Di sekolah Adara merasa tidak bersemangat dengan hari-hari yang di jalaninya di sekolah. Seperti sekarang ini. Dia hanya duduk anak tangga yang ada di lapangan basket dengan tatapan mata Adara yang kosong melihat orang-orang yang bermain basket.
Bukan karena melihat orang-orang tersebut. Tetapi memang pikirannya sedang tidak tenang sampai tidak fokus melihat orang-orang yang bermain basket yang padahal ada salah satu siswa yang sangat populer di sekolah itu yang sedang bermain basket
Brian ketua OSIS yang selalu menjadi bahan perbincangan para cewek-cewek. Brian juga salah satu teman 1 kelas Adara. Brian yang sangat aktif di bidang olahraga ini memang sangat populer dengan semua prestasi yang di milikinya. Termasuk dalam bermain basket.
Seperti sekarang ini di pinggir lapangan. Banyak cewek-cewek yang bersorak, meneriaki namanya yang mendukung Brian dan pasti sengaja untuk mencari perhatian pada Bria.
Tetapi Brian tampak cuek dengan cewek-cewek yang mengaguminya dan sudah memberinya dukungan yang luar biasa. Justru permainan tidak stabil dan kehilangan konsentrasi karena melihat Adara yang berada di anak tangga itu yang terlihat melamun.
"Woy Brian lempar bolanya!" teriak salah satu pemain yang membuat Brian kaget dan langsung melempar bolanya dan kembali melihat Adara yang sudah bersama dengan Noni.
"Makasih Noni," ucap Adara yang menerima botol minuman yang di berikan sahabatnya itu. Minuman kesukaannya susu Strawberry yang sangat nikmat.
"Kamu semenjak pelajaran Bu Siska tadi terlihat tidak konsentrasi dan kebanyakan melamun. Ada apa dengan kamu? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Noni.
"Iya aku baik-baik saja kok. Hanya tidak enak badan aja. Makanya tadi aku kurang konsentrasi dalam belajarnya," jawab Adara dengan tersenyum yang menutupi jika sebenarnya dirinya tidak baik-baik saja.
"Kalau kamu sakit. Kamu istirahat saja di UKS. Atau mau aku temani?" ucap Noni dengan menawarkan diri. Karena dia memang takut temannya itu kenapa-kenapa.
"Tidak usah Noni, aku tidak perlu ke UKS kok, aku sekarang sudah merasa baikan kok," jawab Adara yang tidak ingin merepotkan orang lain.
"Ya sudah kalau begitu. Minumannya jangan di pegang aja. Ayo di minum!" sahut Noni yang mempersilahkan Adara untuk minum dan Adara langsung meminumnya.
Eheg.
Tiba-tiba Adara memuntahkan minuman membuat Noni kaget.
"Ya ampun Adara kamu kenapa?" tanya Noni panik.
"Rasanya sangat aneh dan membuatku ingin muntah," jawab Adara dengan mengeluhkan hal itu.
"Masa sih," sahut Noni dengan heran yang merasa seperti biasa saja. Karena itu minuman kesukaan Adara susu strawberry.
Adara terus memuntahkan minuman itu dan bahkan sampai membuat perutnya mual dan ingin muntah terus.
Brian yang melihat Adara seperti itu heran dan langsung meninggalkan lapangan yang menghampiri Adara dengan berlari kencang.
"Adara kamu baik-baik aja?" tanya Brian panik.
"Aku tidak apa-apa," jawab Adara yang menutup mulutnya yang terus ingin muntah dan Adara langsung berdiri dan berlari kekamar mandi.
"Adara!" panggil Noni yang heran dengan kepergian Adara.
Adara sendiri yang memegang mulutnya berlari menuju kamar mandi. Karena Adara begitu buru-buru sampai akhirnya Adara menabrak Lucia yang berjalan sembari bercermin.
"Ehegg," Adara memuntahkan sebagian isi perutnya kebaju Lucia yang membuat Lucia kaget dengan matanya melotot.
"Ihhhhhh, Adara!" teriak Lucia yang merasa jijik.
"Sorry, sorry aku tidak sengaja," ucap Adara yang masih terasa mual.
"Kamu ini, pakaian ku jadi jorok, jijik najis tau," ucap Lucia kesal dengan jijik atas muntahan Adara.
"Maaf Lucia aku mual. Aku boleh minta tolong. Tolong kamu telpon papa dan suruh ke sekolah. Perutku terasa mual. Aku takut," ucap Adara yang jadi panik. Karena takut pihak sekolah dan teman-teman satu sekolah akan mengetahui kehamilannya.
"Issss kenapa harus aku. Kamu telpon aja sendiri punya handphone kan," sahut Lucia yang ogah melakukannya.
"Handphone aku ada di kelas. Jadi aku minta tolong sama kamu," ucap Adara.
"Kau sudah mengotori seragamku. Jadi jangan membuatku repot. Aku tidak peduli," ucap Lucia yang ogah menolong Adara dan Lucia langsung pergi dengan merasa jijik atas muntah Adara.
"Lucia!" lirih Adara yang semakin takut. Karena tidak bisa melakukan apa-apa.
Adara yang takut apa yang terjadi membuat satu sekolah tau kehamilannya membuat Adara langsung keluar menuju gerbang sekolah.
Di dekat gerbang sekolah ada khusus tempat penunggu supir-supir para siswa/i dan Arhan yang ada di dalam mobil melihat Adara yang tampak lemah dengan memegang perutnya yang dari jauh terlihat mual-mual.
"Azizie," lirih Arhan yang langsung keluar dari mobil dan menghampiri Adara.
"Azizie kamu kenapa?" tanya Arhan dengan memegang lengan Adara.
Ehegg.
Adara memuntahkan isi perutnya ke jas Arhan yang membuat Arhan hanya keget. Jika tadi Lucia kenak muntahan Adara sekali. Maka Arhan sampai 2 kali dan Arhan pasrah dengan jasnya yang sudah kotor.
"Aku ingin pulang," ucap Adara yang sudah lemas yang melihat Arhan tanpa rasa berdosa dengan pakaian Arhan yang sudah kotor.
"Ayo masuk mobil!" ajak Arhan pasrah yang langsung membantu Adara berjalan dengan memegang lengan Adara dan membukakan pintu mobil di samping pengemudi dan kali ini Adara tidak protes sama sekali.
Setelah itu Arhan juga masuk dan membuka jasnya. Meletakkan di belakang dan melihat Adara yang tampak lemas dengan terus mual-mual.
Arhan mengambil air mineral dan membukakan botol minuman itu dan langsung memberikan pada Adara.
"Ayo minum!" titah Arhan dan Adara tumben-tumbenannya tidak menolak yang langsung mengambil saja dan meminumnya.
"Kamu mau pulang?" tanya Arhan.
"Bukannya aku sudah mengatakan sejak tadi. Aku mau pulang? Apa kamu tuli," jawab Adara dengan ketus.
"Ya siapa tau berubah pikiran," sahut Arhan. Adara hanya berdecak kesal mendengarnya.
"Tunggu di sini. Aku akan izin dulu pada pihak sekolah," ucap Arhan.
"Jangan lama-lama. Perutku masih mual," ucap Adara.
Arhan tidak menjawab lagi dan langsung keluar dari mobil untuk meminta izin dari pada pihak sekolah.
*********
Mobil yang di kendarai Arhan berhenti di rumah sakit.
"Kenapa kerumah sakit?" tanya Adara.
"Kau harus di periksa?" jawab Arhan.
Arhan mengambil paper bag dari jok belakang mobil dan memberikan pada Adara.
"Gantian pakaian mu!" titah Arhan.
"Kenapa aku harus menggantinya?" tanya Adara.
"Kau tidak mungkin periksa dengan memakai pakaian seragam seperti itu. Jadi ganti saja sebelum orang mencibir mu," ucap Arga dengan tegas.
"Kalau begitu keluar. Untuk apa kau di sini? Mau melihat ku bergantian pakaian!"usir Azizie.
"Aku juga ingin keluar dari sini," ucap Arhan yang langsung keluar dari dalam mobil dan membiarkan Azizie mengganti pakaiannya.
"Mengatur sekali! Dia pikir siapa dirinya yang harus mengatur-atur diriku," gerutu Adara yang langsung mengganti pakaiannya.
Sebenarnya apa yang di katakan Arhan itu sudah benar. Dia memang tidak mungkin pergi kerumah sakit dengan memakai seragam sekolah apalagi Adara periksa kandungan yang pasti akan mengundang pertanyaan bagi orang-orang lain.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments