Senja menatap aneh tindakan laki-laki itu, maju beberapa langkah lalu mundur lagi. Selanjutnya beralih ke semak-semak dan mengintip dari balik pohon, bahkan kadang mendongak dan berusaha menggerakkan pohon yang bahkan tak tergerak sedikitpun. Senja sampai mengira kalau dia salah satu pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa
"Nyari apa sih lo?"
"Motor gue" balasnya kesal sedikit ngegas
"Motor segede gajah kenapa lo perlu dongak-dongak pohon kayak gitu" Inginnya Senja mengumpat bodoh tapi takut kualat
"Siapa tau disembunyiin disini"
"Lo kalau mikir pakai otak dong, motor lo benda mati bukan makhluk halus, jadi kalau pun ada dibalik semak-semak itu pasti udah keliatan" Senja sampai menaikkan suaranya karena gemas dengan tingkah laki-laki itu
"Terus dimana motor gue?" Langit malah balik ngegas
"Mana gue tau! Dasar orang gila! Nyesel gue nolongin lo" Senja berbalik kearah motornya bersiap naik ke benda itu, tapi tangan Langit lebih dulu menarik lengannya
"Kenapa lagi sih?"
"Jujur sama gue, geng lo kan yang nyembunyiin motor gue?" Tak tau lagi Senja harus berkata apa. Batara dan Langit sama saja, membahas geng yang bahkan Senja tak tau
"Terserah lo dah mau mikir kayak gimana, gue pusing dengernya" Ternyata langit tak membiarkan Senja lolos begitu saja, ia malah mengapit leher gadis itu dengan tangannya dan melepas helmnya
"Lo!" ucap mereka berdua kompak. Senja dengan amarahnya dan Langit dengan rasa terkejutnya
"Kurang ajar!" Senja menarik lengan laki-laki itu, meletakkan kepalanya di perut langit dan langsung membanting laki-laki itu ketanah
"Awww" suara ringisan terdengar
"Mbak, jangan KDRT dong sama pacarnya. Kalau mau putus, baik-baik aja" ucap pengendara yang kebetulan lewat dan melihat semuanya
"Jadi perempuan emang harus gitu, saya tau kalau pacarnya pasti selingkuh. Kalau bisa lebih keras lagi mbak" balas pengendara yang satunya lagi. Senja hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Bangun lo, gue tau lo nggak mungkin pingsan cuma karena pukulan kayak gitu" Senja hanya menatao tanpa niat membantu sama sekali. Namun saat dirasanya Langit tak ada pergerakan sama sekali, ia berjongkok dan berniat membalik tubuh laki-laki itu. Tanpa di duga, Langit langsung meraih pergelangan kaki Senja dan menyeretnya. Senja tak kehabisan akal, dia memutar kakinya dan memegang tangan Langit untuk dihentakkan
kasar
"Jangan macam-macam lo sama gue" ancamna dengan menatap tajam tepat dimata laki-laki itu. Langit bukannya takut malah terdiam, dia menatap mata biru segelap langit malam milik gadis itu
"Apa lo liat-liat!"
"Gue kagum sama cara berkelahi lo. Lo kakaknya Lingga kan. Teman satu sekolah si b*j*ngan Batara?"
"Apa mau lo?"
"Kenalin nama gue Langit Biru, bosnya Rajawali. Sekaligus musuh bebuyutan teman satu sekolah lo itu"
"Terus lo mau apa?" Senja mengulangi pertanyaannya
"Kalau ngajak nikah boleh nggak?" Senja jadi yakin kalau sebenarnya Langit adalah pasien rumah sakit jiwa yang kabur
"Gue nggak punya banyak waktu buat ladenin lo"
Senja lagi-lagi berbalik, bersiap naik kemotornya
"Seengaknya kenalin nama lo. Biar kita bisa saling sapa kalau ketemu lagi" ucap Langit menghalangi motor gadis itu
"Nama gue Senja dan gue harap kita nggak bakal ketemu lagi" tekan Senja kemudian menekan keras klakson motornya saat Langit tak kunjung menyingkir
"Senja ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri setelah ia lihat motor gadis itu berlalu
"Cantik" gumamnya menatap Langit yang perlahan menampakkan jingganya kala Senja. Entah Senja mana yang ia maksud kan
"Sial! Masa gue kena begal?" Tanyanya setelah tersadar kalau motornya sudah tak lagi ada disana
Ia meraba-raba saku celananya berharap menemukan dompetnya namun nihil
"Begal sialan! Beraninya keroyokan! Awas aja lo kalau ketemu"
.
