Bab 4

"Tapi, Bu ...." Irma berusaha protes dengan suara rendah kepada ibunya yang langsung dipotong oleh Ratna.

"Irma, apa kau tidak mengerti bahasa ibumu ini, hah?!" Suara Ratna meninggi, tapi sepersekian detik dia sadar kalau sudah bernada kasar, "nak, ini demi kebaikan mu,ibu mohon padamu irma menurutlah pada ibu seperti biasanya, kenapa kali ini kau begitu sulit untuk menurut, Irma? Sekarang kau masuk ke kamarmu, ibu mohon." Ratna akhirnya menurunkan nada bicaranya, seraya menghampiri putrinya yang tampak sedih.

Irma terkejut saat ibunya berteriak padanya, bahwasanya Ratna belum pernah berkata kasar atau bernada tinggi jika sedang berbicara dengannya. "Baik, Bu, Irma ke kamar dulu," pamit Irma dengan suara lemah dan kakinya melangkah pelan masuk ke dalam kamarnya.

Ratna melihat gurat kesedihan yang terpancar dari tatap mata putrinya itu. "Maafkan ibu, Irma. Ini ibu lakukan demi kebaikanmu, ibu dan bapak akan melakukan sesuatu agar makhluk itu tidak bisa menyentuhmu walau sedikit pun, Irma,"' batin Ratna.

"Kang, kita harus melakukan sesuatu untuk menolong Irma, Kang. Kita harus cepat sebelum terlambat," ucap Ratna, menatap wajah suaminya menunggu jawaban darinya.

"Apa yang harus kita lakukan, Bu? Ini sangat beresiko sekali, kita akan mati kalau makhluk itu tahu kita akan melanggar janji terkutuk itu padanya," timpal Agus dengan tatapan ketakutan di matanya.

"Tapi, Kang, aku tidak rela kalau Irma harus diperistri oleh makhluk jahanam itu," lirih Ratna dengan nada cemas menatap nanar pada suaminya, "aku akan tetap mati karena merasa bersalah seumur hidupku, Kang," lanjut Ratna yang akhirnya menangis pelan menahan suaranya agar tak didengar oleh Irma.

"Tapi, ini sudah terjadi, Bu. Kau tahu ini keputusan kita, bahkan aku menyesal karena mengambil jalan ini, dan kau yang mendorongku untuk itu!" tukas Agus seakan menyalahkan istrinya.

"Kau tahu, Kang. Aku pun menyesal, kenapa kau ingatkan soal itu terus? Aku hanya memikirkan hal yang terbaik untuk putriku, aku tak ingin semua orang menghina kecacatannya, aku tak bisa menerimanya, Kang!" lirihnya dengan menahan amarah

"Tapi, sekarang bagaimana?"Agus merasa bingung.

"Kita harus meminta bantuan seseorang, Kang!"

"Pada siapa, Ratna?" Agus menatap kepada istrinya yang sedang terlihat berpikir.

***

Waktu sudah menjelang sore, Irma keluar dari kamarnya, ia melirik ke seluruh ruangan tamu, melangkahkan kakinya mencari ibu dan bapaknya. "Di mana ibu dan bapak, hari sudah gelap tapi ke mana mereka?" batin Irma yang terus melangkahkan kakinya mencari kedua orang tuanya.

Di saat Irma sedang mencari Agus dan Ratna, tiba-tiba pintu depan rumah terbuka. Irma tersentak kaget dan menatap kedua orang tuanya ada di ambang pintu dengan raut wajah cemas, Irma yang sadar akan itu ia langsung menghambur ke arah kedua orang tuanya itu.

"Ibu, Bapak, kalian dari mana? Kalian kenapa?" tanya Irma yang saat itu berada di hadapan kedua orang tuanya dengan kedua tangan yang menyentuh pundak ibunya.

"Irma kau harus bersiap-siap, Nak," ucap Ratna tanpa menatap wajah Irma, matanya memandang kosong ke depan dan sebulir air bening menetes dari sudut netranya wanita itu, meski Ratna berusaha menahannya.

"A-apa maksud Ibu? Aku harus bersiap-siap untuk apa?" tanya Irma sedikit takut, hatinya sekarang sedang merasakan akan ada sesuatu. "Bapak tolong katakan pada Irma ada apa sesungguhnya?" tanya Irma cemas, karena melihat Ratna tidak juga menjawab pertanyaannya, dan Agus juga hanya diam menatap putri di hadapannya dengan tatapan cemas dan sedih.

"Masuklah, Irma!" titah Ratna, matanya menatap putrinya yang cantik, ia menyentuh pundak Irma, menuntunnya agar masuk ke dalam rumah.

Irma menurut saja, dengan hati yang berdebar bertanya-tanya ada apa sebenarnya melihat kedua orang tuanya dengan kebingungan.

"Maafkan ibu, Irma," batin Ratna.

"Mandilah, Irma, ibu akan menyiapkan air untukmu mandi," kata Ratna seraya menatap putrinya.

"Biar Irma siapin sendiri, Bu. Ibu tidak harus menyiapkan apa pun untuk Irma," sahut Irma mencegah ibunya yang akan melangkahkan kakinya untuk menuju ke belakang rumah.

"Biarkan ibumu, Irma. Biarkan ibumu yang menyiapkan air untukmu mandi, Nak." Tiba-tiba Agus membuka suaranya membuat Irma langsung menatap kepada bapaknya, "kau duduk saja di sini, Nak," lanjut Agus lagi seraya mendudukan dirinya di kursi kayu di ruang tamu itu, sementara Ratna melanjutkan langkahnya menuju tempat mandi yang ada di belakang Rumah.

Irma hanya menatap punggung ibunya dengan perasaan yang campur dan memutuskan berjalan menghampiri Agus, bapaknya. Dia duduk di kursi kayu di samping Agus yang terhalang oleh meja kayu kecil di sisinya, Irma menatap bapaknya. Melihat setiap guratan di wajah bapaknya, seperti banyak sekali kecemasan di wajah Agus. "Ada apa ini sebenarnya?" Irma hanya bisa membatin dengan setiap pertanyaan yang ada di benaknya.

Tak lama Ratna datang dari arah belakang. "Mari, Irma ikutlah bersama ibu, ibu akan menemanimu mandi," ajak Ratna seketika membuyarkan lamunan Irma.

Pandangan Agus seketika tertuju pada Ratna istrinya dengan nanar, seakan ingin mengatakan sesuatu yang sulit sekali diungkapkan. Ratna pun membalas tatapan suaminya sayu, seakan ada kepasrahan di sana yang membuat Agus pun menunduk.

Irma mengalihkan pandangannya bergantian pada ibu dan bapaknya, sesungguhnya ia sangat bingung dengan ini semua, kenapa kedua orang tuanya seperti ini, tapi ia tak bisa menanyakannya terus-menerus karena pertanyaannya seakan enggan untuk dijawab oleh kedua orang tuanya.

"Mari, Irma!" ajak Ratna lagi, ia merengkuhkan tangannya pada pundak putrinya yang masih termenung duduk di kursi.

"Pergilah, Irma!" sambung Agus saat Irma menatap padanya seakan meminta penjelasan dengan keadaan ini yang membuatnya janggal.

Karena tak mendapatkan jawaban apa pun dari Agus, Irma pun akhirnya berdiri dari duduknya dan melangkah mengikuti langkah Ratna yang masih merengkuh pundaknya.

Sesampainya di ruang mandi, Irma tertegun sejenak melihat banyak sekali bebungaan yang berserak di bak batu yang berbentuk bulat itu, hidungnya mencium wanginya bunga melati yang menyeruak. Irma dituntun oleh ibunya untuk duduk di tunggul batu hitam yang atasnya datar seperti memang sengaja dibuat untuk duduk.

Irma hanya menuruti ibunya, ia duduk di sana dan membiarkan ibunya melakukan apa pun yang ingin Ratna lakukan padanya.

Ratna membisu seribu bahasa, ia hanya menatap putrinya dengan tatapan yang sulit sekali di artikan oleh Irma, gadis itu menatap raut wajah ibunya yang berada di hadapannya, yang kini tengah membuka satu per satu kancing baju kebaya yang membalut tubuh indahnya.

Terpopuler

Comments

Pauziah Dollah

Pauziah Dollah

menarik cerita ni

2021-12-10

1

Tri Utami 🔥

Tri Utami 🔥

nyimak 🤔🤔😳

2021-11-28

0

fitamin

fitamin

❤️❤️❤️

2021-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!