Hari bersinar cerah, mentari tanpa malu menampilkan cahayanya yang menambah semangat pagi. Bekas hujan semalam membuat udara semakin terasa segar, airnya juga masih terlihat sedikit menetes diujung dedaunan. Ini menambah semangat untuk sebagian besar orang, namun tak untuk Senja. Gadis itu menggerutu sepanjang jalan karena merasa kurang enak badan. Ia pikir pasti ini karena ulah hujan semalam, karena bajunya yang basah dan malas ia ganti alhasil ia langsung tidur. Padahal ia yang memperingatkan Lingga, tapi tak berlaku untuk dirinya sendiri
"Sial! Mana pelajaran olahraga lagi" gerutunya. Ia bukannya tak suka, apalagi materi sekarang adalah Voli itu kesukaannya. Hanya saja kondisi tubuh seperti ini tak mendukung. Kalau tak ikut, bisa-bisa hukuman dari ayahnya bertambah
"Lo sakit?" Pertanyaan dari Peter yang merupakan rival sejatinya dalam kelas hanya ia balas delikan tajam tanpa berniat menjawab
"OMG! Lo sakit Senja?" Apalagi suara berisik putri yang membuat beberapa murid lain menoleh kearahnya. Memang sejelas itukah kelihatannya?
"Gue nggak papa" jawab Senja sekenanya
"Kalau lo nggak enak badan, istirahat aja"
"Betul kata Peter, lo istirahat aja di UKS. Entar gue yang izinin sama Pak Guru, dia pasti ngerti kok"
"Udah gue bilang, gue nggak apa-apa" karena malas berdebat, Senja akhirnya memilih keluar dulu untuk mengganti baju olahraga
"Dasar keras kepala" gerutu Putri melihat kelakuan teman sebangkunya itu
"Psssttt"
"Ssttt" Putri akhirnya menyenggol Senja yang tak kunjung menoleh walau sudah diberi isyarat melalui desisan
"Apasih?" Kesal Senja. Mereka sedang melakukan pemanasan sebelum mulai olahraga
"Lo liat yang lari dipinggir lapangan?" Walau malas Senja tetap menoleh
"Siapa?" Tanyanya, ia melihat namun punggungnya saja bukan wajahnya
"Masa lo lupa lagi, dia Batara, ketua gengnya Atlantis" Senja hanya ber oh saja, ia tak lupa dengan orang menjengkelkan itu, ia hanya penasaran saja bagaimana Putri tau kalau itu Batara hanya dengan melihat punggungnya saja
"Gitu doang?" Senja tak menanggapi lagi, karena suara Guru Olahraga yang menyuruh mereka lari keliling lapangan sebelum mulai. Para siswi histeris, tentu alasannya karena mereka bisa lari bersama pentolan sekolah itu
"Kayaknya diantara mereka cuma lo yang normal" Senja melirik Peter yang berlari disebelahnya, kemudian melihat para siswi didepannya yang yang berlari lebih cepat dari biasanya. Padahal dihari-hari biasa, mereka akan mengeluh karena panas atau karena alasan lainnya. Tapi lihatlah sekarang, bahkan kekuatan mereka seperti bertambah agar bisa sejajar dengan Batara, ia sampai heran kekuatan apa sih yang dimiliki laki-laki itu sampai membuat energi mereka seketika terisi penuh
"Kita semua gila, cuma gilanya beda" jawab Senja sekenanya yang malah membuat Peter tertawa padahal menurut Senja tak lucu sama sekali
"Dasar aneh" ucapnya kemudian berlari lebih dulu meninggalkan Peter yang langkahnya diperlambat karena tertawa
Keringat dingin membasahi pelipis Senja, gadis itu mulai merasakan perutnya mual dan kepalanya pusing, pandangannya memburam dan ia pukul pelan kepalanya agar tetap sadar
"Nggak mungkin gue cuma sakit karena kena air hujan" ucapnya frustasi dengan suara pelan
"Bisa kok, lo kan manusia bukan robot" Senja tak tau siapa yang mengatakan itu, pandangannya menggelap, sebelum benar-benar menyentuh tanah namanya sedikit menangkap nama di name tag yang terpasang di seragam sekolah itu 'Matahari'
.
Menatap matahari terbenam dengan kemilau jingga yang indah, Senja selalu memikat hati siapa yang melihatnya termasuk Batara. Tapi kali ini sepertinya bukan hanya Senja dengan kemilau jingga di cakrawala yang memikatnya, tapi sosok gadis bernama Senja yang sialnya menarik perhatian ketua geng Atlantis itu
"Sial! Gue pasti cuma bercanda kayak perempuan sebelumnya kan?"
"Nggak mungkin gue tertarik sama perempuan keras kepala itu" sanggahnya berperang dengan isi hatinya
"Gue cuma penasaran, itu aja kan?" Tanyanya lagi
"Iya, pasti cuma penasaran" dan dijawab oleh ia juga sendiri
Tadi pagi dilapangan sekolah, saat kepalanya tak sengaja menengok ke belakang, ia melihat Senja berwajah pucat. Gadis itu memukul-mukul pelan kepalanya, ia sengaja memperlambat langkah larinya, namun sepertinya tak ada yang menyadari itu karena gadis-gadis yang tadi berlari didekatnya kini seperti lebih fokus pada tiga temannya, entah pembicaraan apa yang mereka bahas. Tapi setidaknya itu berhasil menarik perhatian gadis itu dari Batara.
"Nggak mungkin gue sakit cuma karena air hujan kan?" Gerutuan pelan gadis itu yang didengarnya
"Bisa kok, lo kan manusia bukan robot" jawab Batara, sebelum akhirnya terkejut karena gadis itu yang langsung tak sadarkan diri. Beruntung ia dengan sigap menahan tubuhnya dari belakang hingga tak sampai membentur lapangan yang keras
"SENJA!" Teriakan orang yang paling keras adalah laki-laki bermata biru dibelakangnya
"Bawa ke UKS" teriak guru olahraga yang mengajar mereka, sebelum Senja diambil alih oleh teman sekelasnya, Batara dengan cepat membawa sendiri gadis itu ke UKS, untungnya ada petugas PMR disana yang siaga. Walau sempat terkejut karena kedatangan idola sekolah, gadis yang sepertinya satu angkatan dengannya itu dengan cepat kembali fokus pada tugasnya dan menunjuk ranjang UKS yang kosong
"Dia demam, selain itu juga dehidrasi membuatnya kekurangan banyak cairan" ujar petugas itu saat memeriksa kening Senja
"Setelah sadar nanti, berikan teh hangat ini untuk mengembalikan tenaganya" Walau mengernyit bingung karena tak paham kenapa obat setiap UKS itu teh hangat, Batara tetap mengangguk mengiyakan
Setelah gadis itu pergi, barulah Batara sadar dan menepuk keningnya
"Bodoh! Kenapa gue nggak suruh aja cewek yang tadi buat jaga dia. Kenapa gue cuma diem aja dan malah tetap disini" ucapnya menyadari kebodohannya
Saat ia ingin beranjak pergi suara gigauan Senja menahan langkahnya
"Aku juga nggak pernah mau dilahirkan didunia"
"Hiks aku nggak mau"
"Asal kalian tau, aku juga pengen mati" Batara yang terlewat panik, bukannya menenangkan ia malah mengguncang-guncang tubuh Senja. Berharap gadis itu sadar. Senja tak juga bangun, tapi gadis itu kembali diam dan tanpa sadar mencengkram lengan Batara begitu erat
"Sial! Ngerepotin banget lo" Batara mencoba melepas cengkraman itu, tapi bukannya berhasil cengkraman itu justru semakin kuat
Batara mencoba sekali lagi, ia menarik lengan baju yang dikenakan Senja, dan berpikir langsung menyentaknya. Tapi yang justru menarik perhatian Batara adalah luka garis dipergelangan tangan gadis itu
Ada yang nampak sudah kering, dan ada yang sepertinya masih kemarin karena nada merah seperti darah yang masih menggaris disana. Batara tau kalau itu tak mungkin luka tak disengaja, karena aktifitas apa yang membuat luka seperti itu bahkan terlihat tak cuma satu
"Senja Matahari, apa sebenarnya yang terjadi dengan lo?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sri Puryani
senja kenapa kamu lakukan itu ..menyiksa diri sdr,😭😭
2024-10-29
0
" sarmila"
bnr2 gedek dadaku😭😭😭😭😭
2024-04-07
0
melia
kan kan kannnnn mengandung bawanggh😭
kalian berdua sama2 di beri nama matahari dan sama2 banyak tuntutan dri keluarga😭
2023-09-03
1