Bab 13

Irma begitu terpukul lagi-lagi seseorang harus meninggal karenanya lagi. Irma sangat merasa bersalah, dia merasa ini sudah cukup, dan berpikir jangan pernah ada korban lagi.

"Kang Tama, sebaiknya kau pulang," kata Irma, seketika membuat Tama terkejut, ia mengerutkan keningnya sangat dalam.

"Kenapa?" tanyanya ingin tahu karena mendadak sekali Irma mengusir dirinya.

"Tidak apa-apa, Kang. Aku tak mau Akang dekat dengan Irma lagi mulai dari sekarang!" tegasnya menekankan perkataannya pada Tama.

Tama terkejut, dia tidak terima jika harus jauh dari Irma, ia sangat mencintainya dan tidak bisa terlupakan. "Tapi, apa alasannya, Dek? Kenapa akang harus menjauhimu, kenapa, Dek?" desak Tama sangat tidak terima.

"Ini demi kebaikanmu, Kang," sahut Irma, ia tak bisa mengatakan alasannya pada Tama saat ini, yang pasti Irma harus membuat Tama jauh darinya karena ia tidak ingin Tama berakhir seperti beberapa pria yang lain.

"Tidak bisa, Dek. Aku tidak bisa!" tekan Tama seraya memegang kedua bahu Irma dengan tatap mata yang memerah.

Irma segera menepis tangan Tama dari bahunya. "Ini demi kebaikanmu, Kang! Cepat pergilah, Kang, pergi!" sentak Irma dengan segenap perasaan sesal.

Irma segera masuk ke dalam rumahnya, dan menutup pintunya kasar. Tama berusaha mencegah pintu itu tertutup, namun terlambat. Irma bahkan sudah mengunci pintunya.

"Irma, buka pintunya,Irma. Buka!" teriak Tama frustasi, ia terus menggedor-gedor pintu rumah Irma dan terus berteriak seraya memohon. "Dek, tolong buka pintunya, Dek! Akang mohon, akang tidak sanggup harus menjauh darimu, Irma. Katakan yang sebenarnya ada apa?" lirih pria itu hingga hampir terisak, Tama sungguh tidak tahu apa kesalahannya hingga Irma mengusirnya dari hidup Irma.

Sementara Irma di dalam rumah, ia menyeluruhkan tubuhnya ke lantai, menyandarkan punggungnya ke permukaan pintu kayu rumahnya, Irma menangis tertahan karena rasa bersalah.

"Maaf, Kang Tama, kau harus menjauhiku. Aku tak ingin sahabat baikku akan menjadi korban selanjutnya, aku tidak bisa, aku tidak sanggup kalau akang mati karena aku nantinya," lirih Irma di sela isak tangisnya.

Sementara Tama di luar rumah masih belum bisa terima keputusan tiba-tiba Irma yang menyuruh Tama untuk menjauh darinya, tanpa salah dan dosa mengapa gadis itu berbicara begitu padanya.

"Irma, buka pintunya, Irma. Akang mohon kau jangan begini, jangan siksa akang seperti ini, Irma. Apa salah akang sampai-sampai kau hukum akang seberat ini?" lirihnya sangat sedih. "Irma, akang mencintaimu Irma, akang sudah mengatakan ini ribuan kali, walau hanya kuucap dalam hati, karena kutahu, sebanyak apa kumengatakan cinta padamu, maka sebanyak itulah kau menolakku. Tapi, itu tak masalah bagiku, itu tak membuat akang sakit hati, asal kita masih bisa bersama walau bukan berstatus sebagai sepasang kekasih.

Setidaknya akang masih bisa merasakan kehadiranmu, asal akang masih bisa melihat senyummu, dekat denganmu dan selalu ada di sisimu. Akang mohon maafkan akang jika akang ada salah. Akang berjanji tidak akan ninggalin kamu, akang akan antar jemput kamu setiap kali akan manggung, akang tidak akan membiarkan kau sendiri lagi, Irma ..." Tama terus saja mengoceh tanpa lelah.

Ucapannya mulai ngawur karena frustasinya, ia merasa Irma bersikap begitu karena kemarin malam dirinya pergi dan tidak bisa mengantar Irma pulang.

Itu tentu tidak mungkin, apa karena kesalahan sepele membuat Irma bersikap sedemikian keras?

Tama masih berdiri di depan pintu rumah Irma, tapi dari dalam tak terdengar jawaban sedikit pun, membuat Tama sangat terpukul dan kecewa. Dia mengepalkan telapak tangannya menatap lekat pada pintu rumah yang masih tertutup. Perlahan pria itu berbalik badan lalu melangkahkan kaki meninggalkan rumah Irma dengan langkah gontai tak bersemangat.

"Maaf, Kang. Ini demi keselamatanmu, kang Tama," lirihnya saat tahu Tama sudah pergi dari depan pintu rumahnya.

Ia langsung berdiri lalu berlari memasuki kamar tidurnya, Irma menutup pintunya dan kembali menangis marah.

"Aaaaaa! Kenapa, hah?! Kenapa kau lakukan ini semua padaku?! Dasar makhluk terkutuk, brengsek!" teriak Irma penuh kemarahah. "Apa maumu, hah?! Apa? Kurang ajar kau Iblis Jahanam!" umpatnya lagi. "Kau menghancurkan hidupku, kau buat aku untuk takut mencintai seseorang, kau bunuh mereka, kau pembunuh!" teriaknya geram penuh emosi yang meluap-luap di dalam dadanya. "Dasar makhluk sialan, makhluk terkutuk kurang ajar kau, Iblis Jahanam!"

Umpatan-umpatan terus keluar dari mulut Irma yang seumur hidupnya hanya mengatakan hal yang baik-baik dan penuh dengan ke lemah lembutan, tapi hari ini tidak, ini seperti bukan diri Irma yang sesungguhnya.

Irma sudah sangat lelah dengan semua teror makhluk itu, meski sosok mengerikan itu sudah tidak mengganggu dirinya, tapi dia tidak membiarkan pria lain mendekati Irma, sehingga Irma menjadi sangat takut jika jatuh cinta pada seorang pria.

Nafasnya tersengal karena emosinya yang menggebu, mulutnya akan segera membuka kembali dan sepertinya akan keluar umpatan-umpatan lagi untuk makhluk hitam menyeramkan itu. Namun, sebelum kata-kata Irma meluncur dari mulutnya.

Tiba-tiba angin kencang masuk dari celah ventilasi udara, membuat tubuh Irma bergoyang bagai terkena gempa, ruangan kamar Irma berguncang, kaca rias pecah berhamburan berkeping-keping, vas bunga, alat make up dan lain-lain yang ada di atas meja berterbangan dan berjatuhan, lukisan pemandangan yang terpajang di dinding kamar itu juga bergetar dan pada akhirnya terjatuh.

Irma gemetar sangat takut. "Hey, dasar makhluk terkutuk! Apa kau marah padaku, hah?! Bunuh aku, bunuh aku sekarang dasar makhluk biadab!" tantang Irma lantang walau terdengar getaran dari suaranya, Irma mencoba memberanijan dirinya.

Sedikit demi sedikit tapi pasti, angin itu keluar dari ventilasi udara, lalu menghilang menyisakan keadaan Irma yang begitu shock dan keadaan ruangan yang begitu berantakan karena baru saja terkena angin puyuh,

Irma menangis terisak dalam kesunyian setelah diterpa angin ancamab, kenapa hal buruk harus menimpa padanya? Dia sangat merindukan kedua orang tuanya yang sudah pergi meninggalkan Irma selamanya. Kehilangan orang-orang kesayangannya satu per satu, itu semua karena perbuatan Iblis terkutuk itu yang membuat hidupnya begitu tersiksa dan hancur.

***

Matahari merosot turun, ia lelah menampakan sinarnya, kini ia harus tidur di balik gelapnya malam. Suara hewan malam bersahutan menambah dinginnya malam ini. Irma membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ia lelah hari ini dan sangat mengantuk hingga pada akhirnya tertidur pulas.

***

"Maafkan aku, Irma. Aku hanya tak ingin hatimu merasakan cinta selain padaku suamimu ini," ungkap pria tampan bertubuh putih dan bertubuh kekar yang dadanya ditumbuhi bulu-bulu halus.

Tatapan mata pria itu sangat lekat menatap netra Irma yang hanya menatap wajah itu dengan seksama. "Aku cemburu, Irma," ungkapnya lagi, seraya membelai wajah cantik Irma. "Jangan marah lagi padaku, aku sangat mencintaimu Irma, ikutlah denganku dan terimalah aku sebagai suamimu.

Kita akan hidup bahagia di tempatmu yang baru bersamaku, kita akan hidup kekal abadi, Sayang," ucapnya lagi, perlahan wajahnya mendekat mengikis jarak di antara dirinya dan Irma.

Pria yang Irma sendiri tidak tahu namanya itu menempelkan bibirnya ke bibir Irma, sehingga membuat Irma terjaga dari tidurnya.

Terpopuler

Comments

Sri Erna

Sri Erna

danu ajiny kmn torr..

2021-12-18

1

Siti Lizardy

Siti Lizardy

Wadidaww........kutukan iblis smpai kpanpun merongrong trus. nyamar berbagai bentuk

2021-09-25

1

Exselyn Jelita

Exselyn Jelita

hey ...apa kabarnya Danu aji thooor 😍😍😍

2021-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!