Bengis dibalik sifat lawaknya, perhatian dibalik sifat playboynya, atau tangguh dibalik sifat lemahnya. Seperti itu sahabat dekatnya mengenal sosok Batara Matahari. Laki-laki yang nampak selalu bahagia padahal nyatanya ia telah dihancurkan dari dalam oleh keluarganya sendiri
Batara selalu dituntut sempurna, Batara selalu di anggap harta investasi, selama itu ia menganggap lahir dari orang kaya adalah kesialannya. Tapi begitu melihat Senja Matahari, tuhan seperti menguji gadis itu lebij berat darinya. Sama-sama menuntut sempurna, Batara di penuhi segala urusannya, sedangkan Senja belum lagi selalu dikucilkan keluarganya sendiri
Tak ada yang tau kemarin di ruang UKS saat Senja diantar masuk karena mimisan, ia mendengar semuanya. Mendengar cerita gadis itu yang ia anggap begitu mustahil. Satu kalimat Senja yang membuatnya bertekad ingin melindungi gadis itu adalah
"Sejujurnya aku menyakiti diriku memang untuk melampiaskan sakit hatiku, tapi aku berharap saat itu aku meninggal. Aku berharap saat aku membuka mata, aku tak lagi berada didunia ini"
Sejujurnya Batara pernah memikirkan hal yang sama saat ia balap motor, ia memikirkan kalau kecelakaan lebih baik dirinya meninggal. Tapi secara sengaja menyakiti diri sendiri tak pernah ia lakukan. Karena itu, ketika melihat Matahari Senja, pandangannya tentang gadis itu langsung berubah
Apalagi setelah melihat kejadian sore tadi di depan halaman minimarket. Kalau dipikir-pikir lagi, saudara macam apa yang tega memperlakukan adiknya seperti itu. Ketika ponsel Senja dibanting, ketika ia diteriaki oleh kakaknya sendiri atau ketika ia dibandingkan dengan perempuan lain, saat itu Batara ingin langsung memeluk tubuh ringkih itu. Tapi ia tau kalau pastinya Senja akan menolak dan mengajaknya adu gelut
Karena itu ia biarkan Senja pergi sendiri dan membawa motornya ke tempat yang ia inginkan. Sebuah pantai yang nampak tak berpenghuni, masih bersih tanpa plastik berserakan dipasir putihnya. Aungan pilu gadis itu, teriakan curhatnya pada tuhan akan kejamnya dunia, dan keinginannya yang hanya ingin bahagia membuat Batara tak tahan untuk merangkul bahu ringkih itu
"Anggap gue sahabat lo, orang yang selalu ada buat lo, jangan pernah ngerasa kalau lo sendiri lagi" ucapnya berbisik ditelinga gadis itu
Batara menahan perih dilengannya, akibat kuku tajam gadis itu yang menusuknya. Ia tau Senja sedang berusaha mengontrol emosinya
"Lo siapa? kita nggak sedekat itu buat bahas selalu ada kapanpun" ucap Senja setelah tersadar, ia menepis tangan Batara dan berusaha berdiri
"Sekarang kita sahabat, dan sebagai sahabat gue bakal selalu ada buat lo"
"Maksud lo apasih? Jangan jadi orang aneh deh lo, jadi kayak biasa aja. Musuhan dan nggak saling kenal" sarkas Senja sambil berjalan pelan sampai membuat Batara tak habis pikir dengan keras kepalanya gadis itu
"Gue mau kita sahabatan biar lo punya temen, emang salah?"
"Gua nggak perlu dikasihani sama lo"
"Gue nggak kasian, oke gue ngemis buat jadi sahabat lo. Salah?"
"Nggak salah kalau minta sama manusia lain, bukan sama gue yang udah nggak percaya sama makhluk bernama manusia" jawab Senja datar. Gadis itu menatap mentari yang kian tenggelam dibarat. Batara sampai termatung karena tak menyangka dengan kata-kata itu
"Lo juga manusia. Artinya lo nggak percaya sama diri lo sendiri?"
"Gue dari awal emang nggak pernah percaya sama diri gue, orang selalu nganggap gue cuma beban, nggak tau diri, ngerepotin dan nggak guna. Sedangkan gue nganggap diri gue nggak salah apa-apa. Jadi gua juga nggak percaya sama diri gue sendiri karena ternyata pikiran gue salah"
"Maksud lo apasih mikir kayak gitu? Yang salah tuh orang yang nganggap lo kayak gitu. Apa yang lo pikirin harusnya itu yang lo percaya" Senja tak lagi menanggapi Batara. Ia fokus pada cakrawala yang dihiasi burung-burung yang kembali kesarang mereka. Ia biarkan rambut hitamnya tergerai, dibawa terbang tiupan angin laut
"Lo nggak bakal ngerti gimana cara kerja hidup gue Batara, jadi jangan ikut campur urusan gue"
"Justru sebaliknya. Gue pengen tau dan gue pengen ikut campur buat ngenal lo lebih jauh"
"Kurang jelas ya kalimat gue tadi?"
"Sayangnya gue juga nggak bakal nyerah"
"Lo cuma penasaran dan bakal pergi kalau lo udah tau semuanya"
"Lo cuma pengen denger cerita gue dan masalah gue, setelahnya lo bakal pergi"
"Lo bakal muak dengan cerita-cerita gue, lo juga nggak bakal ngerti sama cara pikir orang keras kepala kayak gue. Pada akhirnya lo bakal nyalahin gue kayak yang lain, padahal gue sendiri nggak tau salahh gue apa?"
"Gue tau kalau dunia emang sebercanda ini. Dunia nggak sempurna, manusia juga diciptain nggak sempurna, namun kenapa mereka justru menuntut kesempurnaan pada manusia lain?"
"Kenapa lo mikir kayak gitu? Kenapa lo mikir kalau gue bakal sama kayak mereka?"
"Karena gue udah nggak percaya sama manusia lagi, itu singkatnya" balas Senja dengan nada datar tanpa menoleh sedikitpun
"Boleh nggak lo kasih gue kesempatan buat bikin lo percaya, seenggaknya cuma sama gue" ucap Batara yakin. Ia memalingkan wajah Senja agar menghadap padanya
"Gimana kalau lo bikin gue makin kecewa?"
"Gue janji nggak bakal ngelakuin itu" jawab Batara dengan pasti
"Apa yang bakal lo lakuin kalau ternyata lo ngelanggar?"
"Lo bisa hukum gue apapun yang lo mau, gue nggak bakal lari dari hukuman itu"
"Apapun?" Tanya Senja sekali lagi
"Apapun hukumannya gue terima" jawab Batara yakin
"Tapi apa yang buat lo sampai sepeduli ini sama gue?" Pertanyaan yang sedari tadi tersimpan dibenaknya akhirnya Senja utarakan. Melihat Batara tiba-tiba didekatnya dan lebih kacau lagi laki-laki itu melihat dirinya menangis
"Karena gue nggak mau lo lakuin kayak gini lagi" tunjuk Batara pada pergelangan tangan Senja yang tergores
"Lo tau nggak saat lo bicara sama Dokter Vanya, gue denger semuanya. Lo nggak tau pasti kalau UKS adalah tempat istirahat gue saat anak yang lain belajar" Batara terkekeh mengatakan itu. Senja juga baru ingat ada ranjang paling unjung UKS yang tertutup oleh tirai, ia pikir disana tak ada orang
"Omong-omong, gue setuju sama kata-kata lo tadi" Batara memperbaiki posisi duduknya yang jongkok dengan berselonjor diatas pasir putih berhiaskan langit jingga
"Dunia emang sebercanda itu. Dunia nggak sempurna, manusia juga nggak diciptain sempurna, tapi anehnya mereka menuntut kesempurnaan. Gue juga ngerasain itu" lirih Batara diakhir kalimatnya
"Nggak enak banget tau rasanya dibandingin sama orang lain saat kita mau jadi diri kita sendiri. Manusiakan diciptain beda-beda, Tuhan bahkan nyuruh kita terus bersyukur. Membandingkan diri sama orang lain emang mungkin buat kita jadi lebih baik, tapi kalau bandingin diri dengan orang lain terus kita nyalahin takdir tuhan, bukankah artinya kita nggak bersyukur?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sani
bener/Sob/
2024-08-14
0
melia
kedua matahari itu sedang saling bertukar cerita krna sma2 d tuntut untuk sempurna
2023-09-22
1
mudahlia
aq pernah ada di po sisi nminu.
2023-09-22
0