Adara dengan kekesalanya yang langsung memasuki kamarnya dengan duduk kasar di pinggir ranjang dengan hatinya yang bergerutu dengan mengumpat penuh dengan kekesalan.
"Menyebalkan!" umpat Adara dengan kesal yang mengepal tangannya.
"Papa terus saja membelanya dan bahkan tidak peduli denganku. Di depan orang lain papa juga ingin menamparku. Aku seakan bukan Putrinya lagi. Aku sudah seperti orang asing yang tidak di anggap," umpat Adara dengan terus marah-marah yang penuh dengan emosi dengan mengepal tangannya.
"Pernikahan ini tidak pernah aku inginkan dan bukan urusanku. Jika dia punya orang tua dan aku harus bersikap baik pada orang tuanya. Dia saja tidak pernah bersikap baik kepadaku," Adara terus saja mengeluh dengan mengumpat penuh kemarahan.
Ceklek.
Pintu kamar terbuka membuat Adara langsung melihat ke arah pintu yang ternyata Arhan yang membuka pintu kamar cukup kasar.
"Untuk apa kau datang. Pergi sana dan urus orang tua mu itu!" sentak Adara dengan marah-marah kepada Arhan sampai napas Adara naik turun yang seperti menahan emosi yang menggebu-gebu.
Adara berdiri dan mendekati Arhan yang seolah menantang Arhan dengan amarah yang ingin di luapkan nya.
"Pergi aku bilang! Kau itu puas dengan semua yang terjadi. Itu yang kau inginkan di mana aku di permalukan dan menjadi orang yang paling terhina!" bentak Adara yang mendorong Arhan keluar dari kamarnya dengan kasar.
"Cukup Azizie!" bentak Arhan membuat Adara tersentak kaget dengan memejamkan matanya yang pertama kali mendengar suara keras Arhan.
"Kau berani membentakku. Kau pikir kau siapa!" sentak Adara tidak terima dengan bentakan itu.
"Aku suamimu dan aku punya hak untuk membentakmu. Jika kamu sudah keterlaluan!" tegas Arhan yang semakin menguatkan volume suaranya.
"Kau yang keterlaluan. Kau datang merusak kehidupanku. Semenjak kehadiranmu. Papa sudah tidak peduli kepadaku dan terus marah kepadaku. Lebih membelamu di bandingkan aku. Jadi kau yang keterlaluan dan seharusnya aku marah kepadamu dengan kau yang masuk kedalam hidupku!" teriak Adara dengan semakin emosi.
"Apa katamu aku yang keterlaluan. Apa kau tidak sadar Azizie dengan apa yang kau lakukan tadi hah! Apa kau tidak sadar dengan perbuatanmu. Orang yang kau ajak bicara itu adalah orang tuaku. Jika kau membenciku aku tidak masalah menerima sikapmu yang seperti anak-anak. Tetapi di bawah sana adalah orang tuaku. Apa begini caramu menghargai orang yang lebih tua," tegas Arhan dengan menekan suaranya dan matanya yang melotot. Banyak emosi yang sejak tadi di tahannya dan ingin di letakkannya.
"Aku tidak peduli!" teriak Adara.
"Kau memang tidak pernah peduli dan sangat egois!" teriak Arhan tidak kalah kerasnya di depan Adara sampai membuat wajah Adara reflek mundur.
"Kau tidak peduli dengan kehidupan orang lain. Kau selalu merasa paling tersakiti dan paling menjadi korban. Sadar Azizie di sini aku yang menjadi korban. Aku harus mengorbankan semua hidupku demi menikah dengamu. Menikahi wanita yang sudah hamil sepertimu," teriak Arhan yang sudah tidak bisa mengendalikan emosinya.
Adara menetaskan air matanya mendengarkan penghinaan Arhan. Terasa berbeda jika Arhan yang mengatakan itu sangat sakit bagi ada tombak yang menusuk hatinya.
"Kau!" Adara ingin mengangkat tangannya ke pipi Arhan.
Namun Arhan menghentikannya dengan menangkap tangan Adara mencengkram pergelangan tangan itu dan membuat jarak di antara mereka semakin dekat dengan Arhan menarik Adara kepadanya.
Wajah yang saling berdekatan dan saling menatap tajam dengan napas yang sama-sama menggebu-gebu. Penuh emosi yang siap sama-sama di ledakkan.
"Kau tidak pantas melayangkan tangan kotormu kepipiku," tegas Arhan menjatuhkan kasar tangan Adara dengan sedikit dorongan sampai membuat Adara jatuh terduduk di atas tempat tidur.
"Kau kasar sekali!" umpat Adara dengan suara seraknya yang tidak percaya Arhan akan melakukan hal itu.
