Gadis berhodie hitam dan celana hitam itu menatap bangunan didepannya yang tak asing sama sekali, ia pernah mengantarkan gadis kecil disini pada malam hari. Jadi apakah yang akan ia ajar adalah gadis itu? Ia ingat gadis itu memperkenalkan diri dengan nama Amalia. Jadi, apakah Amalia yang harus ia ajar? Tapi bukankah Amalia lebih kecil darinya? Kenapa ibu yang ia tolong kemarin mengatakan kalau mereka sebaya?
Terlalu fokus dengan pikirannya, Senja tak mendengar sapaan sang pemilik rumah
"Ada apa? Kenapa melamun?" Saat Bu Yulia memegang tangannya barulah Senja tersadar, ia tersentak sedikit terkejut
"Eh, maaf tante" balasnya kikuk dengan mengusap tengkuk kepala yang tak gatal
"Kenapa ngelamun? Kamu ada masalah? Tante jadi nggak enak karena maksa kamu buat nerima"
"Ehh nggak kok tante, saya juga yang mau nerima ini"
"Anak itu jam sekarang masih tidur, dia sudah seperti kelelawar yang berkeliaran malam hari dan baru pulang saat Matahari sudah terbit" Senja mengangguk tersenyum sungkan merasa canggung dengan kondisi ini
"LANGIT BIRU! KAMU NGGAK BANGUN MAMA JUAL MOTOR KAMU, SEBAGAI GANTI MOTOR MAMA YANG KAMU KASIH KE BEGAL!!!" Senja sempat terdiam seperti mengamati dan tak menyangka apa yang terjadi
Tak lama setelahnya, suara derap langkah kaki tergesa menuruni tangga
"Mama kalau ngancam sukanya pakai nama rembulan. Lagian motor itu juga bukan aku kasih ke Begal tapi dicuri" gerutu laki-laki masih dengan kaos hitamnya dan rambut yang acak-acakan
"Jangan sebut nama motor kamu pakai itu, nggak cocok sama sekali. Motor hitam kayak gitu, mana cocok sama nama Rembulan yang terang benderang"
"Mama nggak ngerti, itu..."
"Udah-udah sana, ganti baju kamu dan langsung turun kebawah. Guru kamu udah dateng tuh" Senja langsung pura-pura menghadap lain saat ditunjuk. Sedangkan Langit menggerutu karena ia tak mau belajar, apalagi dihari minggu seperti ini. Namun melihat perempuan yang duduk disofa nampak tak asing, ia perlahan mendekat
"Lo? Kok bisa?"
"Apa yang nggak bisa? Senja itu pintar nggak kayak kamu yang masih hitung perkalian sepulu pakai kalkulator. Dia yang akan jadi guru kamu"
"Kalau dia setiap hari aku juga mau" balas langit dengan merapikan rambutnya kebelakang, khas iklan shampo ditelevisi
"Jangan sok ganteng kalau iler kamu masih kemana-mana" tak urung Langit langsung menyentuh bagian mulutnya
"Mama bohong"
"Udah sana cepetan mandi dan bawa alat tulis kamu" Langit nampak kesal namun tetap menuruti walau dengan hentakan kecil disetiap langkahnya
"Diliat dari reaksi dia, kayaknya kalian saling kenal ya?" Tante Yulia duduk disebelah Senja dan menatap gadis itu
"Pernah, nggak sengaja ketemu di jalan tante" jawab Senja seadanya, ia tak mungkin bilang kalau mereka bahkan pernah terlibat perkelahian
"Kamu tau kalau dia ketua geng motor?" Senja awalnya terkejut karena tak menyangka Tante Yulia juga tau, tapi tak urung ia mengangguk
"Tau tante"
"Kamu pasti nggak pernah menduga dengan sikap dia yang kayak tadi kan?. Dia hanya begitu saat dirumah, disini ia menjadi orang lain. Ia bagai pahlawan untuk adiknya dan tante sendiri. Ia bisa berwajah sangar dijalanan, tapi dirumah ia akan berubah seratus delapan puluh derajat" Senja menganggak mengerti, tak menyangka juga tentang itu. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada foto keluarga yang tergantung di dinding, hanya tiga orang yang ada disana, Langit, Tante Yulia dan gadis remaja yang ia antar malam itu, Amalia.
"Ayahnya udah nggak ada" menyadari arah pandang Senja sepertinya Tante Yulia bisa menebak arah pikiran gadis itu
"Maaf tante, saya nggak..."
"Nggak papa, tante cuma pengen kasih tau aja" balasnya memotong perkataan Senja selanjutnya
"Ayahnya mengalami kecelakaan mobil saat Langit masih kelas 1 SD dan Amalia baru berusia dua tahun. Kecelakaan itu membuat ayahnya langsung meninggal ditempat, sejak saat itu Langit tak pernah mau memakai mobil apalagi saat hujan lebat. Karena saat itu trauma akan kejadian itu akan kembali datang, ia beruntung karena bisa selamat saat itu"
"Artinya Langit juga ikut dalam kecelakaan itu?" Tanya Senja penasaran
"Iya, ayahnya yang datang sendiri kesekolah untuk menjemputnya. Namun, kecelakaan itu terjadi saat sebuah mobil juga melaju kencang dari arah berlawanan. Langit yang berada dikursi belakang berhasil selamat walau sempat syok dan terluka kecil saat itu" Senja termenung sejenak nampak berpikir sesuatu, hingga sebuah suara mengagetkannya
"MAMA! AMALIA PULANG!"
"Bisa nggak sih kamu jangan teriak? Padahal nggak kamu teriak pun suara kamu udah ngalahin toa masjid" Ibu Yulia berdiri berkacak pinggang melihat putrinya yang sepertinya baru pulang olahraga
"Eh Kak Senja" alih-alih membalas perkataan ibunya, Amalia malah langsung berfokus pada perempuan yang telah menolongnya waktu itu
"Ini nama Kak Senja, yang aku ceritain sama mama waktu itu"
"Oh ya?" Tanya Tante Yulia yang dibalas anggukan semangat oleh putrinya
"Omong-omong, Kak Senja ngapain disini? Pacarnya Kak Langit ya?" Tak butuh waktu lama bagi Amalia untuk mengaduh kesakitan karena langsung dihadiahi pukulan keras oleh ibunya
"Sembarangan kamu kalau ngomong!, Senja itu mau jadi guru lesnya kakakmu, mana mungkin dia mau sama modelan Langit. Kamu pasti udah punya pacar kan?" Senja menggeleng dengan tersenyum sungkan, ia tak tau kenapa topik ini tiba-tiba mengarah ke hubungan
"Tuh kan, jadi pacar Kak Langit aja" sorak Amalia dengan hebohnya
"Urusan cinta itu belakangan, yang penting sekarang belajar dulu" jawab Senja
"Tuh dengerin, Senja itu nggak kayak kamu yang masih kecil aja udah kenal cinta-cintaan" nasihat Ibu Yulia tak lupa dengan getokan kecil dikepala putrinya
"Tapi kalau kamu mau jadi mantu tante, tante juga bakal senang banget" lanjutnya lagi yang membuat Senja tak habis pikir
"Kalau kalian terus kayak gitu, Senja bentar lagi pergi tuh dan nggak bakal balik lagi" ucap Langit yang menuruni tangga dengan membawa beberapa buku ditangannya, hal yang seperti mustahil bisa dilihat setiap hari
"Yaudah kalau gitu kamu belajar yang rajin, mama mau ke butik bentar. Amalia naik kekamarmu dan bersihkan sampah yang berserakan disana, jangan jadikan kandang tikus"
"Tapi aku juga pengen belajar sama Kak Senja" Ibu Yulia memelototi putrinya, barulah Amalia menurut tentunya dengan sedikit hentakan kaki
"Kenapa sih kita harus belajar matematika? Padahalkan yang diajarin disekolah itu juga nggak bakal kita gunain dikehidupan sehari-hari?" Tanya Langit, ia nampak membolak-balik bukunya yang terlihat baru, jelas sekali jarang dibuka
"Pemikiran lo salah kalau masih mikir kayak gitu? Justru matematika itu berguna banget. Dia ngajarin lo buat berpikir secara sistematis dalam penyelesaian masalah, asal lo tau juga kalau tanpa matematika rasanya nggak mungkin dunia bisa semaju sekarang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Yach Yulianah
bukan.y rembulan itu nama motornya Batara y ,klo GK salah
2023-10-12
0
mudahlia
knp gk up lama
2023-09-22
1
mudahlia
keluarga absurt
2023-09-22
0