Sementara di sisi lain. Di ruangan Herlambang yang mana Herlambang sedang berhadapan dengan Arhan yang mereka sama-sama duduk di Sofa.
"Arhan!" ucap Herlambang.
"Iya pah," sahut Arhan dengan tenang
"Terima kasih kamu sudah mau menikah dengan Adara," ucap Herlambang.
"Saya hanya melakukan apa yang di perintahkan dan papa tidak seharusnya berterima kasih kepada saya," ucap Arhan dengan datar.
"Saya tau kamu sangat terpaksa untuk semua ini. Saya tau kamu tidak mudah menuruti kemauan saya. Karena menikah dengan wanita yang bisa di katakan tidak kamu inginkan. Itu bukan hal yang mudah dan kamu akan mengalami kesulitan yang sangat banyak," ucap Herlambang yang menyadari hal itu.
Arhan terdiam yang memang apa yang di katakan Herlambang adalah kebenarannya.
"Maafkan saya jika membuat masalah dan kesulitan di dalam kehidupan kamu," ucap Herlambang.
"Tidak perlu minta maaf pah," sahut Arhan dengan singkat.
"Arhan sekarang Adara sudah menjadi istri kamu. Saya serahkan dia kepada kamu untuk kamu bertanggung jawab kepada Adara. Saya sebagai orang tua gagal mendidik Adara sampai Adara seperti ini dan saya berharap kamu tidak gagal mendidiknya sebagai suami," ucap Herlambang.
Kata-kata Herlambang sudah menjelaskan tentang pernikahan ini sangat serius dan bukan hanya menikah saja. Lalu Arhan lepas tangan. Karena dia juga ada pekerjaan di Luar Negri. Tetapi nyatanya dia justru mendapat tanggung jawab besar atas diri Adara. Atau Azizie nama panggilan yang di milikinya.
"Kamu tidak keberatan Arhan?" tanya Herlambang.
"Baiklah. Jika memang Azizie akan menjadi tanggung jawab saya. Maka saya akan berusaha sebaiknya. Namun mohon izinkan jika cara itu dari saya," ucap Arhan yang sangat sopan bicara pada Herlambang.
"Pasti. Kamu bukan kakak angkat Adara lagi. Tetapi kamu sudah menjadi suami Adara," ucap Herlambang.
"Baiklah pah. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Arhan yang berdiri dari tempat duduknya.
"Bibi sudah memindahkan koper kamu ke dalam kamar Adara," ucap Herlambang yang membuat Arhan kaget mendengarnya.
"Apa ini tidak terlalu cepat dengan melihat Azizie yang tidak terima dengan hal ini," ucap Arhan yang tau. Jika yang keberatan nantinya adalah Adara.
"Dia tidak akan pernah menerima semua ini sampai kapanpun. Anak itu keras kepala. Jadi tidak ada yang perlu di tunggu," ucap Herlambang.
"Apa itu artinya saya yang akan mengatasinya?" tanya Arhan.
"Semua tanggung jawab saya. Saya serahkan kepada kamu. Seperti apa yang saya katakan," ucap Herlambang membuat Arhan menghela napasnya.
"Baik pa," jawab Arhan yang hanya bisa menjawab baik saja atas apa yang di perintahkan.
"Terima kasih Arhan," ucap Herlambang. Arhan hanya menganggukkan kepalanya dan langsung pergi dari tempat tersebut.
**********
Adara berada di dalam kamarnya dan Adara melihat Bi Sri yang masuk kamar dengan membawa koper.
"Koper siapa itu?" tanya Adara.
"Mas Arhan Non," jawab Bibi.
"Kok di masukkan ke ka kamar saya?" tanya Adara bingung.
"Tuan yang memerintahkannya non," jawab Bibi.
"Kenapa?"
"Untuk apa?"
"Mas Arhan sudah menjadi suami Nona dan tuan menyuruh mas Arhan satu kamar dengan Nona," jelas Bibi.
"Kenapa? harus seperti itu?"
"Ini kamarku dan tidak ada yang boleh tinggal di kamarku. Kecuali aku sendiri dan termasuk dia yang tidak boleh berada di sini!" tegas Adara yang pasti protes.
"Tapi ini perintah tuan Nona," jawab Bibi.
