Fajar menyapa dengan semburat jingga yang muncul di ufuk timur, kicauan burung juga klakson kendaraan pertanda hari sudah dimulai. Manusia dengan segala kesibukan dan aktifitasnya siap menjalani hari
Untuk kesekian kalinya Senja hanya melihat pemandangan dibawah sana dengan menghela nafas panjang. Dirinya habis dimarahi tadi malam, sedangkan Lingga hanya berlalu menatap kakaknya yang sudah pasti menyelematkannya dari hukuman sang ayah
"Pagi" ucapnya menyapa, walau tak dibalas sekalipun dengan gumaman. Senja tak ambil pusing, ia mengambil bekal sarapan dalam kotak makan yang telah ia siapkan sejak subuh tadi. Dengan ragu ia mendekati ayahnya dan mengulurkan tangannya
"Kamu lupa apa yang ayah bilang kemarin?"
Senja menggeleng dan meraih tangan ayahnya untuk ia cium, setelah itu menuju garasi untuk mengambil motornya
"Dimana gue cari kerja coba?" Desahnya frustasi ditengah jalan raya. Di lampu merah, ia memberhentikan motornya. Kepalanya tak diam menatap depan, ia celingukan melihat bangunan-bangunan disepanjang jalan. Di sebelah kiri jalan ia sedikit memincingkan penglihatannya, tertulis jelas dicari waiters. Ia memperhatikan bangunan itu, cafe dengan konsep desain kekinian "Atla Cafe" namanya bergantung pada tiang ditepi jalan. Saat ingin memastikan lagi, suara klakson dari belakang menyadarkannya kalau lampu sudah berganti warna menjadi hijau. Ia melajukan kendaraannya sebelum gerbang tertutup dan ia hampir terlambat seperti kemarin
Sekolah sudah nampak ramai walau jam masih menunjukkan setengah tujuh, Senja memarkirkan motornya ditempat biasa. Ia melepas helm dan merapikan seragam juga rambutnya yang berantakan
Senja berjalan dikoridor menuju lantai dua, kelas IPA 1. Lantai dua terlihat lebih senggang daripada lantai 1 yang baru dilewatinya, ia paham dengan kebiasaan itu. Awal-awal masuk sekolah akan datang lebih pagi, satu tahun kemudian mulai kesiangan dan ditahun terakhir kadang-kadang telat atau kepepet gerbang ditutup
Melewati kamar mandi, ia merasakan tangannya ditarik keras dan terdengar pintu yang dikunci. Ia melotot apalagi saat melihat siapa yang melakukan itu padanya
"Kalian?" Ia ingat empat orang itu yang kemarin datang ke UKS melihatnya
"Jujur sama kami, lo pasti sekongkol sama anak sebelah kan?" laki-laki berkulit sawo matang yang ia lihat name tagnya bernama Yudhistira menunjuk tajam kearahnya
Batara yang melihat itu menurunkan telunjuk temannya itu dan beralih menatap Senja
"Lo nggak ada hubungan sama anak Rajawali kan?" Tanya Batara lebih santai. Senja berusaha mengingat-ingat nama tak asing itu, sesaat kemudian ia teringat pada jaket motor yang sering dikenakan adiknya
"Disana ada adik gue, jelas gue punya hubungan sama mereka"
"Adik lo namanya Lingga kan? Dia tangan kanannya Rajawali, jadi agak mustahil rasanya kalau lo nggak pernah cerita apa-apa sama mereka"
Senja menatap empat orang itu yang menatap kearah dirinya dengan tajam
"Dengerin gue baik-baik, benar namanya Lingga dan hubungan gue sama dia cuma kakak adik. Urusan geng gue nggak pernah ikut campur, gue cuma jadi kakak yang nolong adiknya doang, paham?"
"Lagipula gue nggak tau apapun tentang geng kalian sama dia, asalkan dia baik-baik aja gue nggak bakal ikut campur urusan dia" sambung Senja dengan menunjuk empat orang itu satu persatu
Batara menatap gadis didepannya ini tajam, rambut panjang yang diikat dibelakang dan mata biru kehitaman yang indah. Tapi yang membuatnya salah fokus adalah nama gadis itu di name tag yang terpasang 'Senja Matahari'
"Awas, gue mau keluar" Senja mendorong Batara didepannya yang terus memperhatikan. Ia merasa terintimidasi dengan tatapan tajam dan menelisik dari pemilik mata elang itu, walau begitu ia berusaha tetap tenang dan tak menunjukkan rasa takut karena itu yang akan membuat musuhnya semakin suka
"Tunggu dulu" Batara menarik lengan kemeja panjang gadis itu
"Apa lagi?"
"Lo dalam pengawasan Geng Atlantis, kalau ada rahasia dari sekolah ini yang bocor keluar, lo adalah tersangka utama yang patut dicurigai" Senja melotot tak percaya mendengarnya
"Terserah" ucapnya kemudian, ia malas berdebat dan langsung keluar begitu saja sebelum koridor ramai dan ia menjadi perbincangan karena masuk toilet laki-laki
"Kenapa lo biarin dia bebas bos? Bukannya dia bahaya?" Galaksi tak terima dengan keputusan Batara
"Lo nggak denger tadi gue bilang apa? Dia ada dalam pengawasan"
"Adiknya tangan kanan musuh kita, bisa bahaya kalau rencana kita bocor" sambung Raka, laki-laki berkulit sawo matang yang pertama mengacungkan telunjuknya pada Senja
"Ngeliat sikap dia dari kemarin yang nggak kenal kita dan tadi malam yang langsung pulang, gue sedikit percaya kalau dia emang nggak tau apapun" balas Batara
"Tapi bisa aja tuh cewek cuma akting sok polos doang" Lanjut Yudhistira yang sedari tadi diam saja
"Itu sekarang jadi tugas lo buat pantau kedekatan dia sama anak Rajawali. Kalau ada keterlibatan, dia gak akan pernah tenang sekolah disini" balas Batara santai. Tak main-main peran mereka untuk hampir seluruh murid disekolah ini, karena itu bila berurusan dengan salah satu anggota atlantis bukan hanya berurusan dengan semua geng atlantis tapi juga bermasalah dengan satu Airlangga
.
Saat panas matahari sedang terik-teriknya, Senja mampir ke kafe yang tadi pagi dilihatnya. Ia melihat kertas itu masih tertempel di salah satu dinding kafe. Ia segera masuk kedalam dan disambut suasana yang nyaman, cocok dijadikan tempat nongkrong anak remaja. Namun yang membuatnya salah fokus adalah desain interiornya yang sebagian menggunakan batik, jadi walaupun modern tetap mengandung unsur budaya
"Maaf kak, apa benar disini sedang butuh waiters?" Tanyanya pada wanita berseragam khas kafe itu yang sedang membersihkan meja
"Oh iya benar dek" Wanita itu nampak meneliti penampilan Senja dari atas sampai bawah
"Saya masih sekolah kak, saya sedang cari kerja part time untuk nambah-nambah penghasilan" jawab Senja saat menyadari arah tatapannya
"Sebentar ya, saya diskusi dulu sama pemilik tempat ini" Senja mengangguk, ia melihat perempuan tadi mengambil telepon dan masuk kedalam salah satu ruangan. Tak disebutkan syarat yang lain dalam lembaran kertas itu, kecuali jenis kelamin harus perempuan. Pantas saja Senja tak melihat laki-laki bekerja disini
Tak lama setelahnya perempuan tadi keluar menghampiri Senja
"Katanya boleh, tapi dari sore sampai kafe tutup jam setengah sepuluh, apa kamu bersedia?" Senja mengangguk dengan semangat
"Saya bersedia kak, terima kasih" jawabnya
"Kapan saya bisa mulai kerja?"
"Katanya minggu depan kamu sudah boleh masuk"
Senja tersenyum dan mengangguk. Gara-gara hukuman ayahnya, ia harus membiayai SPP nya sendiri selama tiga bulan kedepan. Uang tabungannya tak cukup, karena itu ia ingin mencari kerja untuk menambah penghasilan. Ia tak ingin ayahnya lebih marah lagi padanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
💕💕syety mousya Arofah 💕💕
sebenere masih bingung sama alur certnya...tp y oklah ...lanjut baca aj
2024-05-03
0
melia
ko sama anak perempuan keras bgitu sedangkan ke anak laki2 nya gak di apa apain..pdhal senja kan baik
2023-09-03
1
mudahlia
yakin lah senja perjuangan mu tak kan sia sia
2023-08-29
0