Arhan mendekati Adara dengan berdiri didepan Adara dan mencengkram pipi Adara dengan kepala Adara mendongak ke atas yang melihat Arhan.
"Aku bisa jauh lebih kasar kepadamu. Jika kau tidak menghentikan sikapmu. Maka aku tidak akan tinggal diam Azizie," tegas Arhan yang melepas kasar cengkraman itu membuat wajah Azizie kesamping dengan napasnya yang naik turun yang masih tidak percaya Arhan bisa seperti itu kepadanya
"Aku sudah bersabar kepadamu selama ini. Apa semua ini menurut adil untukku. Harus bertanggung jawab untuk bayi yang kau kandung. Bukan hidupmu Azizie yang berantakan. Tetapi justru aku yang harus mengorbankan semuanya. Harus menikah dan mengurus dirimu. Harus tahan dengan sikapmu seperti anak kecil," ucap Arhan dengan merendahkan suaranya yang baru mengeluarkan isi hatinya yang pasti selamat ini penuh keluhan.
"Kau yang membuat masalah Azizie dengan pergaulanmu dan pria menyentuh dirimu. Orang yang makan nangka dan aku yang kenak getahnya. Pria itu yang mendapatkan kehormatanmu dan aku yang harus bertanggung jawab untuk perbuatan kalian. Aku hanya mendapatkan bekas dan menerima perlakukan mu!"
"Kau pikir di dunia ini ada pria yang mau melakukan semua itu hah!. Aku punya segalanya Azizie dan aku bisa mendapatkan wanita yang lebih darimu. Jika bukan karena ayahmu. Aku tidak akan pernah sudi menikah dengan wanita yang di hamili pria lain!" Kecam Arhan membuat air mata Adara semakin mengalir deras dengan penghinaan Arhan dengan tangannya yang terkepal.
Ingin melawan ucapan Arhan. Tetapi seolah tidak punya kuasa. Karena tidak ada pembelaan dari apa yang di katakan Arhan.
Arhan yang mengeluarkan emosinya yang sejak tadi di tahannya tidak melihat wajah yang menangis itu. Karena wajah itu miring kesamping dengan rambutnya yang menutup pipinya.
"Aku masih punya hati Azizie kepadamu. Jika aku Pria jahat. Mungkin saat malam pernikahan aku pasti menyentuhmu untuk melampiaskan kemarahanku. Tapi kau pikir aku melakukannya. Aku mencoba menerima semuanya. Menerima dirimu dan anak itu. Tetapi kau tidak pernah sadar diri," tegas Arhan.
"Cukup kau menghinaku," sahut Adara dengan suara seraknya melihat Arhan dan wajah Adara sudah di penuhi air mata.
"Kau menganggapku sangat rendah. Tanpa kau tau apa yang terjadi pada diriku," ucap Adara.
"Kau sendiri menjadikan dirimu sangat rendah. Seharunya jika ada pria yang mau bertanggung jawab atas dirimu. Paling tidak kau sadar diri dan bersikaplah ingin di kasihani. Bukan egois dan merasa paling menjadi korban," tegas Arhan dengan merendahkan suaranya yang saling melihat dengan Aadara. Melihat bagaimana mata indah Adara yang sangat terpukul dengan penghinaan yang iya dapatkan.
"Kau sudah menguji kesabaran sampai sejauh ini Azizie. Aku berharap kau sadar dengan apa yang kau lakukan. Jika kau sudah seperti ini. Tidak ada yang perlu kau sombong kan. Jadi jaga sikapmu. Jangan sampai aku benar-benar tidak perduli kepadamu dan mengubah rasa simpatik ku menjadi jijik kepadamu!" tegas Arhan yang langsung pergi meninggalkan Aadara dengan keluar dari kamar dan menutup pintu kamar dengan kuat.
Pasti masih banyak yang ingin di sampaikan Arhan untuk menyadarkan Adara. Namun dia masih menahan karena melihat Adara sudah seperti itu.
Sepeninggalan Arhan. Adara hanya menangis dengan terisak-isak dengan menutup wajahnya dengan ke-2 tangannya.
"Arghhh!" teriak Adara yang terus menangis dengan tersedu-sedu.
Apa yang di katakan Arhan membuatnya pasti sangat terluka. Sepengatuhaan Adara Arhan adalah pria yang lembut dan sepanjang bersamanya ya Arhan sangat sabar kepadanya. Walau dia selalu membuat Arhan marah.
Tetapi pada kenyataannya. Tadi Arhan tidak bisa mengendalikan dirinya dan semua itu karena orang tua Arhan yang tidak di perlakuan dengan baik yang membuat Arhan harus mengeluarkan semua kata-kata kasar dan membuat hati Azizie sakit.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments