Brukkk.
Akhirnya mobil mewah itu menabrak pohon besar yang rindang. Yang tetap membuat Adara terluka dengan dahinya membentur depan mobil. Karena Arhan memang hanya melindungi perut Adara saja agar tidak terbentur apapun.
"Auhhhh," lirih Adara dengan suara berdesis yang mengangkat kepalanya dari benturan itu dengan memegang dahinya. Sementara Arhan menghela napasnya yang merasa lega dan melihat kearah Adara.
"Kau mencelakaiku!" Pekik Adara dengan marah. Arhan hanya mengatur napasnya yang naik turun tanpa mengatakan apa-apa kepada Adara dia memang melihat dahi Adara terluka.
"Aku akan mengadukan mu kepada papa. Kau sengaja melakukan semua ini kan. Aku akan mengadukanmu," tegas Adara dengan mengancam. Arhan tidak peduli dengan apa yang di katakan Adara. Arhan langsung keluar dari mobil yang sudah mulai berasap itu.
"Hey mau kemana kau? Apa kau tidak mendengarku! Hey!" teriak Adara dengan kesal. Yang ternyata Arhan membuka pintu mobil di bagian Adara.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Adara.
"Keluar!"
"Aku tidak mau! Kenapa kau mengatur diriku?" berontak Adara.
"Kalau begitu katakan pesan terakhirmu pada papamu. Maka akan aku sampaikan," ucap Arhan membuat Adara bingung.
"Apa maksud mu?" tanya Adara heran.
"Lihat mobilnya akan meledak sebentar lagi," ucap Arhan mengingatkan. Adara pun melihat kedepan dan kaget melihat banyaknya asap yang keluar dari mesin mobil itu.
Dalam kebengongan Adara dengan menyempatkan mengambil obat yang barusan tadi di tebusnya di rumah sakit Arhan langsung menggendong Adara apa bridal style yang membuat Adara kaget dan Arhan langsung berlari dengan cepat.
Dorrr
Mobil itu langsung meledak membuat Adara memejamkan matanya dan untung mereka sudah berhasil lari dengan selamat yang cukup jauh dengan Arhan yang terduduk dengan ke-2 lututnya menyentuh tanah dan Adara masih berada di gendongannya.
Adara masih memejamkan matanya sementara Arhan yang merasa lega. Karena berhasil selamat. Arhan melihat melihat ke arah Adara dengan melihat wajah cantik yang terlihat takut itu.
Perlahan mata indah itu terbuka dengan dan melihat dengan sayu pria yang masih menggendongnya dengan ke-2nya kembali saling melihat.
Suara ledakan demi ledakan di dalam mobil tidak membuat ke-2nya untuk berhenti saling menatap. Dan sampai beberapa detik Adara yang tersadar dan refleks langsung mendorong Arhan.
"Berani sekali kau menyentuhku!" umpat Adara dengan kesal yang sudah menjauh dari Arhan dengan Adara mengusap-usap kulitnya seolah sangat jijik di sentuh Arhan.
"Kau pikir siapa dirimu yang menyentuhku!" teriak Adara yang masih tidak terima dengan perlakukan Arhan.
"Mana ada orang menggendong tanpa bersentuhan dan aku tidak mungkin mencari sarung tangan lagi untuk melapisi kulitku dan kulitmu yang adanya aku keburu mati bersamamu," ucap Arhan dengan datar.
"Tetap saja kau tidak seharusnya menyentuhku. Apa kau puas membuatku sial hari ini. Kau mencelakaiku dengan sembarangan mengendarai mobil dan kau membuatku terluka dan juga hampir mati," umpat Adara yang mulutnya merocos terus seperti rel kereta api.
"Itu baru hampir dan kamu belum sempat mati," ucap Arhan.
"Itu sama saja. Aku akan mengadukan semua perbuatan mu pada papa. Kau ingat itu!" Ancam Adara. Arhan hany diam saja yang menghela napas mendengar semua keluhan Adara.
**********
Arhan dan Adara duduk di dalam hutan dekat kecelakaan mobil mereka. Mereka duduk bersebelahan yang mungkin sedang menunggu seseorang.
Eheg! Eheg! Tiba-tiba Adara ingin muntah yang perutnya memang terasa sangat mula.
"Minum ini!" sahut Arhan memberikan obat yang tadi sempat di ambilnya dan Adara langsung mengambilnya dengan kasar.
Adara memang merasa mual dan langsung meminum obat itu dan untung saja Arhan masih sempat mengambil obat tersebut yang pada akhirnya di butuhkan Adara juga.
*********
Dengan menggunakan ponsel. Adara dan Arhan jelas sudah sampai rumah mewah Adara. Sampai dengan selamat yang pasti banyak yang menjemput mereka dan memastikan keadaan mereka. Dahi Adara yang terluka sudah di obati oleh BI Sri di dalam kamarnya.
"Aku akan mengadukan semua perbuatannya kepada papa," ucap Adara.
"Untuk apa Non. Lagian mas Arhan pasti sudah menceritakan kronologi yang sebenarnya," ucap Bibi.
"Dia pasti mengarang cerita, agar papa tidak memarahinya dan aku tidak akan membiarkan hal itu. Dia sudah membuatku hampir mati dan dia ingin lolos begitu saja. Papa harus memberi orang yang selalu di banggakannya itu hukuman yang berat," ucap Adara dengan kesal yang mengepal tangannya. Bibi hanya geleng-geleng yang merasa hal itu memang tidak perlu di lakukan.
"Aku harus temui papa sekarang," Adara berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi.
"Nona Adara!" panggil Bibi dan Adara tidak mendengarnya yang langsung pergi saja tanpa peduli apapun.
"Ya ampun Non. Kenapa harus memperbesar masalah Non. Sudah untung Nona dan mas Arhan selamat dan tidak terjadi apa-apa," batin Bibi dengan menghela napas.
Bagi Adara ini adalah kesempatannya untuk membuat nama Arhan jelek dan dia bisa bebas dari Arhan. Padahal Arhan sama sekali tidak pernah mengatur dirinya. Mungkin karena pernikahan itu membuat Adara merasa. Jika dirinya sudah berbeda dengan orang-orang lain
*********
"Papa masih percaya dan masih mengatakan dia pria yang baik. Setelah dia mencelakai anak papa sendiri. Anak satu-satunya papa dan papa cuma punya Adara dan Adara hampir mati di tangannya," ucap Adara mengeluh di hadapan Herlambang yang duduk di ruang kerjanya Ndan Adara berdiri di depannya.
"Dia tidak bisa menjaga Adara dan hanya bisa mencelakai Adara saja. Papa harus menghukumnya dan tidak mempercayainya. Nyawa Adara bisa melayang karena perbuatannya," lanjut Adara.
"Tapi semua kesalahan ada pada kamu Adara," sahut Herlambang dengan suara datar membuat dahi Adara mengkerut
"Apa maksud papa?" tanya Adara.
"Papa menyalahkan Adara?"
"Adara korban pah yang hampir mati dan dia yang menyetir lalai dan mobil itu meledak dan semua gara-gara dia dan papa masih membelanya," ucap Adara.
"Brian ketua OSIS di SMA Erlangga. Apa ada hubungannya dengan kehamilan kamu?" tanya Herlambang dengan mengalihkan pembicaraan dan menanyakan sesuatu yang pasti sudah di ketahuinya.
"Kenapa bisa lari kesana pah. Kita sedang membahas anak angkat papa dan bukan membahas masalah Adara," tegas Adara.
"Kamu katakan saja Adara dengan sejujurnya dan jangan banyak mengeluhkan atau menceritakan kronologi yang sudah papa dengar sebelumnya dari Arhan dan Lala tidak perlu kronologi dari kamu," jawab Herlambang.
"Issss jadi dia sudah menceritakan semua pada papa. Sial aku sudah menduganya. Jika dia memang akan cari pembelaan terlebih dahulu," batin Adara dengan kesal yang keduluan oleh Arhan.
"Kenapa diam Adara. Apa dia orangnya?" tanya Herlambang.
"Apa yang terjadi padaku. Tidak ada urusannya dengan Brian atau teman satu kelas ku yang lain," tegas Adara.
"Lalu siapa Pria itu? Kenapa kamu tidak ingin mengakuinya sampai sekarang?" tanya Herlambang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments