Setelah banyak bicara dengan Adara yang mengeluarkan semua emosinya. Arhan berdiri di pinggir kolam renang dengan memejamkan matanya, mengusap wajahnya dengan kasar dan mencoba mengatur napasnya yang tidak stabil dengan dadanya yang naik turun.
Dari wajah Arhan sangat kelihatan. Jika Arhan menyesali apa yang telah di ucapkannya pada Adara. Tetapi bagaimana lagi. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan mungkin jika tidak seperti itu Adara tidak akan pernah sadar dan terus menyalahkan Arhan.
Yang padahal. Dirinya sendiri yang telah bersalah dan Arhan juga seperti itu. Karena tidak ingin orang tuanya di injak-injak oleh Adara yang tak lain sudah menjadi istrinya itu.
"Arhan!" tegur Herlambang membuat Arhan membalikkan tubuhnya dan melihat Herlambang berdiri di belakangnya.
"Pah," sahut Arhan.
"Papa tau kamu sangat marah kepada Adara dan papa berkali-kali mengatakan kepada kamu Adara istri kamu dan kamu berhak sepenuhnya untuk mendidiknya seperti apapun itu yang kamu inginkan. Jika itu untuk kebaikannya," ucap Herlambang.
"Iya pah," sahut Arhan.
"Papa akan menyuruh Adara untuk minta maaf pada ayah dan ibu kamu," ucap Herlambang.
"Tidak perlu pah. Aku tidak ingin dia melakukan suatu hal dengan terpaksa dengan tidak di inginkannya. Jika dia sadar apa yang di lakukannya salah. Jadi dia pasti akan meminta maaf dan papa tidak perlu membujuknya aku juga sudah bicara padanya sebelumnya," ucap Arhan.
"Baiklah kalau begitu. Papa sekali lagi minta maaf atas perlakuan pada orang tua kamu," ucap Herlambang yang menepuk bahu Arhan. Dan Arhan menganggukkan kepalanya menerima permintaan maaf tersebut.
Mungkin sedikit menyesal karena berkata kasar pada Adara. Tetapi jika tidak berkata seperti itu. Adara tidak akan pernah bisa sadar dan tidak akan menghargai dirinya. Jadi mau tidak mau Arhan harus tegas pada Arhan.
**********
Makan malam di kediaman Herlambang. Orang tua Arhan juga ikut makan bersama.
"Ayo Ibu Aminah dan Pak Amir kita nikmati makanannya," ucap Herlambang dengan sopan.
"Terima kasih Pak Herlambang. Maaf kami jadi merepotkan," ucap Aminah.
"Tidak apa-apa. Kalian sangat jarang ada waktu kejakarta. Jadi kita nikmati moment ini bersama dan kamu juga Arhan makan yang banyak sebelum kamu kembali ke Milan," ucap Herlambang.
"Iya pah," sahut Arhan.
"Pak Herlambang. Arhan akan kembali ke Milan. Lalu Azizie bagaimana apa dia ikut? Dan jika ikut lalu sekolahnya?" tanya Aminah.
"Arhan juga banyak pekerjaan dan tidak mungkin di tinggal terus. Untuk Adara dia tidak akan ikut dan akan tetap di sini dan jika Arhan ada senggang waktu bisa kembali ke Indonesia," jawab Herlambang.
Aminah dan suaminya saling melihat seperti ada yang ingin lagi di tanyakan mereka.
"Bu Amina pak Amir. Adara masih sekolah. Untuk pernikahan serius dan sewajarnya belum bisa di jalankan keduanya dan mungkin setelah Aadara selesai sekolah," jelas Herlambang dengan penjelasan yang mudah di mengerti.
"Dan semua ini usulan dari ku," sahut Arhan yang ternyata dia yang mengajukan semuanya dan di setujui oleh Herlambang.
"Ibu sama ayah jangan khawatir. Aku hanya tidak ingin membuat Azizie tertekan dengan keadaan ini. Pernikahan ini tetap ada. Hanya saja bedanya aku tidak bersamanya untuk sementara dan ini demi kebaikannya," jelas Arhan.
"Ayah sama Ibu tidak berhak untuk ikut campur Arhan dan jika memang itu yang kamu inginkan maka silahkan. Karena kamu pasti tau mana yang terbaik. Tetapi ingat Azizie itu istri kamu dan dia juga menjadi tanggung jawab kamu," ucap Amir mengingatkan.
"Itu pasti," sahut Arhan.
"Sudah-sudah tidak ada yang perlu di khawatirkan untuk hal ini. Sekarang kita sebaiknya makan," sahut Herlambang. Amir dan Aminah mengangguk
"Tuan maaf!" sahut Bibi yang tiba-tiba datang.
"Ada apa Bi?" tanya Herlambang.
"Nona Adara. Tidak mau keluar kamar," ucap Bibi.
"Ini sudah waktunya jam makan malam," ucap Herlambang.
"Tapi Nona Adara. Hanya diam dan tidak mau bicara," jawab Bibi.
Herlambang menghela napas dan melihat Aminah dan Amir yang kembali dia merasa tidak enak.
"Biar aku yang memanggil dia turun!" sahut Arhan yang berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi.
"Mari kita makan sembari menunggu mereka," ucap Herlambang.
"Iya Pak," sahut Amir dengan tersenyum.
Mereka juga tau Adara seperti itu karena keberadaan mereka di rumah itu yang mereka tai Adara sulit menerima mereka. Namun kedua orang tua Arhan pasti tidak tau alasan sebenarnya Arhan dan Adara menikah.
Arhan merasa tidak perlu menceritakan kehamilan Adara ke siapa-siapa. Jadi orang tuanya hanya tau mereka berdua di jodohkan. Karena orang tua Arhan tau. Herlambang mmepercai Arhan untuk menjaga Adara. Jadi wajar kalau di jodohkan. Walau sangat aneh menurut mereka.
Adara yang masih sekolah. Harus menikah dengan Arhan dan apa tidak bisa menunggu selesai sekolah dulu. Tetapi mereka tidak perlu mencari tau lebih lanjut lagi masalah itu. Yang penting sebagai orang tua mereka juga akan mengingatkan Arhan terus dan sabar kepada Adara.
**********
Arhan memasuki kamar dan melihat Adara yang berada di atas ranjang yang berbaring miring yang sepertinya sudah tertidur. Tetapi tidak tau juga apa Adara tertidur atau sebenarnya dia pura-pura tidur dan untuk memastikan hal itu Arhan harus melangkah memasukinya kamar tersebut.
Arhan mendekati ranjang dan melihat Adara dari dekat. Tidak jelas terlihat. Karena Adara membelakangi Arhan. Arhan menoleh ke atas nakas dan melihat cincin pernikahan Aadara yang di lepas Adara.
Bisanya cincin itu selalu terpasang di jari manis Adara. Namun kali ini di lepas Adara.
Ya tidak tau kenapa Azizie tiba-tiba saja harus melepas cincin tersebut. Mungkin Adara merasa sangat terhina dengan apa yang di lakukan Arhan barusa membuatnya tidak terima dan korbannya pada cincin itu.
Arhan hanya menghela napas saja dan memilih untuk kembali keluar dari kamar itu. Suara pintu kamar yang tertutup terdengar membuat Adara membuka matanya
Tidak ada yang di katakan Adara selain menghela napasnya yang apakah Adara merasa lelah atau bagaimana. Mungkin itu juga yang membuat Adara tidak ingin makan malam.
Karena masih ada orang tua Arhan di sana dan mungkin Adara juga sadar dengan sikapnya keterlaluan dan malu bertemu dengan orang tua Arhan yang sepertinya sangat di hormati Arhan.
Pada papanya saja dia begitu hormat yang padahal bukan darah dagingnya. Lalu bagaimana dengan orang tuanya sendiri makanya Arhan begitu marah saat Adara bertingkah kelewat batas.
Arhan harus kembali ke meja makan tanpa Adara.
"Adara tidak mau makan?" tanya Herlambang.
"Sepertinya Azizie kecapean dan butuh istirahat," jawab Arhan singkat.
"Tidak apa-apa. Biarkan Azizie istirahat," sahut Aminah.
"Kalau begitu mari kita lanjutkan makannya," sahut Herlambang.
Yang lainnya mengangguk dengan tersenyum dan mereka melanjutkan makan. Sebenarnya hati mereka tidak enak.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments