"Gue sama kayak lo, kita terlalu dituntut sempurna dan menuhin batas kemauan mereka" Senja menoleh saat Batara mengatakan itu. Mereka terdiam cukup lama mengamati langit yang kian gelap sejak kalimat terakhir Batara tentang bersyukur
"Jadi lo mau temenan sama gue karena kita sama?" Tanya Senja
"Mungkin, jadi gue punya temen sefrekuensi buat curhat" jawab Batara asal
"Kalau mau curhat, kenapa sama gue?" Tanya Senja sedikit menaikkan nada bicaranya
"Becanda, lo jangan terlalu serius. Gue mau temenan sama lo ya karena gue pengen temenan aja. Masalah nasib kita tentang dituntut sempurna gue pengen kasih tau aja kalau lo nggak sendiri"
"Sakit banget ya?" Tanya Senja lebih kepada meminta persetujuan Batara
"Sakit banget" jawab Batara mendramatisasi dengan memegang bagian dadanya
"Sampai gue pengen mati" jawaban selanjutnya yang membuat Senja menoleh mengernyitkan alis
"Lo pernah ngelukai diri sendiri juga?"
"Gue bahkan selalu berharap saat gue keluar gue bakal kecelakaan"
"Astagfirulloh" Senja sampai istigfar mendengar jawaban itu
"Tapi tuhan ternyata masih pengen gue hidup, entah kejutan apalagi yang menanti gue didepan sana"
"Kalau lo emang berniat buat mati, kenapa nggak lo lakuin pas kebut-kebutan dijalan?"
"Gue bilang ngarep mati bukan niat mati. Itu jelas beda. Gini, kalau gue keluar pakai motor entah itu buat balap atau sekedar pergi ketempat lain, gue ngarepnya ditengah jalan gue ketabrak gitu. Sedangkan kalau gue niat mau mati, pasti gue bakal lakuin apapun biar gue mati. Nyari mati itu gampang, tapi kalau emang tuhan belum mau lo mati, ya lo nggak bakal mati. Paham?"
"Ibaratnya kayak lo yang selalu nyari mati dengan nyakitin diri sendiri, tapi kalau emang tuhan nggak mau lo mati ya lo bakal nggak mati, segimanapun dalamnya lo ngegores tangan lo" lanjut Batara
"Kok lo kayak nyindir gue sih?" Tanya Senja setelah sadar sesuatu
"Syukurlah kalau lo emang kesindir" ucap Batara pelan
"Apa? Lo ngomong apa?"
"Gue bilang kalau Senjanya cantik" kilah Batara
"Tapi lo ngerti kan sampai sini maksud gue?"
"Ngerti, artinya kalau mati harus niat kan?" Batara menepuk keningnya tak habis pikir. Dari sekian banyak kalimat yang Batara lontarkan, kenapa bagian 'mati' saja yang ada dalam kepala gadis itu
"Bukan Senja, inalillahi lo pengen banget ya makan tanah? Amal ibadah lo emang udah cukup?"
"Orang mati emang makannya tanah?" Tanyanya polos yang membuat Batara ingin menerjunkan diri kelaut didepan sana
"Gue nggak tau karena gue belum pernah mati, intinya maksud gue adalah coba lo belajar nerima takdir yang sudah digariskan tuhan, belajar melihat banyak hal disekeliling lo dan belajar buat bersyukur karena lo harus yakin kalau manusia diciptain pasti nggak cuma buat nangis aja"
"Satu lagi, jangan sakiti diri lo lagi. Seperti yang gue bilang tadi, kalau tuhan masih pengen lo hidup mau tangan lo sampai putus juga nggak bakal mati. Semua ketentuan ajal kita udah diatur, dia mau kita mati kapan dan dengan cara gimanapun juga cuma dia yang tau"
"Gue sadar hal itu, tapi kadang gue ngerasa kalau dunia tuh kejam banget buat gue"
"Karena harapan lo sama manusia masih tinggi" jawab Batara membuat Senja melengokkan kepalanya untuk bertanya maksud laki-laki itu
"Lo terlalu berharap sama manusia, entah itu keluarga lo atau siapapun. Lo ngelakuin semuanya biar dianggap dan diapresiasi sama mereka, tanpa sadar itu justru bikin lo ngerasa kalau dunia kejam. Harapan lo nggak sejalan dengan apa yang takdir gariskan, karena itu lo kecewa"
"Jadi, gue harus belajar ya buat nerima kalau gue emang nggak pernah dianggap ada oleh keluarga gue sendiri"
"Kejamnya seperti itu. Segala upaya dan tindakan yang lo lakuin buat dianggap ada sama mereka bikin lo lelahkan?. Ada kalanya mereka bakal sadar kalau lo udah perlahan berubah sama mereka"
"Tapi gue sayang sama mereka. Terutama ayah gue, gue tau kenapa gue dituntut sempurna. Karena dia mau gue jadi perempuan yang hebat, dia cuma mau gue nggak bakal ditindas hanya karena gender gue seorang perempuan" balas Senja yang membuat Batara tak habis pikir
"Seorang ayah juga punya sisi kasih sayang Senja. Dia juga pasti ngerti gimana putrinya, apakah putrinya terluka atau putrinya disakiti, dia pasti ngerti itu" balas Batara
"Tapi ayah gue mau gue jadi perempuan yang kuat"
"Iya! Tapi seenggaknya dia pasti ngerti perasaan lo kayak gimana!" Suara Batara naik satu oktaf, ia tak bisa mengerti cara berpikir gadis itu
"Tapi ayah gue..."
"Oke-oke stop!, oke ayah lo baik, lalu gimana sekarang dengan dua saudara lo itu? Hah?! Mereka pernah anggap lo ada?" Kali ini Senja diam nampak berfikir
"Saudara mana yang bentak-bentak adiknya sendiri didepan umum?, saudara mana yang marah-marah pada kakaknya sendiri setelah ia ditolong? Sampai saat ini, gue cuma liatnya ada pada lo doang" lanjut Batara sebelum Senja memberikan jawaban yang membuatnya tak habis pikir
"Tetap aja kita pernah tumbuh besar bersama, kita pernah bahagia bersama dan kita pernah ngerasain hidup kecil yang bahagia"
"Terus kenapa sikap mereka sekarang ke lo kayak gitu?"
"Inilah jawaban yang masih gue cari sekarang" Senja menarik nafasnya panjang saat mengatakan itu
"Gue cuma mau dianggap ada oleh mereka, tapi gue nggak pernah tau dimana salah gue, jadi apa yang harus gue perbaiki?"
"Sikap mereka bikin gue sakit hati dan lampisin ke fisik gue. Lo tau karena apa?" Tanya Senja menatap Batara yang sedari tadi juga menatapnya
"Jawaban simpelnya karena gue nggak mau gila Batara"
"Otak gue terasa mau pecah, hati gue ngerasa sakit banget, itu yang buat gue lampiasin ke fisik gue"
"Tapi nyatanya lo udah gila Senja" jawab Batara dengan tampang datar
"Nyakitin diri lo sendiri sama artinya lo udah gila. Karena nggak ada manusia didunia ini yang sadar nyakitin diri mereka, kecuali mereka udah gila"
"Tapi dengan nyakitin fisik gue, seenggaknya rasa sakit hati gue berkurang. Rasa sakitnya terbagi ke fisik, jadi rasa sakit hati gue nggak terlalu gue rasain"
"Lo nggak ngilanginnya kan? Cuma berusaha menahannya?" Tanya Batara
"Dengan lo nyakitin fisik lo, luka hati lo belum sembuh kan?" lanjutnya lagi
"Lalu gue harus gimana? Gue udah capek" Senja menangkupkan wajahnya pada kedua lutut. Batara melihat bahunya yang terguncang tanda gadis itu menangis
"Ayo kita sama-sama ke psikiater besok sepulang sekolah"
"Gue kerja"
"Gue yang minta izin nanti sama bos lo, dia juga nggak mungkin mau punya karyawan hampir gila"
"Tapi..."
"Ada gue Senja, inget yang gue bilang tadi kalau sekarang lo bisa percaya sama gue" potong Batara pada keraguan Senja selanjutnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
melia
yap bagus batara..ayolah jdi teman terbaik buat senja juga buat lindungi dia..🥰🥰🥰
2023-09-23
0
Niki astriani
good Batara, ajak senja balapan motor juga ya biar hidupnya lebih berwarna dan gak mikirin keluarga nya lg. Mereka ga peduli sama km, km juga hrs bljr untuk ga peduli dengan mereka, dan sekali kli kamu tentang mereka ya biar ga tertekan trs
2023-09-23
0
mudahlia
se sakit itu ya senja kl AQ dulu pilih kabur dari rumah kerja gnti no hp udah bres stelah 1 th bru kembali kerumah itu pun Krena ada yg mau ngelamar
2023-09-23
0