Ratna membuka satu per satu kancing baju kebaya kain yang membalut tubuh Irma, putrinya perlahan. Perasaannya saat ini bercampur aduk, tapi rasa bersalah lebih dominan terasa mencekik lehernya.
Ratna tahu putrinya tengah memperhatikan wajahnya yang dipenuhi oleh aura kecemasan dan ketakutan. "Maafkan ibu, Irma, maafkan ..." batin Ratna menangis.
Membalut tubuh indah Irma dengan selembar kain carik batik, Ratna mulai mengaduk air di dalam jembangan batu kecil di hadapan Irma dengan gayung batok kelapa, dan mengambil satu gayung air lalu menyiramkannya tepat di puncak kepala Irma, putrinya.
Satu, dua, tiga gayung sudah jatuh menyirami tubuh Irma, terasa wangi bunga menyeruak di seluruh indra penciuman Irma, ia mengusap wajah ayunya dengan kedua telapak tangan, Ratna mulai membalurkan lulur ramuan rempah-rempah di seluruh tubuh Irma, putrinya.
Setelah ritual mandi Irma selesai, kini ibunya menuntun Irma menuju kamarnya, Ratna mendudukkan putrinya di kursi rias, ia mulai merias putrinya dengan sangat cantik, lalu memberikan baju kebaya pengantin juga kain carik batik yang sangat indah ke tangan Irma untuk segera di gunakannya.
Irma bingung kenapa ia harus didandani seperti ini, seakan ia akan dinikahkan saja, Irma menerimanya dengan ragu, meski sesungguhnya ia ingin membuka mulutnya ingin menanyakan sesuatu pada ibunya. Namun, ia ragu dan mengurungkan niatnya, Irma hanya menurut pada sang ibu dan segera mengenakan kebaya pengantin warna putih bersih itu membalut tubuhnya dengan dibantu oleh Ratna ibunya.
Kini Irma duduk di depan cermin, menatap dirinya di sana, kini ia mirip sekali mempelai pengantin wanita yang sangat cantik. Sanggulan di kepala yang dihias dengan bunga melati yang masih segar, harumnya menusuk penciuman. Ibunya kini sudah merubah putrinya menjadi seorang mempelai pengantin perempuan yang sangat menawan. Namun, dengan siapa ia akan menikah, di mana calonnya, dan kenapa tiba-tuba?
Pertanyaan itu terngiang di kepala Irma, tanpa ia bisa mengungkapkannya.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, Irma sudah siap merias dirinya dengan begitu sempurna, dari ujung kepala hingga ujung kaki ia terlihat begitu sangat menawan dan wangi tubuhnya begitu memabukkan.
"Kau tunggulah di sini Irma, suamimu akan datang sebentar lagi. Kau persiapkan dirimu ya, Nak," ucapan Ratna seakan mencekat tengorokan Irma seketika itu.
"Suami? Bahkan ia belum menikah dengan siapa pun, lalu siapa suami yang ibu maksudkan?" batin Irma.
Kini ia mulai takut, netranya menatap kepada ibunya yang berada di sampingnya, menunggu jawaban pasti dari mulut ibunya. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban apa pun yang keluar dari mulut ibunya. Ratna malah pergi meninggalkan Irma di dalam kamar sendirian tanpa menjelaskan apa pun.
Irma terus menatap dirinya di dalam cermin rias, bingung dengan apa yang kini terjadi. Lama ia tertegun di sana, kini ia mulai lelah dan memutuskan beranjak dari duduknya menuju ranjang. Irma duduk di tepian ranjang dan masih memikirkan ucapan ibunya.
"Siapa suami yang ibu maksud, di mana dia? Kenapa aku takut sekali ya Gusti, aku takut ..." batin Irma menjerit.
Waktu terus berlalu, malam semakin larut, suara hewan malam melolong bersahut-sahutan menambah mencekamnya malam ini, tiba-tiba sekelebat angin kecang menerpa tubuh gadis itu.
"Kenapa ngantuk sekali?" gumam Irma, tangannya menyentuh kepalanya yang pusing, kini matanya seakan terasa berat, memaksanya untuk segera menutup mata, "aku ngantuk, sebaiknya aku tidur saja, lagipula orang yang ibu maksud dari tadi tak kunjung datang juga," lanjutnya bergumamam, dan merebahkan tubuhnya di ranjang, lalu menutup matanya yang sangat berat untuk dibuka lagi, sekejap saja Irma sudah tertidur pulas.
Tak lama udara di dalam ruangan terasa begitu dingin menusuk tulang, dari arah celah ventilasi udara masuklah asap putih tebal yang begitu banyak. Masuk menerobos melewati lubang kecil, mengepul menggumpal membentuk tubuh tinggi besar, otot tangan dan kakinya terlihat kekar.
Sorot mata yang begitu tajam dan merah melihat tubuh indah Irma yang sedang tertidur pulas tak berdaya, gigi taring yang menyeringai meneteskan air liur yang keluar dari mulut makhluk itu seakan tak sabar menyantap makanan yang ada di depannya.
Sosok itu mendekati tubuh Irma perlahan, tubuhnya merangkak ke atas tubuh gadis itu dengan tatapan yang buas, kedua tangan kekar dengan kuku hitam runcing menyangga tubuh besarnya, ia menatap wajah ayu Irma dengan ***** yang memburu.
Makhluk itu menyeringai menampakan kengerian, makhluk itu mengendus wajah halus Irma, bulu-bulu kasar di wajahnya menyentuh wajah Irma membuat gadis itu mengeliat gelisah, tapi matanya tidak juga terbuka. Karena kini Irma sedang ada di dalam alam mimpi, sosok pria tampan sangat tampan perawakan tinggi besar dengan kaki dan tangan yang berotot kekar, kulit putih dan paras yang sangat tampan hadir di mimpinya.
Pria itu bertelanjang bulat memperlihatkan seluruh bagian tubuhnya yang kekar, pria itu mengendus wajah Irma lembut, menghujani wajah ayunya dengan ciuman bertubi-tubi dari pria itu. Merasa puas menciumi wajah Irma, makhluk itu pun mencium bibir ranum Irma dengan penuh gairah, ******* bibir merah ranum Irma dengan penuh *****.
"Eeerrr!" Makhluk itu mengerang merasakn kenikmatan yang ia rasa.
"Aaaah!" Irma mendesah kecil saat makhluk seram yang ia lihat dalam mimpi sebagai lelaki tampan itu mencium dan mencumbu leher dan mencumbui seluruh tubuhnya.
Makhluk itu terus mengeluarkan erangan dan geraman birahi yang memburu, saat tangannya menyingkap kasar kain carik penutup tubuh bagian bawah Irma, menampilkan kedua paha putih mulus Irma yang terlihat menggoda.
Makhluk itu mengendus dari ujung kaki menyusuri setiap inci tubuh sintal Irma yang terus bergerak erotis, Irma juga merasakan sensasi itu dari dalam mimpinya, makhluk itu berhenti di wajah Irma dan kembali ******* bibir ranum itu.
Turun ke dada dan makhluk itu menikmatinya, menjilati, mengigit dan menghisapnya dengan bernafsu. Erangan demi erangan keluar dari mulut makhluk buas itu, begitu juga ******* kecil terus lolos keluar dari sela bibir tipis Irma.
Suhu kamar yang tadinya terasa dingin menusuk tulang kini menjadi panas membara. Dua makhluk beda alam yang tengah memadu kasih di atas ranjang, malam itu begitu senyap sepi dan panas. Mencekam bagi sebagaian makhluk hidup yang lainnya. Namun, tidak bagi kedua makhluk hidup yang sedang bercinta malam ini.
Makhluk itu semakin liar memperlakukan tubuh Irma di atasnya, Irma merasakan sensasi nikmat yang menjalari tubuhnya, bereaksi dengan kasat mata, menghasilkan gerakan-gerakan erotis dan *******-******* kecil yang keluar dari bibir mungil Irma seakan menjadi irama tersendiri bagi sang makhluk mengerikan itu, sehingga membuatnya semakin liar mencumbui tubuhnya yang menggoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Hamsiy E Mischa
😎
2021-12-05
0
Charlie Wibisono
ngerii jg yaa thoor...
tp percaya siih... ama kejadian begituan...
2021-11-04
0
ibnu sabil
kasihan irma kadi korban
2021-09-21
0