Herlambang mencoba menengakan dirinya dengan mengatur napasnya yang naik turun.
"Kau sudah menciptakan aib besar di keluarga ini. Kau pikir ada pilihan lain selain menikahkanmu untuk melanjutkan hidupmu dari kehancuran yang kau lakukan. Apa kau ingin mengugurkan anak itu. Apa kau ingin melakukan dosa lagi lebih parah. Bukannya kau belajar dari kesalahanmu. Tetapi kau malah memberontak. Semua yang papa lakukan hanya untuk hidupmu Adara. Untuk kelanjutan hidupmu Adara," tegas Herlambang dengan merendahkan suaranya yang mencoba bicara baik-baik tanpa emosi.
"Kau mempermalukan keluarga ini. Jadi menurut dan mengikut apa kata papa. Semua orang harus bertanggung jawab atas perbuatanmu," lanjutnya yang penuh penekanan menunjuk-nunjuk Adara.
"Pernikahan ini untuk menyelamatkan hidupmu. Dari pada aku membunuhmu sekarang. Lebih kau menuruti apa yang papa katakan," tegas Herlambang dengan penuh penekanan.
"Kalau begitu lebih baik aku mati dari pada harus menikah dengan orang yang tidak aku cintai," sahut Adara yang masih berani menjawab membuat mata Arhan melihat ke arah Adara.
"Kau berbicara soal cinta. Apa cinta yang kau katakan juga sampai dirimu menyerahkan kehormatan mu lada laki-laki itu!" teriak Herlambang yang mulai emosi.
"Tapi pernikahan tidak menyelesaikan masalahku pah. Aku lebih baik mati pah," ucap Adara kembali mengingatkan kematian.
Arhan hanya melihat saja bagaimana Adara yang sangat keras menolak dirinya. Sementara Lucia dan Mayang hanya menikmati keributan itu dengan senyuman mereka.
"Apa katamu kau ingin mati?" tanya Herlambang.
"Aku melakukan kesalahan yang besar aku membuat papa malu dan papa harus berpikiran tentang hidupku. Dengan semua yang terjadi, aku juga tidak punya kehidupan lagi dan untuk apa aku harus melanjutkan semuanya. Aku lebih baik mati dari pada harus menikah saat usiaku masih muda," ucap Adara dengan putus asa.
"Bagus! Ya lebih baik aku membunuhmu sekarang dari pada aku melihatmu hidup yang membuat malu," sahut Herlambang habis kesabaran yang langsung meninggalkan meja makan itu dan tidak tau kemana.
"Azizie apa yang kau lakukan?" tanya Arhan dengan panik yang sudah tau apa yang akan di lakukan Herlambang kepada Adara selanjutnya.
"Jangan ikut campur ini urusanku," sahut Adara.
"Tarik kata-kata mu kembali. Papa bukan orang yang bisa di tantang," tegas Arhan.
"Aku tidak peduli. Aku yang menjalani semuanya. Jadi jangan sok jadi pahlawan yang ingin menikahiku," sahut Adara dengan ketus.
"Azizie hentikan semuanya," tegas Arhan panik karena tau apa yang akan di lakukan Herlambang dan tebakan Arhan benar Herlambang kembali dan membawa cambuk.
Lucia dan Mayang sepertinya sangat menunggu-nunggu hal itu di mana Adara akan di hajar sampai mati oleh Herlambang.
"Kau ingin mati kan. Maka matilah dan bertemu dengan ibumu. Ceritakan kepadamu tentang ulahmu yang menjijikkan itu," ucap Herlambang dengan penuh emosi dan langsung mencambuk Adara.
"Arhhhh!" Adara mengeluh kepedihan baru cambukan pertama yang mengenai kulitnya sudah terasa begitu sakit.
Arhan pasti panik yang juga tidak ada yang bisa menghentikan Herlambang. Bibi Sri bahkan sangat takut yang melihat dari balik tembok melihat Adara yang di siksa.
Cambukan ke-2 berhasil membuat Adara terjatuh kelantai.
"Pah sudah hentikan," sahut Arhan yang memberanikan diri menghentikan Herlambang dengan berdiri di depan Herlambang.
"Minggir kamu Arhan aku ingin mengirim anak ini ke neraka supaya dia bisa bertanggung jawab dengan dosanya yang menjijikan itu," ucap Herlambang yang sudah habis kesabaran.
"Pah tenangkan diri papa. Azizie anak kandung papa. Hanya dia yang papa punya. Papa hanya akan menyesal jika menyakitinya dan jika masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya maka jangan sia-siakan," ucap Arhan berusaha membujuk Herlambang dengan menyadarkan Herlambang.
Tangan Herlambang bergetar memegang cambuk yang kembali ingin mencambuk Adara. Namun Adara yang terlihat sudah lemas tiba-tiba pandangan matanya rabun dan tidak jelas melihat orang yang ada di sekitarnya. Suara-suara itu semakin jauh yang akhirnya membuatnya jatuh pingsan.
"Azizie," lirih Arhan yang kaget dan langsung berjongkok melihat Adara yang pingsan.
Cambuk di tangan Herlambang langsung terjatuh tepat di dekat Adara.
"Ya ampun Non," sahut Bibi yang berlari ketika melihat Adara pingsan dan bibi pasti panik.
"Azizie bangun!" ucap Arhan yang menepuk pipi Adara yang tidak sadarkan diri.
"Tuan Nona Adara!" lirih Bibi yang takut.
"Bawa dia!" titah Herlambang. Arhan langsung menggendong Adara ala bridal style dan membawa Adara kekamar yang di ikuti oleh Bibi.
Herlambang memejamkan matanya dengan mengatur napasnya mengusap wajahnya dengan kasar yang mencoba untuk menengakan dirinya. Setelah merasa tenang dia pun meninggalkan meja makan itu yang menyisahkan Lucia dan Mayang.
"Hanya dua cambukan saja. Kenapa tidak sampai mati coba," umpat Lucia dengan kesal.
"Kak Herlambang selalu saja memberinya kesempatan. Heran bagaimana anak itu tidak membangkang terus," ucap Mayang dengan kesal.
"Mama benar. Lihatlah mah. Mama bilang dia mau di kirim ke Luar Negri. Luar Negri apanya. Dia masih di sini dan akan menikah. Hidupnya selalu enak," ucap Lucia dengan kesal.
"Tidak Lucia. Hidup Adara tidak akan pernah enak. Karena Adara akan terus memberontak dan membuat kak Herlambang akan semakin marah kepadanya," sahut Mayang.
"Asal benar saja," sahut Lucia.
*********
Arhan membawa Adara kedalam kamar dan membaringkan Adara di atas tempat tidur dengan perlahan.
"Ya ampun Non," ucap Bibi yang begitu mencemaskan Adara. Karena dia memang selalu berusaha untuk melindungi Adara dan sangat takut terjadi hal buruk pada Adara.
"Bagaimana ini Mas Arhan?" tanya Bibi.
"Bibi tolong panggil Dokter!" titah Arhan.
"Baik mas," sahut sahut Bibi yang buru-buru keluar dari kamar untuk menghubungi Dokter. Agar memeriksa Adara.
Namun Arhan yang duduk di samping Adara melihat wajah Adara yang terlihat penuh dengan tekanan. Arhan menyinggirkan rambut yang menutupi pipi Adara.
Wajah kesedihan dengan air mata yang masih ada di pipi itu terlihat jelas membuat Arhan menghela napasnya dan menatap wanita yang akan di nikahinya itu dengan tatapan yang tidak terbaca.
Bersimpatik, kasihan pasti bercampur aduk melihat kondisi Adara. Ya semua memang karena kesalahan Adara dan seharusnya Adara sudah tau resikonya dengan kehamilannya saat usianya remaja.
"Seharusnya kamu tidak membantah apapun Azizie. Semuanya mungkin membuatmu terkejut. Tetapi aku yang lebih terkejut," batin Arhan yang menatap penuh dengan simpatik pada Adara.
***********
Sementara Herlambang berdiri di depan kolam renang yang mencoba untuk menenangkan dirinya dengan melihat foto di ponselnya seorang wanita cantik yang menggendong anak kecil.
"Aku gagal mendidik anak kita. Maafkan aku Misya. Aku tidak bisa menjaga Putri kita sampai semua ini terjadi. Kamu pasti marah dan kecewa kepadaku maafkan aku Misya," batin Herlambang yang menatap foto istrinya yang penuh dengan kesalahan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Rochsdha Andriani
keren Thor
2024-02-28
0