"Bukannya Bibi bilang pernikahan ini hanya simbol saja. Dan dia juga akan pergi. Lalu kenapa dia ada di sini dan malah tinggal di kamarku," ucap Bibi.
"Maaf non Bibi tidak tau. Itu keputusan tuan," jawab Bibi dengan menunduk.
"Itu berarti Bibi membohongi aku. Bibi tidak bilang sebelumnya seperti ini. Bibi sama saja menipuku. Bibi jahat," ucap Adara yang menyalahkan Bibi dengan Adara yang menangis.
"Jangan menyalahkan Bi Sri Adara?" tiba-tiba terdengar suara yang membuat Adara langsung melihat ke arah pintu. Herlambang yang berdiri di depan pintu.
"Papa melakukan semua ini!"
"Kenapa pah?"
"Kenapa ingin menghancurkan kehidupanku. Apa seorang anak yang hamil tanpa menikah sudah tidak punya kehidupan lagi. Apa hidupku selanjutkan akan di tangan papa," ucap Adara dengan bantahannya.
"Berapa kali papa harus mengatakan kepada kamu. Jika semua yang papa lakukan itu demi kebaikan kamu? Apa kamu tidak mendengar!" ucap Herlambang.
"Ya semua yang papa katakan demi kebaikan ku. Semua kebaikanku. Sampai aku tidak tau mana yang baik untukku dan mana yang tidak. Pah dia mananya yang baik pah kenapa melakukan sesuatu yang membuatku harus seperti ini. Papa sudah salah dengan menikahkanku dengan usia ku yang masih muda dan jika memang papa ingin menutupi semuanya. Papa bisa mengirimku ke Luar Negri. Jika papa takut malu dengan kehamilanku. Papa tidak perlu menikahkanku dengan orang sembarangan," tegas Adara.
"Cukup Adara!" bentak Herlambang.
"Arhan bukan pria sembarangan dan kamu tau dia. Dia pria yang baik dan salah satu anak angkat papa yang baik," tegas Herlambang.
"Kalau begitu kenapa tidak papa nikahkan saja aku dengan semua orang-orang yang papa asuh. Karena aku yang sudah hamil tidak tidak punya nilai lagi bagi papa sampai menyerahkan kehidupan dan masa depanku untuk orang sembarangan!" bentak Adara.
"Cukup Adara!" Bentak Herlambang yang ingin menampar Adara. Namun tangannya masih di tahannya dan di jatuhkannya sendiri dengan kasar.
"Papa tau Adara. Kamu itu sangat marah dan kesal kepada papa. Lalu apa kamu pikir papa tidak marah dan tidak kecewa kepada kamu. Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan papa. Putri kesayangan papa yang menghancurkan mimpi papa dan papa masih memberimu ampunan dengan menyelamatkan hidupmu. Jadi berhenti Adara. Berhenti untuk membantah dan protes pada papa. Suatu saa nanti kamu akan paham kenapa papa melakukan semua ini kepada kamu," ucap Herlambang yang membuat air mata Adara terus mengalir dengan napasnya yang naik turun.
"Terima semua ini dan jangan pernah membantah apa-apa lagi. Papa punya caranya yang terbaik untuk kamu dan Arhan adalah Pria yang baik dan dia suami kamu. Jadi hormati dia," tegas Herlambang.
"Tinggalkan dia Bi sri," ucap Herlambang.
"Baik tuan," sahut Bibi.
Sebelum keluar dari kamar itu Bibi membelai rambut Adara dengan wajah Bibi yang juga sangat sedih dan berkaca-kaca.
"Nona harus menerima semua ini. Semua ini demi kebaikan Nona," ucap Bibi mengatakan begitu lembut dan langsung pergi keluar dari kamar Adara dengan menutup pintu kamar Adara.
Adara memejamkan matanya dan terduduk lemas di lantai dengan air matanya yang mengalir deras dan menangis tersedu-sedu sampai tidak bisa bicara apa-apa lagi.
Krekkkk.
Pintu kamar terbuka kembali setelah Adara menangis hampir beberapa menit. Adara melihat ke arah pintu dengan mengangkat kepalanya yang ternyata pria tegap yang masih memegang kenopi pintu siapa lagi jika bukan Arhan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Rochsdha Andriani
gemmeeeesssssyyy sm adara
2024-02-28
0