Ekhem! Apa ada pembaca gelap di sini? Kalau ada, tolonglah ambil senter. Kalian hidup di di zaman apa sih, emang nggak ada lampu? Kok gelap-gelapan? Habis baca, like dong! Paling bagus komentar juga. Hehehe ... terima kasih banyak!
[]
[]
"Bibi, tenang saja. Dia tak akan pergi ke mana-mana. Gadis manja seperti dia, memangnya bisa apa? " ucap Alvano dengan santainya dengan harapan Bi Darsih bisa lebih tenang.
Namun, bukannya tenang Bi Darsih justru semakin histeris. Ia menangis semakin keras. Ia merasa kasihan pada Alizya. Ada tidak dipedulikan dan ketika hilang kedua kakaknya tak mengkhawatirkannya sama sekali.
[ Den ... Kondisi Non Izya sedang tidak baik, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Ya Allah ... Non Izya. Non Izya ada di mana, Non...? ]
Alvano memijat pelipisnya pelan.
"Bi! Bibi, tolong tenang! Dia pasti baik-baik saja. Memangnya dia bisa melakukan apa? Tenanglah, palingan sore nanti dia juga pulang! Bibi, tolong jangan berlebihan! " ucap Alvano.
[ Tapi, Den.... ]
"Di tidak akan kenapa-kenapa. Sudah, ya? Alvano masih banyak pekerjaan, " potong Alvano dengan cepat.
Di seberang sambungan, Bi Darsih menggeleng tak percaya. Bahkan di saat seperti ini, Alvano tetap tidak peduli sama seperti Alvino. Bi Darsih pikir Alvano bisa sedikit berbaik hati karena dibanding Alvino, dia jauh lebih lembut sifat dan tutur katanya. Tapi jika sudah menyangkut tentang Alizya, saudara kembar itu seolah kompak untuk menutup mata dan telinga.
Entah dosa apa yang Alizya lakukan hingga mendapatkan dua kakak yang menjelma menjadi iblis.
[ Bagaimana jika sampai nanti sore Non Izya tidak pulang juga? Ya Allah, Den ... bantuin Bibi cari Non Izya. Bibi mohon, Den.... ] Suara Bi Darsih terdengar memelas yang justru tanpa sadar membuat Alvano mencengkeram gawainya dengan erat-erat. Apa ia ingin meremukkannya?
"Dia akan pulang. Atau ... jika dalam dua kali dua puluh empat jam dia tidak pulang, Bibi, bisa melaporkannya ke polisi. Polisi akan membantu, Bibi, mencarinya, " seru Alvano tanpa beban. "Tapi ... kurasa dia tidak akan pergi lebih dari sehari. Anak manja sepertinya tidak akan bisa melakukan apa-apa. Bi, Vano masih punya banyak pekerjaan. Assalamualaikum, " lanjutnya dan mengakhiri sambungan telepon dengan salam.
Sesaat setelah sambungan terputus, Alvano menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Ia menghela nafas dengan mata yang ia pejamkan. Ke mana Alizya pergi? Apa dia benar-benar akan pulang nanti sore? Ck! Alvano sendiri bahkan tak yakin dengan itu. Tapi, baginya Alizya hanyalah gadis manja yang tak bisa apa-apa. Dia tak akan pergi jauh.
Alvano membuka matanya. Tubuhnya bergerak mendekati laci yang ada di meja kerjanya. Ia membukanya dan mengambil sebuah bingkai foto berukuran sedang. Ia membalikannya dan menatap gambar yang ada di dalamnya.
Itu fotonya bersama Alvino, Ayah, dan Bundanya ... yang tengah mengandung. Alvano dan Alvino kecil nampak tersenyum lebar memegang perut buncit Bundanya. Sedangkan ayah mereka juga terlihat tersenyum lebar di belakang Bunda mereka. Mereka duduk bersama beralaskan karpet di atas hamparan rerumputan hijau. Saat itu mereka tengah piknik di taman.
Foto itu diambil saat Sang Bunda mengandung Alizya. Alvano mengusap wajah Sang Bunda dan perlahan turun ke perut Sang Bunda yang terlihat buncit.
"Bunda ... dedek bayinya itu cewek atau cowok? " Alvano kecil bertanya dengan polos pada sang Bunda. Ia mengusap-usap perut buncit Bundanya. Mereka duduk bersama di atas karpet di taman yang penuh akan rerumputan hijau.
Sang Bunda tertawa, " ah, Vano pengennya adik cewek atau cowok? " Ia justru balik bertanya.
Alvano kecil nampak berpikir, ia mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu. Ia tidak tahu harus memilih adik cewek atau cowok. Alvano yang baru berumur tujuh tahun terlihat sangat menggemaskan.
"Bunda! Bunda! " Sang Bunda tersentak kaget saat Alvino tiba-tiba datang dan memeluk lehernya dari belakang. "Vino mau adik cewek, Bunda. Nanti Vino pengen kasih adik boneka Barbie, Bunda, " celoteh Alvino dengan riangnya.
"Hati-hati, Sayang. Nanti adiknya terluka, gimana? " Sang Ayah yang sedang menata makanan di atas karpet tersenyum memperingati.
"Maaf, Ayah! " ucap Alvino merasa bersalah. Sang Ayah hanya tersenyum dan mengangguk kecil. Lelaki gagah itu kembali menata makanan mereka.
"Iya! Iya! Vano juga mau adik cewek! Vano mau beliin adik baju pink, Bunda. Vano, 'kan udah punya adik cowok, Vino nggak mau pakai baju pink dari Vano, Bunda, " sahut Alvano tak kalah semangatnya setelah berpikir cukup lama. Ia terlihat sangat menginginkan adik cewek karena ia sudah punya adik cowok.
Sembari memeluk Sang Bunda dari belakang, Alvino kecil mencebik. "Vano, aku, 'kan cowok masa disuruh pakai baju pink, sih! Aku nggak mau! Lagian kita, 'kan kembar, tidak ada yang menjadi kakak dan yang menjadi adik. Umur kita sama, huh! " ucapnya dengan kesal. Ia nampak tak setuju dengan beberapa kata terakhir Alvano. Ayah dan Bunda hanya terkekeh kecil mendengar gerutuan Alvino.
"Tapi, 'kan aku lahir lebih dulu. Jadi aku yang jadi kakak, kamu jadi adik. Iya, 'kan, Bunda? " Alvano menatap Sang Bunda dengan tatapan polos dan penuh binar.
"Tidak! Tidak ada yang menjadi kakak atau adik. Umur kita sama! Nanti, tuh, kita bareng-bareng jadi kakaknya adik bayi yang ada di perut Bunda. Iya, 'kan, Bunda? " Alvino menyangkal. Ia melepaskan pelukannya dan bergerak ke depan Sang Bunda. Ia mengusap lembut perut buncit Bundanya.
"Ugh! Iya, kita akan jadi kakak. Aku kakak pertama, kamu kakak kedua, dan dedek bayi yang jadi adik kita. Kamu juga adiku! Benar, 'kan, Bunda? " ucap Alvano meminta pembenaran pada Sang Bunda. Ayah dan Bunda saling tatap, mereka tersenyum hangat.
Sang Bunda lalu kembali tertawa melihat kedua putra kembarnya yang ribut hanya karena masalah siapa yang menjadi kakak dan siapa yang menjadi adik. Dua bocah laki-laki itu memang selalu mempeributkan hal ini. Alvino yang tak mau disebut sebagai adik dan Alvano yang merasa sebagai kakak karena lahir lebih dulu.
"Iya-iya. Kalian itu akan jadi kakak. Dedek bayi ini nanti jadi adik kalian, " tutur Sang Bunda membawa tangan kecil Alvano untuk kembali mengusap perutnya bersama Alvino.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments