"APA?! LO SUKA SAMA GUE?! "
♡
Libur akhir semester tinggal beberapa hari lagi, hanya tinggal menunggu pembagian rapot. Sebagai ketua osis yang baru menjabat satu semester, Alizya merasa begitu sibuk akhir-akhir ini.
"Udah siap, Al? "
"Darren belum datang, Pak! " Alizya menjawab sembari menggeleng pelan. Ia sudah siap sejak tadi, pun dengan beberapa teman lainnya. Tapi Darren, wakilnya itu belum datang.
"Loh, belum datang juga? " Alizya hanya bisa menggeleng lagi.
Beberapa hari yang lalu saat para guru memintanya dan Darren untuk menjadi 'wajah baru' di sekolah mereka, Darren menolaknya. Pemuda itu tak ingin foto-fotonya terpampang sebagai siswa berprestasi di majalah sekolah bersanding dengan Alizya.
"Darren sepertinya tetap menolak untuk jadi model, Pak. Digantikan yang lain saja, masih banyak siswa berprestasi di sekolah kita, " saran Alizya. Mengingat seberapa keras Darren menolak menjadi model yang akan membintangi brosur-brosur dan banner-banner penerimaan siswa-siswi ajaran baru bersamanya, Alizya yakin pemuda tampan itu tak akan datang.
"Kalau udah ada penggantinya, gue pulang! "
Alizya segera menoleh, ia mendapati Darren yang berdiri di ambang pintu aula dengan tatapan tak bersahabat. Rencananya di aula sekolah yang luas ini mereka akan mengadakan pemotretan yang pertama.
"Wah ... Darren, syukurlah kamu datang. Cepat bersiap, kita akan mulai pemotretannya, " seru salah satu guru yang membimbing.
Alizya menghela nafas. Alizya merasa ada sesuatu yang membuat dadanya serasa sesak setiap kali melihat tatapan Darren yang amat sangat kentara tak menyukainya. Sejak dulu Darren terlihat begitu membencinya dan ketika mereka bersaing untuk menjadi ketua osis, kebencian Darren seolah semakin bertambah. Apalagi pemuda itu kalah dari Alizya dalam persaingan.
Alizya merasa bersalah. Ia tahu Darren begitu menginginkan posisi sebagai ketua osis, tapi Alizya juga menginginkannya. Alizya merasa layak untuk posisi itu dan kenyataannya ialah yang mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan.
“Selamat, Ren. Lo jadi wakil gue, kita bisa semakin dekat. Hihi....” Alizya mengulurkan tangan dengan tawa kecil.
“Lo ngejek gue?! ” Sayangnya sambutan Darren tak seperti yang ia bayangkan. Darren tak menerima kekalahannya.
“No, Darren. Gu----"
“Lo jangan senang dulu! Gue pastiin lo nggak akan bisa selalu menang dari gue! Gue pasti bakal kalahin lo! " hardik Darren. Ia melenggang pergi meninggalkan aula yang masih ramai setelah acara pemungutan suara.
Alizya terdiam menelan saliva dalam-dalam. Ia tak bermaksud mengejek atau sejenisnya, ia hanya mengucapkan selamat karena dari empat kandidat calon Darren mendapat suara terbanyak kedua setelahnya. Darren hebat baginya. Mereka bersaing secara sehat.
Tapi Darren yang dikuasi amarah karena merasa kekalahan dari Alizya adalah hal yang memalukan dan tak boleh terjadi menganggap ucapan Alizya hanyalah ejekan semata.
“Aliz! Hei?! "
Alizya tersentak dari lamunan saat salah satu remaja putri berseragam sama dengannya menepuk pelan pundaknya. Remaja putri itu mengintruksi Alizya bahwa Darren sudah siap dan mereka akan segera melakukan pemotretan.
“Ah, baiklah. " Alizya mendekati Darren dan tiga orang lainnya bersama remaja putri tadi. Mereka berenam akan melakukan pemotret.
Alizya mengambil tempat di tengah, tepat di samping Darren yang berdiri dengan angkuh. Alizya tersenyum, ia suka berdekatan dengan Darren.
“Darren, Alizya, tolong kalian lebih berdekatan lagi. Masih ada jarak itu antara kalian. " Sang Fotografer memberikan arahan. Alizya tersenyum tipis melihat Darren yang ogah-ogahan mendekat padanya.
“Darren, gimana kalau lo peluk gue? Biar kita tambah deket gitu ... sesuai sama arahan, " bisik Alizya disela-sela waktu berpose dan tersenyum.
