Sepeninggal empat laki-laki yang telah merasa harga dirinya diinjak hanya karena tak dikenal Senja, Putri masuk membawa kresek putih dan meletakkan di nakas
"Gue ikhlas kok, nggak perlu diganti" ucapnya begitu mendudukkan diri di kursi kosong samping ranjang
"Orang ikhlas nggak nyebut kebaikannya Put, entar dikelas uang lo gue ganti, tenang aja"
"Gue serius nggak usah diganti, akhir-akhir ini kayaknya bunda gue dapet hidayah, uang jajan gue lebih terus" Senja tertawa mendengarnya, padahal ia tak meminta teman sebangkunya itu datang kesini
"Tapi gue jeran ya sama lo. Bisa-bisa nya lupa bawa buku tugas, apalagi ini tuh pelajarannya Bu Dita"
"Ya namanya manusia juga wajar buat lupa Put" jawab Senja sekenanya
"Gimana kepala lo?"
"Udah nggak sakit lagi, kayaknya orang yang lempar bola punya dendam kesumat deh sama gue" gerutu Senja sambil membuka bungkusan roti coklat kesukaannya
"Gue denger-denger dari Bima, yang ngelemparin lo bola basket tuh kelasnya Batara" ucap Putri memekik heboh
"Lo kenal mereka?"
"Ya ampun Senja, semua disekolah ini kenal ama mereka"
"Tunggu dulu, jangan bilang lo nggak kenal?" Todongnya pada Senja yang dibalas anggukan gadis itu
"Emang mereka seterkenal itu ya?" Senja bertanya balik
"Ya ampun Senja. Ini kenapa gue bilang sama lo kalau keluar main itu kekantin kek atau ke lapangan basket buat liat cogan, bukan malah mendekam di perpus yang kayak penjara" cerocos Putri
"Lagian lo tuh udah pinter banget, kesaing nilai semester kemarin juga cuma beda satu poin doang" lanjut Putri yang masih tak habis pikir apa yang membuat teman sebangkunya itu begitu keras belajar
"Tapi menurut gue satu poin juga berharga Put, kayak hidup dan mati gue ada disana" jawab Senja sambil menghabiskan potongan terakhir rotinya
"Lebay lo, hidup dan mati udah kayak mau perang aja" Senja hanya menanggapi dengan senyum tipis. Karena jujur ia pun ingin seperti mereka, tapi ada sesuatu yang membuatnya sampai seperi ini
"Tapi emang serius lo nggak kenal? Mereka anak IPS I. Namanya Batara, dia ketua 'Atlantis'. Kalau lo belum tau juga Atlantis itu nama geng mereka yang sering tawuran sama balap motor"
"Kok lo kayak kenal banget Put?"
"Lo aja sih yang kudet, satu sekolah juga udah tau, ini tuh bukan rahasia lagi"
"Btw, kakak lo nggak kesini buat jengukin lo?" Tanya Putri kepo
"Nggak, mungkin sibuk" jawab Senja sekenanya
"Sibuk apaan, gue liat dia lagi pacaran dibawah pohon beringin sama si kecap. Moga aja ada jin nempel" Senja tertawa mendengarnya
"Dia sama Malika?" Tanya Senja memastikan. Karena Putri tak pernah menyebut nama langsung melainkan dengan perumpamaan
"Emang pacar kakak lo berapa? Si kecap doang kan?"
"Kok gue ngeliat lo kayak punya dendam gitu sama Malika"
"Dia ngambil pacar gue pas kelas sepuluh. Emang pengen banget gue cakar muka sok polos dia itu" jawab Putri menggebu. Senja mendengar dengan serius, kelas sepuluh dia dan Putri memang beda kelas. Barulah bertemu saat dikelas sebelas
"Sekarang malah ngambil kakak lo, si Bayu dibuang begitu aja. Sekarang malah ngemis-ngemis balikan sama gue, untung otak gue masih pinter buat nolak dia. Kalau emang dia setia juga seberapa pinter dan liciknya si penggoda dia nggak bakal tergoda" cerita Putri dengan menggebu-gebu
"Bener, harusnya emang kayak gitu" jawab Senja lirih
"Udah bel tuh, lo mau ke kelas atau lanjut tidur disini. Nanti gue izin sama bu guru dikelas"
"Gue udah nggak papa kok, gue nggak mau ketinggalan pelajaran lagi"
"Kalau gue sih mending milih disini kalau jadi lo, apalagi sekarang kimia, baru aja selesai matematika buat nyari nilai X yang hilang entah kemana, sekarang lanjut lagi nyari nilai atom-atom yang nggak pernah keliatan bentuknya" gerutu Putri yang membuat Senja hanya tertawa.
.
Sementara di samping sekolah, dengan dibatasi tembok setinggi dua meter. Nampak beberapa siswa sedang berbincang serius di sebuah warung yang biasa dijadikan tempat bolos anak-anak yang tak menaati aturan sekolah. Seperti halnya anggota inti Atlantis saat ini, setelah dari UKS, mereka menyurutkan niat untuk tidur diranjang empuk itu, alih-alih kembali ke kelas mereka malah memanjat tembok dan berakhir bolos disini
"Gila! Geng Rajawali nantangin balap lagi nanti malam bos" ucap Raka saat melihat pesan di hpnya
"Kayaknya mereka emang belum puas kalah deh" ucap Batara dengan satu kaki dinaikkan diatas kursi dan asap yang mengepul disekitarnya akibat rokok yang dinyalakan laki-laki itu
"Gimana nih bos, bukannya si Rembulan lagi dibengkel?" Tanya Galaksi karena motor kesayangan bos mereka itu katanya mau di modifikasi untuk meningkatkan kecepatan
"Gue udah tanya pihak bengkel, katanya sih udah bisa diambil nanti sore" jawab Batara
"Lo nggak niat ganti nama buat motor lo bos? Mario kek, Valentino atau kayak nama lo matahari gitu, Rembulan kek nama cewek banget nggak sih?" Tanya Yudhistira yang sedari tadi asik dengan permainan di ponselnya
"Gue kasih nama Rembulan ya karena nama gue Matahari. Ibarat langit saat pagi yang kita liat matahari nah kalau malam kan Rembulan" jawab Barata dengan segala teori yang dibuatnya sampai memilih nama itu
"Iyasih, tapi kok gue agak geli gitu nggak sih? Kayak nama cewek aja" ucap Raka kemudian tertawa
"Nggak penting namanya, yang penting tuh kekuatannya"
.
Bel pulang berbunyi saat jam menunjukan pukul dua siang, tepat saat matahari sedang diatas kepala dengan panasnya yang menyentuh suhu hampir tiga puluh empat derajat. Ribuan siswa berhamburan menuju tempat parkir untuk mengambil kendaraan masing-masing. Tapi ada juga yang langsung keluar, entah jalan kaki karena jarak rumah mereka dekat, menunggu kendaraan umum lewat atau sudah ditunggu oleh jemputan masing-masing. Senja salah satu diantara yang langsung keluar gerbang, Putri sempat menawari tumpangan untuk mengantar sampai bengkel, tapi Senja menolak karena jelas arah kesana tidak sejalur dengan rumah Putri. Ia tak ingin merepotkan teman sebangkunya itu, walau Putri sudah mengatakan tidak apa-apa
Tin
Suara klakson dari belakang sempat mengagetkan Senja, kemudian ia menyingkir karena ternyata menghalangi jalan. Ditatapnya laki-laki diatas motor itu dengan pandangan sulit untuk diartikan, walaupun memakai helm full face yang menutup wajahnya, Senja tak mungkin lupa kalau laki-laki itu adalah saudaranya, walau mungkin laki-laki itu tak pernah menganggapnya saudara. Dibelakang motornya duduk dengan santai perempuan yang berstatus pacar kakaknya, bahkan tanpa malu melingkarkan tangannya di perut laki-laki itu
"Kak Nathan" gumamnya saat motor itu perlahan menjauh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
melia
wkwkwkkkk..malika si kecap🤭🤭ada ada aja
knpa kok sma sodara jutek gitu gak peduli
2023-09-03
1
mudahlia
ya ealah trlalu mendramatisir bro
2023-08-29
0
mudahlia
sumpah kumpul putri di jamin awet muda .anti setres anti gila isinya ngakak mulu
2023-08-29
0