Setelah mengganti pakaiannya. Akhirnya Adara di periksa oleh Dokter. Adara yang sudah berada di salah satu ruangan dengan Arhan yang menunggu di dalam yang duduk di salah satu bangku yang ada di ruangan itu. Dokter wanita itu selesai memeriksa Adara.
"Sudah selesai," ucap wanita cantik itu. Dokter yang memeriksa Adara. Adara tidak mengatakan apa-apa dan langsung duduk.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Arhan
"Nona Adara tidak apa-apa. Mual-mual saat hamil itu hal yang biasa," jawab Dokter tersebut dengan singkat.
"Kalau begitu berikan obat untuknya. Agar dia tidak mual-mual lagi dan tidak mengganggu dirinya!" titah Arhan.
"Baik tuan," jawan Dokter tersebut yang langsung duduk bangkunya dan langsung menuliskan resep. Sementara Arhan yang melihat Adara yang ingin turun dari kursi langsung berdiri untuk membantu Adara.
"Aku bisa sendiri," ketus Adara yang tidak ingin di sentuh.
Arhan pun tidak jadi membantu Adara dan membiarkan Adara turun dari tempat tidurnya. Namun tiba-tiba bajunya tersangkut dan membuatnya kesulitan untuk turun. Adara sudah berusaha. Namun tetap tidak bisa dan sementara Arhan berdiri saja dengan cuek yang masih di samping Adara.
"Kenapa diam saja! Bantu aku!" ucap Adara dengan kesal.
"Kau bisa melakukannya sendiri. Jadi belajarlah untuk sendiri," ucap Arhan dengan suara datarnya.
"Kau!" geram Adara kesal.
Dokter yang ada di ruangan itu tersenyum sembari geleng-geleng kepala. Melihat Adara dan Arhan yang menggemaskan dengan pertengkaran itu.
Karena Arhan tidak membantu Adara. Jadi Adara benar-benar berusaha sendiri sampai akhirnya Adara bisa turun dari ranjang dan langsung keluar dari ruangan itu.
"Nona resepnya belum!" panggil Dokter.
"Tidak apa-apa. Biar saya saja," sahut Arhan.
"Baik tuan," jawab Dokter tersebut.
"Ini tuan!"
"Bisa tebus resepnya dan obatnya di minum secara teratur. Ada juga vitamin yang akan membantu perkembangan janin," jelas Dokter dengan singkat.
"Baiklah kalau terimah kasih," ucap Arhan.
"Sama-sama tuan," sahut Dokter tersenyum dengan tersenyum simpul.
"Kalau begitu saya permisi!" Pamit Arhan.
"Silahkan tuan!" sahut Dokter tersebut dan Arhan langsung keluar dari ruangan tersebut.
**********
Sebelum keluar dari rumah sakit. Arhan menebus obat tersebut dulu. Ada beberapa obat yang di butuhkan Adara. Sementara Adara yang sudah menuju parkiran. Dia memang sudah merasa enakan.
"Lama sekali sih dia! Emang dia di mana? Dasar menyebalkan!" umpat Adara dengan kesal yang tidak melihat Arhan sampai detik ini dan dia juga masih sangat kesal dengan Arga yang di dalam ruangan Dokter tadi.
"Adara!" tiba-tiba ada yang menegur Adara membuat Adara membalikkan tubuhnya dan ternyata itu Brian teman 1 sekolah Adara.
"Brian!" lirih Adara dengan wajah kagetnya yang mendadak panik dengan kehadiran Brian yang langsung menghampiri Adara.
"Kamu ada di sini Adara?" tanya Brian.
"Oh iya," jawab Adara dengan gugup.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Brian.
"Hmmm aku, aku sedang, aku...."
"Bagaimana ini. Apa yang harus aku katakan!" batin Adara kebingungan yang tidak mungkin mengatakan jika dia periksa kandungan.
"Azizie!" panggilan yang terdengar dengan suara berat yang terdengar indah itu membuat Adara dan Brian melihat ke arah suara tersebut. Ternyata Arhan yang sudah kembali.
"Azizie! Siapa Azizie?" tanya Brian dengan wajah bingungnya.
Adara tidak menjawab dan malah panik. Jika Brian tau atau mencurigai dirinya yang berada di rumah sakit. Sementara Arhan yang juga melihat pria yang memakai seragam sekolah yang sama seperti Adara. Tanpa bertanya Arhan sudah bisa menebak jika Pria itu adalah orang yang satu sekolah dengan Adara.
"Ayo masuk!" titah Arhan dengan suara dingin yang menghiraukan pria dengan wajah penuh dengan kebingunnya itu.
"Maaf Brian aku duluan," ucap Adara yang langsung masuk mobil yang pintunya sudah di bukakan oleh Arhan.
"Tapi Adara. Kenapa buru-buru sekali. Kamu belum menjawab pertanyaan ku?" tanya Brian.
Adara menghiraukan Brian dan Adara langsung memasuki mobil yang kemudian di susul Arhan tanpa Arhan mengatakan apa-apa kepada Adara.
"Adara!" panggil Brian. Namun tidak ada respon sama sekali sampai mobil itu pergi.
"Aneh sekali, aku bertanya padanya. tetapi dia tidak menjawab dan malah pergi," batin Brian dengan kebingungan.
************
Adara dan Arhan berada di dalam mobil dengan ke-2nya yang hanya diam saja.
"Siapa dia?" tanya Arhan dengan suara beratnya dengan tetap menatap lurus ke depan.
"Tidak semua urusanku harus kau ketahui," jawab Adara dengan ketus.
"Tapi aku harus tau siapa dia," sahut Arhan.
"Untuk apa kau harus tau. Kau tidak perlu tau dengan semuanya," tegas Adara.
"Untuk memastikan jika bukan dia ayah dari anak yang kau kandung," jawab Arhan membuat Adara melihat dengan serius ke arah Arhan dengan mata Adara menatap tajam. Mungkin Adara sangat mudah tersinggung jika menyangkut kehamilan. Makanya langsung menatap tajam Arhan.
"Kenapa? Apa memang dia orangnya?" tanya Arhan melihat ke arah Adara dengan ke-2nya saling tatap dengan arti yang berbeda. Jika tatapan Arhan ingin penjelasan. Maka tatapan Adara penuh dengan kemarahan.
"Jadi dia orangnya!" tebak Arhan menerka.
"Tutup mulutmu!" sentak Adara dengan mengepal tangannya.
"Bukan dia orangnya?" tanya Arhan.
"Diam!" teriak Adara dengan bertambah marah.
"Kau hanya menikahi ku dengan perintah yang kau ambil dari papa dan selebihnya kau tidak berhak mengatur hidupku dan ingin sok tau semua tentangku. Apa lagi tentang urusanku," tegas Adara.
"Aku harus tau. Karena semenjak menikahimu. Kau adalah kewajibanku termasuk untuk mencari tau siapa ayah dari anak yang kau kandung," tegas Arhan.
"Lalu jika kau tau. Kau mau apa hah! Aku sudah terlanjur menikah dengan mu. Kau mau menyuruhnya untuk bertanggung jawab kepadaku atau kau mau melakukan apa kepadanya. Menyerahkan kepada papa. Lalu apa selanjutnya hah!" ucap Adara dengan marah-marah kepada Arga.
"Apa benar kata papa. Jika kau melindungi Pria itu?" tanya Arhan.
"Lalu jika iya kenapa? Kau mau apa," jawab Adara dengan menantang Arhan.
Mereka berdua kembali saling melihat dengan sama-sama menatap tajam. Bahkan Arhan tidak menyadari jika dia sedang menyetir dengan kencang dan di depan mereka ada truk yang melaju dengan kencang. Adara yang melihat kedepan kaget dengan matanya yang melotot.
"Awas!" teriak Adara.
Arhan langsung melihat kedepan dan tidak kalah kagetnya dengan mata yang melotot melihat hal yang sama seperti Adara. Truk yang semakin dekat membuat Arhan langsung membanting stir ke kanan dan mobil itu menabrak pembatas jalan.
"Argggg," teriak Adara yang mana mobil itu sudah melaju ke arah yang tidak tentu yang mengenai semak-semak. Arhan berusaha melindungi Adara dengan melentangkan tangannya di depan Adara yang takut Adara sampai kenapa-kenapa.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments