menoleh pada wanita tua itu.
"Tapi kenapa tadi sepi-sepi saja, aku tidak mendengar apa pun yang berasal dari sini, aku hanya ke dapur mengambil baskom, air hangat dan handuk itu, dan tidak mendengar apa pun," kata Agus dengan sangat heran sekaligus takut.
"Agus, apa kau tadi waktu menjemputku tidak membawa pelindung apa pun?" tanya Suara yang berasal dari belakang tubuh Agus, membuat Ratna dan Agus terkejut.
"Nyi Inang, kau sudah sadar?" tanya dari Agus.
Nyi Inang bangun dari duduknya lalu berdiri tertatih menghampiri Agus yang tengah berdiri dengan bayi di gendongannya.
"Maksud Nyi Inang apa tadi?" tanya Agus yang masih tak mengerti apa maksud dari ucapan Nyi Inang padanya.
"kau harusnya tadi bawalah senjata tajam atau bawa dua tiga helai sapu lanang di tangnmu, biar makhluk halus tak mengikuti kita kemari, aku tadi ketika di jalan mau sampai di rumahmu sempat melihat sosok itu di atas pohon besar di sisi rumahmu ini, dan aku tak tahu apa yang terjadi padaku selanjutnya, lalu bangun dalam keadaan aku terduduk di sana." Nyi Inang menunjuk ke tempat ia tadi terbangun dari pingsannya.
"Benarkah itu, Nyi? Ya Gusti, aku tidak tahu soal itu, lalu kenapa tadi Nyai tidak memberitahukanku," ucap Agus seraya menatap wajah Nyi Inang yang sepertinya masih merasakan sakit di pinggangnya yang berdenyut sakit.
"Aku tadi lupa karena melihat kau panik menarik-narik tanganku, tapi syukurlah kalau semua baik-baik saja," timpal Nyi Inang lega, begitu juga Ratna dan Agus yang juga ikut merasa lega.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Note Author:
Hai, Reader's
Novel ini sedang masa perbaikan yah, semoga lebih nyaman membacanya, terima kasih sudah berkenan mampir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Erni Cahaya Nst
lanjut thorbsmangaat
2022-12-22
0
aq hadir lngsng komplen 😁😁
2022-12-19
0
aneh.
tadi terdengar suara rintihan ratna kesakitan waktu dukun nya mo tiba.
lah saat mo lahiran malah teriakanny gak kedengaran sampe luar karna ruangan d kasih peredam suara.klo cerita jaman segitu.apa ya udah ada redam suara.🤦♀️🤦♀️
2022-12-19
0