Bab 15

"A-ada apa, Kang?" tanya Irma dengan nafas yang masih tersengal, kedua pandangannya sayu karena masih terasa jelas bagaimana Saba menggodanya, dan harus berhenti karena sesuatu.

Tok! Tok! Tok!

Pintu rumah Irma lagi-lagi diketuk seseorang, membuat Irma melebarkan kedua kelopak matanya saat tersadar dari cumbuan sang suami ghaibnya.Terlihat Saba sangat geram pada tamu yang tak diundang itu.

"Kang ada yang datang!" seru Irma seraya bangun dari posisi berbaringnya, dia duduk seketika dan Saba ikut duduk dengan memasang wajah kesalnya. "Aku keluar dulu, Kang. Siapa tahu ada tamu penting," pamit Irma seraya turun dari ranjangnya hendak mengenakan pakaiannya, tapi Saba menahan tangannya.

"Jangan dibuka, istriku. Dia hanya orang yang mau mengganggumu!" cegah Saba tegas.

"Bagaimana kau tahu, Kang?" tanya Irma seraya menaikkan satu alisnya.

"Kau lupa aku ini siapa, hah?" Saba tersenyum menatap Irma.

"Oh, jadi Akang bisa menerawang juga, ya?" Irma tersenyum menggoda Saba.

"Tentu saja." Saba tersenyum. "Lebih baik kita lanjutkan permainan kita saja istriku, Sayang," ucap Saba seraya menarik tangan Irma hingga jatuh bersama di atas ranjang dengan posisi Irma di atas tubuh Saba.

Saba membalik tubuh mereka mengganti posisinya menjadi dirinya yang berada di atas tubuh Irma, kembali mencumbui istrinya yang sempat terganggu. Sedang ketukan di pintu tadi sudah berhenti tanpa mereka sadari karena lebih sibuk memadu kasih dengan makhluk Tuhan beda alam itu.

***

Di tempat lain.

"Astagfirullah, Irma!" Danu Adji terbangun dari tidurnya, wajahnya pucat dengan peluh yang bercucuran di dahi dan wajahnya. "Aku telah lalai, aku gagal menjaga gadis itu. Maafkan aku, paman, bibi. Kini Irma sudah menjadi milik jin kafir itu sepenuhnya. Astagfirullah ... Ya Allah. Apa yang harus kulakukan sekarang?" gumam Danu Adji hatinya merasa gusar karena mengetahui hal buruk ini. "Jin itu sudah berhasil menodai Irma, Irma akan semakin sulit untuk disadarkan jika sudah begini.

Irma sudah berhasil diperdayainya di saat iman gadis itu menurun dan putus asa. Irma akan melupakan segalanya, ini sangat berbahaya jika dia melahirkan anak dari Jin Saba. Ah, Ya Allah, Irma, Irma ...." Danu Adji mengacak rambutnya dan mengusap wajahnya kasar, kini ia sangat merasa berdosa karena sempat melupakan tugasnya untuk menjaga anak dari Ratna dan Agus.

Danu Adji turun dari ranjangnya, ia lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju tempat wudhu yang berada di dalam kamarnya. Pria itu segera menunaikan shalat tahajud karena jam menunjukan pukul 2 malam.

"La illahaillaullah ... La illahaillaullah ...." Suara kalimat tahlil yang keluar dari mulut Danu Adji melantun dengan jari-jemarinya yang terus menghutung biji tasbih.

"Nak Danu Adji ...." Suara terdengar berasal dari cahaya putih yang tiba-tiba datang di hadapan Danu Adji yang sedang duduk bersila di atas sajadahnya, Danu Adji membuka matanya seketika.

"Paman Agus!" lirih Danu Adji seraya menatap silau pada cahaya putih terang di hadapannya.

"Tolong selamatkan Irma, Nak. Tolong, Nak, tolooonng anakku!" Suara itu terisak pilu seperti merasakan keperihan di dalam jiwanya, hingga cahaya itu lambat laun meredup dan akhirnya menghilang tak berbekas.

"Astagfirullah ... Astagfirullah, maafkan Danu Adji, Paman." Danu Adji menundukkan pandangannya menatap ke arah sajadah yang sedang ia duduki.

Tanpa terasa sebulir air mata menetes jatuh di atas sajadah. "Danu Adji berjanji paman, bibi, kali ini aku akan membebaskan jerat Jin terkutuk itu dari hidup Irma, walau akan sulit. Karena Irma sudah menjatuhkan hatinya kepada Jin itu. Namun, Danu Adji akan berusaha sekuat tenaga supaya Irma mampu melupakan cintanya pada makhluk itu," ucapnya dengan keyakinan.

***

Ayam jago berkokok nyaring menyambut terbitnya sang mentari pagi, nyanyian burung-burung begitu merdu menghiasi pagi yang cerah ini. Hari ini Irma terbangun dari tidurnya yang nyenyak, setelah pertempurannya dengan Saba suami ghaibnya semalam.

Irma menutupi bibirnya kala menguap saat bangun dari tidurnya. "Kang, Kang Saba!" Irma menoleh ke samping tempat semalam Saba berbaring. "Ke mana dia? Kang ...." Irma menuruni ranjang dan melilitkan kain carik batik sebatas dadanya

Irma kemudian keluar dari kamarnya dan ke berbagai sudut rumah mencari Saba, namun ia tak menemukannya di mana pun, hingga akhirnya ia menyerah dan duduk di kursi ruang tamu, ia menyentuh keningnya yang terasa pusing.

"Irma istriku!" Suara tanpa wujud itu membuat Irma menegakkan kepalanya, memutar pandangan mencari asal suara itu. "Jangan mencariku, Sayang, aku akan datang tanpa kau minta, aku akan mendatangimu di waktu-waktu tertentu, tapi jika kau merindukan aku panggil aku tiga kali di dalam hatimu, aku akan datang meski bukan waktunya aku berkunjung.

Sekarang kau lihatlah di bawah kasurmu istriku, aku sudah memberikan nafkah pertamaku untuk memenuhi kebutuhanmu," ucap suara itu yang dikenal oleh Irma itu adalah suara Saba yang begitu maskulin. "Kau tetaplah menari sebagai ronggeng, Irma. Kau jadikan pekerjaan itu sebagai kedok atas segala yang kau akan miliki nantinya," lanjutnya, suara itu tak lagi terdengar lagi setelah memberi arahannya untuk Irma.

Irma mengangguk pelan, dia kemidian berjalan cepat kembali masuk ke dalam kamarnya dan segera membuka bawah kasurnya, seketika kedua kelopak matanya melebar sempurna, ia terkejut saat melihat isi bawah kasurnya.

Irma tersenyum.lebar dengan mata yang berbinar. "Terima kasih, Kakang ... terima kasih," ucap Irma seraya memegang gepokan uang kertas, dan mengambil sekotak perhiasan.

Irma segera membuka kotak itu, lantas ternyata saat melihat begitu banyak perhiasan di dalamnya, Irma berbinar bahagia karenanya.

***

Saat ini Irma sedang menatap dirinya di cermin rias, ia sudah mengenakan pakaian menarinya. Sore ini ia akan mulai menari kembali sesuai perintah dari sang suami.

Irma merias dirinya dengan begitu mempesona sehingga mata lelaki mana pun akan merasa jatuh cinta padanya. Ditambah perhiasan yang menempel di leher, telinga, tangan bahkan di kepala sebagai hiasan rambutnya juga membuat Irma yang cantik semakin terlihat luar biasa dan semain berkilau.

Irma tersenyum menatap dirinya sendiri, menyentuh wajah hingga dadanya yang berhiaskan kalung yang menempel indah di dadanya yang putihnya menjuntai hingga melebihi belahan dada Irma yang seksi.

Waktu sudah menunjukan jam 7 malam, Irma berjalan dengan anggun melenggak-lenggokkan pinggulnya menggodam Dengan busana menari yang tak biasa ia kenakan, kali ini busananya lebih mewah dan lebih terbuka, dengan atasan kemben mempunyai belahan yang agak rendah, namun cukup menampilkan buah dada Irma yang membusung, juga rok batik tulis dengan motif yang indah memiliki belahan sebatas paha di sisi kanan kirinya, menampakkan kulit putih Irma yang jenjang.

Terpopuler

Comments

Hera Dita

Hera Dita

kecewa ma Irma... bodoh bingitzzz.

2021-12-09

0

Rien2707

Rien2707

waduhhhh. . . . . diprawani setannnnn🤣🤣🤣🤣

2021-12-07

0

mustika

mustika

mau jaga irma knp tdk di nikahi sudah tau irma dlm bahaya dn iman ny masih naik turun gt

2021-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!