Dengan memasang senyum dan bergaya menawan, Darren membalas ketika akan merubah gaya. “Dasar gila! " umpatnya lirih namun terdengar penuh penekanan.
Alizya sontak saja tertawa yang membuat yang lainnya heran. Alizya menutup mulutnya dan meminta maaf. “Atau gue aja yang peluk lo? " bisiknya lagi setelah meminta maaf dan akan lanjut berganti gaya, kali ini ia berbisik dengan nada yang terdengar genit.
Darren tak menjawab, ia hanya melirik Alizya dengan tajam dan sinis.
Beberapa menit setelahnya mereka selesai dengan sesi pertama pemotretannya. Mereka beristirahat sebentar dan berganti seragam. Kali ini mereka akan akan melakukan pemotret di ruang lap komputer.
“Jadi kalian akan dipotret berdua. Alizya, Darren, silahkan ambil tempat." Alizya segera duduk di kursi, di meja depannya sudah ada satu buah komputer.
“Darren ... tolong agak membungkuk sedikit lagi, " pinta sang Fotografer saat Darren terlihat hanya berdiri saja di samping Alizya. Harusnya ia sedikit membungkuk dengan satu tangan berpegangan di kursi belakang Alizya dan satu tangan lainnya bergaya layaknya tengah menunjuk layar komputer.
“Nah! Sekarang, senyum! "
Cekrek!
Cekrek!
“Gue udah nggak sabar ingin lihat hasilnya, kita pasti cocok banget. Lo juga penasaran, 'kan, Ren? " ucap Alizya dengan pelan. Satu adegan diambil beberapa foto yang akan dipilih mana yang paling baik.
“Tidak! " sahut Darren dengan pelan juga.
“Oh, ya? Ayolah, jangan bohong. Gue tahu lo juga nggak sabar nunggu hasilnya, " seloroh Alizya.
Dan begitu seterusnya. Di setiap sesi pemotretan Alizya tidak berhenti mengajak Darren mengobrol. Meski ia harus ditegur beberapa kali karena terlihat tak fokus, bahkan tetap tak berhenti meski hanya direspons dengan singkat oleh Darren atau ... bahkan tak ditanggapi sama sekali.
Sekarang mereka sudah kembali ke aula, mereka duduk bersama di lantai untuk beristirahat. Ada beberapa botol minuman dan piring-piring berisi makanan di depan mereka.
"Gue pulang duluan, ya! " Alizya telah berganti pakaian, ia menatap teman-temannya yang duduk di lantai.
"Loh, kenapa buru-buru? " tanya salah satu diantara temannya.
Alizya tertawa kecil, " hehe ... pacar gue udah nunggu di depan. "
Detik berikutnya siulan-siulan bernada mengg0da mereka layangkan untuk Alizya. Alizya hanya terkekeh kecil, ia melambaikan tangan dan mulai melangkah pergi. Alizya mengangkat satu sudut bibirnya membentuk seringaian khas setelah sempat menangkap raut tak suka di wajah Darren.
Alizya berjalan dengan senyum mengembang. Ketika sampai di depan gerbang tinggi sekolahannya, Alizya menghentikan langkah. Ia mengecek layar ponsel yang sedari tadi ia genggam.
"Mbak Alizya? " Seorang pria dewasa pengendara motor berhenti tepat di depannya. Pria itu tersenyum ramah. "Maaf, ya, Mbak, agak lama, " lanjutnya setelah Alizya mengangguk.
"Ng---- "
"Jadi ini pacar lo? "
Belum selesai berbicara, Darren datang tiba-tiba memotong ucapannya dengan kasar. Pemuda itu menatapnya dengan garang. Alizya hanya diam saja menanti apa yang akan Darren lakukan.
"Lo pacarnya?! " tunjuk Darren pada pria dewasa berjaket hijau khas ojek online itu. Pria itu terbengong-bengong mendapat pertanyaan dari pemuda SMA di depannya itu.
"Hah? Bu--bukan, Mas. S--- "
"Lo itu udah tua, ngapain lo pacari anak SMA, hah?! Predator anak lo, hah?! " Darren menyela dengan membentak-bentak membuat pria dewasa yang masih stay di atas motor itu semakin melongo.
"Bukan, Mas! " sanggahnya cepat. Kalau boleh jujur, ia kesal sekali dituduh seperti itu. "Mbak, tolong jelasin sama pacarnya ini. Saya, 'kan cuman tukang ojek. Tolong kalau lagi marahan jangan bawa-bawa saya, " ucap pria itu pada Alizya dengan tatapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments