Herlambang, Adara, Mayang dan Lucia sedang makan malam bersama. Ada Bi Sri yang pasti melayani Adara dengan menyiapkan makan Adara.
"Non mau ayamnya?" tanya bibi dengan lembut yang berdiri di samping Adara
"Mau Bi," jawan Adara.
"Dasar manja makan aja harus di ambilkan," batin Lucia dengan kesal.
"Ya sudah Non makan ya. Bibi ke dapur dulu!" ucap Bibi pamit setelah menyiapkan makan Adara. Adara menganggukkan kepalanya. Dan Bibi langsung pergi.
"Lihat saja. Aku akan sebar kehamilannya di sekolah supaya malu dan orang-orang akan mengucilkannya dan tidak akan ada yang mau berteman denganmu," batin Lucia dengan rencana buruknya.
"Adara. Kamu akan kesekolah seperti biasa. Papa akan mengurus semuanya dan tidak akan ada yang tau. Jika kamu hamil," ucap Herlambang dengan tegas.
Adara hanya menunduk yang tidak menanggapi hal itu. Pikiran sekolah mungkin tidak kepikiran oleh Adara dengan kondisinya yang seperti ini.
"Tidak ada yang tau. Itu mustahil. Karena ini awal kehancuran Adara. Aku akan mempermalukannya di sekolah dan kau akan tau rasa akibatnya," batin Lucia dengan menyunggingkan senyumnya.
"Lucia!" tegur Herlambang.
"Iya Om," sahut Lucia buru-buru menjawab.
"Jika satu orang di sekolah Adara tau kehamilan Adara. Kamu yang harus bertanggung jawab," ucap Herlambang membuat Lucia kaget.
"Maksud Om apa dan kenapa harus aku. Memang aku melakukan apa?" tanya Lucia panik.
"Benar kak apa yang kakak katakan. Kenapa jadi Lucia yang harus bertanggung jawab?" sahut Mayang dengan wajah kagetnya.
"Tidak ada yang tau tentang kehamilan Adara. Kecuali saya, kamu dan mama kamu. Jadi jika hal ini bocor di sekolah. Maka semua itu karena kamu. Jadi kamu harus menjaga aib sepupumu. Karena Om tidak akan memberi maaf pada kamu. Jika sampai satu sekolah tau tentang kehamilan Adara," tegas Herlambang dengan wajah seriusnya.
"Kak. Lagian mana mungkin Lucia membocorkan hal itu. Jadi kak Herlambang jangan berpikir buruk dan menuduhnya seperti itu," sahut Mayang membela Lucia.
"Aku tidak menuduhnya. Aku hanya mengingatkannya saja dan semoga saja dia paham apa yang harus di lakukannya," ucap Herlambang mengingatkan.
Lucia terdiam dengan penuh ketakutan yang rencananya tidak akan bisa terjalankan dengan mulus. Apa lagi sudah mendapatkan ancaman.
"Kamu mengerti kan Lucia?" tanya Herlambang dengan penuh penegasan dan pasti tidak aka main-main dengan ucapannya.
"I-iya om," jawan Lucia dengan gugup yang langsung menunduk.
"Bagus kalau begitu," sahut Herlambang.
"Sial! Kenapa hidupnya selalu enak. Saat dia membuat kesalahan besar. Malah terus di lindungi dan aku saja tidak bisa melihat kehancurannya dan malah aku yang mendapat ancaman dan bertanggung jawa atas perbuatannya," umpat Lucia dengan penuh kebencian kepada Adara dan semua itu hanya ucapkan di dalam hatinya.
Adara hanya diam saja dengan wajahnya yang tidak lepas dari kesedihan dengan masalah yang di hadapinya dan pasti penuh dengan tekanan dan pemikiran setiap hari.
"Maaf saya terlambat," tiba-tiba Arhan datang yang menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa Arhan. Kami juga baru makan. Ayo kamu duduk," ucap Herlambang.
Arhan mengangguk dan duduk tepat di hadapan Adara dengan Arhan melihat Adara yang sama sekali Adara tidak melihatnya.
"Adara, Lucia. Apa kalian tidak ingin menyapa saudara kalian?" tanya Herlambang.
"Hay kak Arhan" sapa Lucia menyapa dengan tersenyum terpaksa.
Arhan hanya mengangguk saja menjawab sapaan itu. Namun Adara tidak menyapa sama sekali. Ya dia memang tidak akrab dengan anak angkat papanya itu. Mungkin karena usia mereka yang jauh dan jarang bertemu.
Lagian dulu sewaktu Adara kecil. Dekat kok dengan Arhan yang saat itu remaja. Mungkin karena semakin dewasa jadi terlihat asing dan apalagi Arhan juga tinggal di luar Negri.
"Kenapa tiba-tiba kak Herlambang menyuruh Arhan pulang," batin Mayang merasa ada sesuatu di balik kepulangan Arhan.
"Adara apa kamu tidak menyapa Arhan?" tanya Herlambang lagi. Namun lagi-lagi Adara tampak ketus yang tidak mood untuk bicara apa-apa.
"Adara karena kamu hamil tanpa pernikahan," sahut Herlambang yang mengungkit kehamilannya dan membuat Adara menghentikan makannya.
Apa harus papanya itu mengungkit kehamilannya di depan orang lain yang belum tau dan akhirnya tau dan pasti Adara malu dengan hal itu.
"Jadi papa tidak akan membiarkan aib itu ada dan papa akan mengambil tindakan untuk menikahkan kamu dengan Arhan" lanjut Herlambang yang langsung to the point yang membuat Adara terkejut dengan mengangkat kepalanya dan melihat papanya.
Mayang dan Lucia juga kaget mendengar hal yang mengejutkan itu dengan mereka saling melihat. Namun Arhan yang sudah tau sejak awal hanya menunggu respon dari Adara.
"Apa maksud papa?" tanya Adara dengan wajah shocknya
"Papa ulangi sekali lagi. Kamu akan menikah dengan Arhan," tegas Herlambang.
"Aku tidak mau," tolak Adara dengan cepat yang langsung berdiri.
"Kamu pikir bisa memberontak setelah perbuatan yang kamu lakukan. Ini tidak ada tawar menawar. Kamu harus menikah dengan Arhan!" tegas Herlambang.
"Tapi aku tidak mau menikah. Aku tidak mau menikah dengan dia atau siapapun," tunjuk Adara pada Arhan dengan bantahannya.
"Aku masih sekolah pah. Aku masih muda. Bagaimana mungkin papa menikahkanku seenaknya yang sama saja merusak masa depanku," protes Adara dengan bentakan.
"Cukup!" bentak Herlambang dengan emosi terpancing dan berdiri dari tempat duduknya.
"Kamu pikir dengan kamu yang hamil di luar nikah. Masa depan kamu masih ada hah! Kamu tau jika kamu masih muda, masih sekolah. Tetapi apa yang kamu lakukan hah! Kamu mengikuti pergaulan bebas dan sampai hamil. Apa kamu memikirkan masa depan kamu saat kamu melakukan semuanya. Jadi masa depan kamu hanya akan hancur di tangan kamu sendiri. Kamu yang menghancurkannya sendiri," teriak Herlambang dengan menunjuk-nunjuk Adara.
"Tapi apapun itu. Papa tidak seharusnya menikahkan aku dengan dia," tunjuk Adara lagi.
"Lalu kamu mau menikah dengan siapa. Ayah dari bayi itu. Sampai detik ini mulutmu tidak mengatakan siapa orangnya dan kamu masih ingin tawar menawar dalam hal ini. Pernikahan ini untuk menutupi aibmu yang mencoreng nama keluarga ini," tegas Herlambang.
"Tapi aku tidak mau menikah. Apapun itu aku tidak akan menikah!" tegas Adara yang tetap pada pendiriannya.
"Kau tidak akan menikah katamu. Kau ingin menghancurkan nama papa lagi hah! Apa belum cukup semuanya Adara!" teriak Herlambang.
"Lalu papa yang akan menyuruhku menikah apa itu tidak menghancurkan ku. Hidupku akan sia-sia pah dengan pernikahan dini. Aku masih terlalu mudah untuk menikah pah," ucap Adara.
"Kau yang membuat hidupmu sia-sia dan kau tidak akan punya pilihan selain menikah dengan Arhan dan Arhan yang mengambil tanggung jawab atas dirimu!" tegas Herlambang.
"Tidak!" Teriak Adara yang memukul meja dengan ke-2 tangannya yang memberontak dan sampai suara sendok dan garpu terdengar.
"Adara!!!! Herlambang yang emosi dengan Adara yang membangkang ingin melayangkan tangan pada Adara. Namun Arhan langsung berdiri dan mencegah Herlambang.
"Pah sudah cukup! Jangan main tangan," ucap Arhan yang melihat ke arah Adara. Di mana Adara sudah siap mendapatkan tamparan dari sang papa.
Herlambang menjatuhkan kasar tangannya dengan mengatur napasnya yang begitu geram melihat Adara. Sementara Adara mengeluarkan banyak air mata dengan napasnya yang naik turun yang menangis sengugukan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments