Bab 6

Makhluk itu dengan bernafsu yang mengebu-gebu mencumbu Irma, ia akan melakukan hal yang lebih jauh lagi, tapi cahaya kilat menyambar tubuh sang makhluk kekar hitam menyeramkan itu.

Tubuh besarnya terpental ke dinding kamar dan mengerang kesakitan. "Aaargh!" Sosok itu lalu merubah wujudnya menjadi kepulan asap tebal kemudian menghilang terbawa angin menyusup lewat celah-celah ventilasi udara.

Irma tersentak, kedua matanya seketika membelalak, ia terbangun dari tidurnya yang menurutnya janggal. Irma bermimpi tengah bercinta dengan seorang pria yang amat tampan dan gagah, tapi mengapa sosok pria tampan itu terpental dan akhirnya menghilang.

"Apa maksud mimpiku itu, Gusti?" tanya batin Irma, tangannya menyeka peluh yang membasahi wajah dan lehernya.

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki mengejutkan Irma, ia lalu menatap ke arah pintu kamarnya yang kini terbuka lebar, Irma membulatkan bola matanya karena melihat sosok lelaki yang sedang berdiri di ambang pintu. Gadis itu tambah terkejut menyadari penampilannya saat ini.

"Si-siapa kau?" tanya Irma dengan nada panik, tangannya menutup sebagian tubuhnya yang terbuka.

Sejujurnya ia pun bingung karena ia merasa cuma tertidur sendiri, tapi mengapa keadaan tubuhnya seperti habis bercinta berantakan di mana-mana. Irma semakin membulatkan matanya menatap pria tampan yang sedang menghampirinya yang masih di atas ranjang, membuat Irma semakin panik.

"Tenanglah, Dek. Kau baik-baik saja?" tanya lelaki itu dengan senyum manis mendekati Irma yang masih duduk selunjuran di atas ranjangnya.

"Si-siapa kamu? Mau apa kamu, mana ibu dan bapakku?" Irma semakin panik, ia sungguh tidak nyaman dengan kehadiran lalaki itu di kamarnya, terlebih keadaan dirinya yang seperti itu. Irma sungguh sangat malu, cemas dan takut jika pria itu akan berbuat jahat padanya

"Kenalkan aku Danu Adji, Dek Irma," ucap lelaki itu, mengabaikan semua pertanyaan dari Irma.

Danu Adji dengan tenang dan tersenyum mengulurkan tangan pada Irma untuk bersalaman. Namun, Irma hanya menatap tangan itu tanpa menyambutnya, ia masih shock dengan kejanggalan yang ia alami.

Merasa uluran tangannya tak kunjung disambut, Danu Adji pun menarik kembali tangannya, ia lalu kembali tersenyum. "Ibu dan bapakmu baik-baik saja, mereka menunggu di luar."

Brraak! Braak! Jleguur!

Terdengar kegaduhan dari arah ruang tamu, seperti ada serangan di sana. Danu Adji seperti tahu apa yang terjadi, ia pun segera lari ke arah suara kegaduhan dan diikuti Irma dari belakang.

Danu Adji berhenti dari langkahnya, begitu pun Irma di belakang tubuhnya. "Ibu! Bapak!" teriak Irma histeris, gadis itu langsung menghambur ke depan melewati tubuh Danu Adji yang masih berdiri kaku.

Irma bersimpuh di depan kedua sosok tubuh yang terbakar, seluruh tubuh Ratna dan Agus menghitam tak bernyawa lagi. "Ibu ... Bapak ... apa yang terjadi ... siapa yang melakukan ini, Bu, Pak? Kenapa jadi seperti ini ya, Gusti ...." Tangis Irma pecah, menangis histeris karena tak menyangka dan tidak percaya akan apa yang dia lihat saat ini.

Danu segera berjalan menghampiri Irma, berjongkok di sisi gadis itu dan menepuk bahunya. "Irma ikhlaskan kedua orang tuamu, maafkan aku yang tidak bisa melindungi mereka..Makhluk itu sangat kuat, dia sepertinya murka pada kedua orang tuamu, karena mereka melanggar janji mereka pada makhluk itu," ucap Danu Adji.

"Apa maksudmu, Kang?" tanya Irma di tengah isak tangisnya, ia menatap wajah lelaki yang ada di sampingnya itu dengan penuh tanda tanya.

***

Beberapa jam yang lalu.

Tok! Tok! Tok!

"Nak Danu Adji, nak! Tolong buka, cepat buka pintunya, nak Danu Adji!" Suara panik Ratna dan Agus di sampingnya.

Tok! Tok! Tok!

Ratna kembali mengetuk pintu rumah mewah model zaman dulu itu lagi, karena tak kunjung dibukakan oleh sang pemilik rumah. Tak lama pintu dibuka, sosok pria tampan kulit putih, perawakan tegak dan gagah menyambut kedatangan mereka dengan ramah.

"Bibi, Paman, ada apa gerangan kalian kemari?Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Danu Adji seraya mempersilahkan Agus dan Ratna untuk masuk ke dalam rumah.

Kondisi Agus dan Ratna saat itu sangat panik, takut dan cemas terlihat sekali dari raut wajah mereka saat itu. "Paman, Bibi bicaralah, jangan ragu ada apa sebenarnya?" tanya Danu Adji kembali karena kedua orang tua itu tak kunjung membuka mulut juga.

"Na-nak Danu, tolong anak kami, Irma, Nak. Dia sedang dalam bahaya!" ucapan Ratna dengan nada bergetar, tubuhnya juga tampak seperti mengigil dan mencengkram jari-jari tangannya sendiri.

"Ada apa dengan anak kalian? Aku akan bantu semampuku, tapi ceritakanlah lebih dulu," pinta Danu Adji seraya menyuruh kedua orang tua itu duduk.

Agus dan Ratna pun duduk di kursi kayu itu. "Begini, Nak Danu ... " ucap Agus menceritakan kisahnya pada Danu Adji dari awal sampai akhir.

***

Irma terkejut mendengar cerita Danu Adji barusan, gadis itu tidak menyangka ternyata ibu dan bapaknya sudah bersekutu dengan jin kafir.

"Ja-jadi ibu dan bapakku terlibat perjanjian dengan makhluk itu, Kang?" Tangis Irma kembali pecah, sungguh-sungguh tak menyangka kedua orang tuanya bisa nekad hanya untuk dirinya.

"Iya, Dek Irma. Kamu harus tabah, kamu harus sabar ya, Dek. Ikhlaskan mereka agar mereka bisa tenang," ucap Danu Adji seraya merengkuh pundak Irma.

"Ibu, Bapak ... kenapa kalian harus melakukan perjanjian terkutuk itu? Irma tak ingin menjadi cantik, Bu, Pak kalau ini semua harus dibayar sangat mahal. Irma tak akan sedih kalau Irma terlahir cacat, asal kalian tetap bersama Irma, Irma sama siapa kalau kalian pergi meninggalkan Irma ...." Tangis Irma semakin pilu, hatinya sangat hancur saat ini.

"Sudahlah, Dek. Mari kita panggil warga untuk membantu pemakaman kedua orang tuamu ya," ucap Danu Adji berusaha membuat Irma lebih tenang.

***

Pagi itu, acara pemakaman kedua orang tua Irma selesai. Irma masih bersimpuh di depan pusara ibu dan bapaknya menangisi kepergian mereka yang tragis. Apalagi tak sedikit warga yang simpang siur membicarakan sebab kematian Ratna dan Agus yang aneh dan sangat tiba-tiba membuat Irma semakin terpukul.

"Ibu ... Bapak ...." Suara tangis Irma lirih, air matanya belum juga mengering sampai saat ini.

"Dek Irma, kau yang sabar, Dek. Ini sudah takdir dari Gusti yang maha Agung, Dek. Kau ikhlaskan mereka yah." Tiba-tiba Tama sudah berada di samping Irma seraya merengkuh pundaknya.

"Kang Tama!" Irma menghambur ke dada bidang Tama menenggelamkan wajahnya di sana. Tangisnya pecah kembali, mengingat kini ia sudah yatim piatu.

Tama memeluk tubuh Irma, membelai kepala dan punggung gadis itu lembut. Tama memang sudah lama menyukai Irma, tapi ia belum berani mengungkap perasaannya pada gadis cantik itu.

Karena Irma hanya menganggapnya hanya sebatas teman dekat dan ketua Group Tama Jaya tempat Irma bekerja sebagai penari rongeng.

Tama menghela nafasnya lembut mengingat perasaan cintanya pada Irma yang tidak kunjung ia ungkapkan, tangannya masih membelai kepala dan punggung Irma lembut berusaha membuat gadis itu bisa lebih tenang lagi.

Terpopuler

Comments

Rosananda

Rosananda

aku mampir kak

2021-12-24

1

Maryani

Maryani

paling suka, novel yg tidak membawa² agama 🙃

2021-09-08

0

ArieEni

ArieEni

danu aji tokoh pahlawan kah?

2021-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!