Rak-rak buku berjajar, dengan judul dan genre berbagai versi. Warna buku beragam tentu juga dengan isinya yang berbeda-beda. Bagaimana sang penulis mengajak pembacanya untuk masuk dalam ceritanya. Sampul plastik bening masih menutupi, terlihat mengkilat dan tentu mengundang rasa penasaran pembaca untuk membuka dan melihat bagaimana isi didalamnya
"Harum"
"Lo suka banget ya cium-cium sesuatu kayak gitu, kemarin uang sekarang buku" komentar Batara melihat Senja yang menghirup aroma buku sebelum membelinya
"Baunya harun tau. Coba cium" Senja menjulurkan buku itu dihidung Batara, sontak saja laki-laki itu langsung menutup hidungnya
"Apanya yang harum? Cuma bau plastik doang"
"Lo tuh nggak ngerti, makanya ngomong gitu. Ngapain lo disini kalau nggak suku buku?" Kesal Senja. Gadis itu awalnya heran melihat Batara ditempat ini. Awalnya ia tak mau menyapa, tapi entah bagaimana juga mereka berakhir bertemu dan saling bicara
"Gue disini karena mau beli buku. Bukan cium buku" Senja mengedikkan bahu tak ambil pusing. Gadis itu melihat buku yang berjejer di rak-rak sebelahnya. Jika saja uangnya bisa lebih cukup, ia pasti akan membeli lebih banyak. Niat awalnya kesini mau mencari buku soal tapi malah tertarik juga menuju rak-rak novel bergenre fiksi
"Gue duluan" pamitnya pada Batara setelah itu menuju kasir untuk menyelesaikan pembayaran
Baru saja Senja membuka pintu toko seseorang melintas didepannya, selanjutnya ia menoleh kesamping dan melihat ibu-ibu yang berlari dan berteriak pencuri. Tak menyia-nyiakan kesempatan, gadis itu mengejar dengan cepat. Saat merasa jaraknya cukup dekat, ia melompat dan menendang tepat dipunggungnya sampai membuat orang itu tersungkur
"Yang butuh uang bukan anda saja. Orang lain juga susah nyarinya!" Dengan sedikit kasar ia mengambil tas dari tangan pencuri itu. Senja tak habis pikir, padahal orang itu nampak masih muda, ia bisa mencari kerja walau hanya memang pekerjaan kecil. Daripada mengambil uang yang bukan haknya
"Ini tasnya ibu?" Wanita paruh baya tadi mengangguk dengan masih berusaha mengatur nafasnya
"Makasih ya nak, ini buku kamu kan?" Senja menyerahkan tas wanita itu dan mengangguk untuk pertanyaannya. Salah satu bukunya terlempar jatuh tadi saat meloncat menerjang pencuri itu
"Iya, makasih ya buk"
"Kamu kelas dua SMA ya? Sama kayak anak saya. Katanya mau ujian kenaikan kelas, dia lemah banget itung-itungan. Kamu mau nggak jadi guru bimbel dia?" Tanya wanita paruh baya itu melihat sampul bukunya
"Maaf bu, saya juga udah kerja" Senja tak enak hati menolak sebenarnya, tapi bagaimana ia membagi waktu nanti
"Kamu kerja? Jadi apa?"
"Saya waiters disalah satu kafe yang nggak jauh dari rumah"
"Jangan khawatir soal bayaran, nanti saya gaji kok"
"Bukan itu bu tapi..." Senja mengingat-ingat jadwal kerjanya, sepulang sekolah ia berganti pakaian sebentar dan langsung berangkat
"Kalau hari minggu aja bisa bu? Saya liburnya hari itu aja" Kafe sebenarnya tetap buka setiap hari, hanya saja karyawan mendapat jatah libur dihari yang berbeda, dan Senja mendapat dihari minggu
"Bisa, ini nomor telepon dan alamat rumah saya. Nanti datang aja ya langsung" Senja menerima kartu nama itu dan mengangguk saja melihat betapa semangatnya wanita itu
"Oh iya, kita belum kenalan. Nama kamu siapa?"
"Senja"
"Panggil saja ibu Yuli, ibu tunggu dirumah hari minggu ya Senja" Senja mengangguk dan membalas lambaian tangannya. Senja melihat kartu nama itu, Ibu Yuli seorang pemilik toko kue roti yang lumayan terkenal dan sudah memiliki banyak cabang. Tapi yang lebih membuatnya terkejut, alamat rumah itu yang tak asing. Komplek Kenanga nomor 7
"Gue baru tau kalau lo bisa kelahi juga" Senja langsung sedikit bergeser saat Batara tiba-tiba muncul disebelahnya
"Bukan urusan lo" jawab Senja sinis
"Lo mau gabung nggak sama Atlantis?" Senja mengerutkan kening kemudian menggelengkan kepala
"Gue nggak mau gabung sama geng apapun, termasuk lo" ucapnya kemudian berlalu pergi, tak habis pikir dengan ajakan Batara yang menurutnya tak bermanfaat sama sekali
.
Hari yang awalnya cerah mendadak mendung, matahari bersembunyi dibalik awan kelabu yang siap menumpahkan airnya kapan saja. Untuk berjaga-jaga Senja menyiapkan jas hujan didalam tasnya sebelum berangkat sekolah
Tubuh ringkih itu menuruni tangga, tak menyapa keluarganya yang sedang melakukan sarapan hangat di meja makan. Senja tak mau merusak mood paginya dengan wajah acuh mereka. Gadis itu lelah sebenarnya, tubuh dan mentalnya disuruh sempurna disaat yang sama
Matanya berkunang-kunang, kepalanya sedikit berat karena kurang tidur. Rasa lelahnya masih terasa dan pegal diseluruh tubuh hampir ia rasakan
"Krek"
Bunyi jari-jarinya saat ia tarik bersamaan
"Buset, suaranya udak kayak orang jompo"
"Gue capek banget Put" ucap Senja pelan, namun tetap fokus pada rumus-rumus yang didepannya
"Orang kalau capek istirahat Senja, bukan makin kayak gini" Putri hendak menutup bukunya namun Senja tahan
"Kalau gue nggak belajar nanti nilai gue turun" balas Senja dengan tatapan mata penuh frustasi
"Jangan terlalu ambislah Senja, tuh lawan lo si Peter aja lagi main sama anak lain" Putri menunjuk Peter yang merupakan rival Senja sejak kelas satu SMA. Mereka selalu berada dikelas yang sama dan berebut posisi juara. Posisi kelas saat ini memang jam kosong dan belum ada kejelasan dari guru tentang tugas untuk mereka
"Gue juga nggak mau, tapi gue takut ayah gue bakal kecewa"
"Kalau gue bisa dapat nilai kayak lo, yakin deh kayaknya ayah gue bakal syukuran saking bersyukurnya akhirnya gue punya otak"
"Tapi ayah kita beda Put"
"Jelas orangnya beda, tapi kasih sayang ayah tetap buat putrinya. Apalagi lo punya dua saudara laki-laki, gue yakin lo jadi putri dongeng yang dijaga ketat" Senja hanya tertawa sedikit untuk menanggapi
"Senja! Lo mimisan!" Dengan cepat putri meraih tisu dalam tasnya dan menempelkannya di hidung gadis itu
"Ayo kita ke UKS!" Senja menggeleng namun tetap berusaha mempertahankan tisu di lubang hidungnya
"GUYS, BANTU GUE BAWA SENJA KE UKS, DIA MIMISAN!" Karena teriakan Putri seluruh atensi kelas tertuju pada gadis itu
"Apasih Put, cuma mimisan karena kecapekan doang, nggak perlu UKS" tolaknya saat teman-temannya berkumpul dimejanya
"Bahaya! Nih liat katanya mimisan merupakan tanda kanker otak, kanker paru-paru atau tumor hidung. Kesempatan hidup cuma satu sampai dua tah..."
"B*doh! Jangan nyari di google. Google emang sukanya nakut-nakutin kayak gitu" Peter memukul kepala Doni yang tadi langsung heboh searching
"Ayo ke UKS aja Senja. Daripada denger omongan Doni"
"Heh ini jawaban google, bukan gue" bantah Doni tak terima
"Untuk lebih jelasnya ayo ke UKS aja"
"Gue cuma kelelahan doang" bantah Senja tetap tak mau
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Rina Yulianti
ko ceritanya sama kaya pelangi untuk aqila ya thor
2024-04-06
0
strawberry milk
kasian senja . aku yakin senja nanti ketika parah sakitnya keluarganya baru nyesel .
2023-09-12
0
mudahlia
ya Allah senja kamu bakalan skit parah kl di biarin
2023-09-12
0