Senja melihat nominal uang yang dipegangnya, rasanya tak terdefinisikan. Ini adalah gaji pertamanya, uang yang ia dapat dengan hasil kerja kerasnya sendiri
"Jangan di pelototin terus, tuh uang juga nggak bakal bisa lari sendiri kalau nggak lo pake" Senja segera memasukkan uang itu kedalam tasnya dan menatap sengit Batara
"Kok lo bisa disini? Nggak liat tuh dipintu udah tutup?"
"Karena gue lapar lah" jawab Batara santai. Tanpa kata laki-laki itu langsung nyelonong masuk kedapur.
"Eh eh eh, kok lo main masuk aja?"
"Biarin aja Senja, dia emang sering kayak gitu?" Senja menatap kearah Dian dengan raut wajah penasaran
"Sering? Kok bisa?" Dian nampak berpikir sejenak kemudian melirik Batara yang menggelengkan kepala
"Iya emang sering" jawabnya asal
"Udah ya, kakak duluan pulang, bye" ucapnya langsung keluar seolah menghindar. Senja terdiam sambil berpikir sebentar, maksudnya Batara sering nggak tau diri kah? Otak pintar gadis itu memikirkan jawabannya
"Daripada lo ngelamun terus kayak gitu. Mending bantuin gue buat masak"
Melihat tingkah Batara yang sudah menganggap tempat itu sebagai rumahnya sendiri jadi berpikir, se gitu nggak tau dirinya kah Batara Matahari?
"Kok lo berani masuk kesini gitu aja?"
"Kenapa takut? Nggak ada makhluk halus kan?"
"Maksud gue, kenapa lo dikasih masum gitu aja sama merekea?" Ulang Senja sekali lagi saat Batara seperti memang sengaja mengatakan itu
"Lo lupa gue pernah bilang apa? Uang itu adalah segalanya. Lo punya uang lo punya kuasa"
"Artinya lo nyewa dapur ini pakai uang cuma buat masak aja?" Senja sampai menatap datar gadis itu yang tak kunjung mengerti. Apa istilah gadis pintar sudah luntur pada Senja?
"Gue pikir lo mau minta makanan sisa, makanya nggak tau diri sampai nyelonong gitu aja"
Batara yang sedang minum sampai tersedak mendengar itu, serius Senja tak kenal Batara? Ia pikir walau tak pernah melihat langsung, tapi setidaknya mendengar nama Batara Matahari orang akan langsung teringat pada anak salah satu pemimpin perusahaan yang kian berkembang pesat
"Lo serius nggak kenal gue?"
"Apasih? Batara Matahari kan nama lo?"
"Keluarga gue?" Tanya Batara lagi
"Mana gue tau, gue bukan lo yang sampai sekepo itu. Lagian ngapain gue tau nama keluarga lo? Penting kah?" Tanya Senja bersedekap dada. Batara sempat termenung beberapa saat, biasanya ketika orang tau namanya maka akan otomatis juga tau keluarganya, tapi kenapa Senja tidak? Menurut informasi yang ia dapat, ayah Senja juga pebisnis sukses walau memang namanya tak sebesar ayah Batara. Tapi setidaknya keluarga pengusaha sudah pasti kenal dirinya
"Telur lo gosong!" Teriak Senja melihat penampakan telur yang sampai mengeluarkan asapnya dan tercium bau gosong yang sangat kentara. Tanpa babibu Batara langsung menyiram dengan sisa air yang ada digelasnya sampai membuat api sedikit membesar sebentar kemudian padam
"B*doh!" Akhirnya ucapan itu keluar dari mulut Senja sejak kemarin ia tahan untuk tak mengumpati laki-laki didepannya ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
mudahlia
kayak nya bkalan ada cinta segitiga deh yakin
2023-09-09
2
mudahlia
bangga Lo dpat uang dri jerih payah sendiri
2023-09-09
0
mudahlia
wkwkwkk
2023-09-09
0